Salam sahabat untuk generasi muda Indonesia.
Apa kabar kalian? Saya harap kalian semua baik-baik saja.
Sobat, saat ini saya sangat khawatir terhadap bagaimana keadaan negara kita tercinta ini, Indonesia di masa depan. Mungkin kalian bertanya-tanya, apa yang saya khawatirkan? Dan mengapa begitu mengkhawatirkannya? Saya khawatir terhadap keadaan negara kita ketika melihat raut dari generasi kita. Ya kita, generasi muda Indonesia.
Kita generasi muda Indonesia merupakan generasi penerus bangsa. Otomatis, semua beban akan “besar”nya Indonesia ada di pundak kita. Lantas, Apa yang telah kita lakukan? Mengapa kita belum melakukan tindakan apapun saattugas besar ada di depan mata? Atau mungkin kalian belum menyadarinya?
Sobat ketika saya memerhatikan sekeliling saya, miris, dan malu rasanya. Mengapa? Karena kesenjangan pendidikan diantara kita generasi muda sangatlah jelas terlihat. Banyak sekali sahabat kita yang mendapatkan juara di olimpiade tingkat internasional tetapi tidak sedikit pula sahabat kita yang putus harapan untuk bersekolah. Banyak sekali sahabat kita yang belajar di kelas berpendingin ruangan dan menikmati semua fasilitas belajar bertaraf internasional tetapi tidak sedikit juga sahabat kita yang mesti belajar di ruangan sempit penuh debu dengan bangunan yang terlihat akan ambruk jika kita menyentuhnya.
Masa muda memang merupakan masa dimana kita dapat bersenang-senang, tetapi bukan berarti kita dapat mengenyampingkan hal lain untuk mendapatkan kesenangan tersebut. Selain untuk bersenang-senang, masa muda merupakan masa dimana seseorang mengumpulkan “kekuatan” untuk meraih masa depan yang baik.
Realita yang terjadi di rerata mayarakat generasi muda, masa muda mereka habiskan hanya untuk melakukan hal menyenangkan, bahkan lebih ekstrim lagi merusak diri mereka sendiri tanpa memikirkan bagaimana mengumpulkan “kekuatan” untuk masa depan. Sebagai contoh tidak sedikit generasi muda saat ini yang terlibat dengan kasus penggunaan napza dan seks bebas. Hal tersebut akibat dari tidak dapatnya generasi muda menyaring dampak globalisasi yang menyebabkan liberalisasi kebudayaan.
Hal lain yang harus diberi perhatian adalah terkait nilai ketimuran lebih spesifik adalah nilai dari butir-butir Pancasila yang perlahan namun pasti mulai memudar dari generasi muda. Gejala tersebut dapat dilihat dari menurunnya sopan santun, kepedulian terhadap sesama, meningkatnya gaya hidup bermewah-mewahan, serta menguatnya sikap individualis.
Generasi kita saya rasa merupakan generasi instan (meskipun tidak semua __ tetapi rerata yang membuatnya digeneralisasi). Maksud instan di sini adalah selalu ingin mendapatkan (baca : penyuka) segala hal dengan cara instan tanpa mau berusaha bersusah payah. Di samping generasi instan, generasi kita juga adalah generasi yang sangat berorientasi pada hasil tanpa mau melakukan proses. Contoh kecil yang sangat sering terjadi adalah ingin mendapatkan nilai yang baik dalam ujian tanpa mau belajar, hal itu membuat kita menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan, akibatnya tidak dapat terelakan bahwa mencontek menjadi kebudayaan bagi generasi kita. Karena itu pulalah menjamur bisnis haram penjualan bocoran soal dan kunci jawaban ketika terjadi ujian, terutama ketika Ujian Nasional dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Renungkanlah sejenak sobat. Indonesia tidak akan menjadi apa-apa jika kita, generasi muda tidak melakukan tindakan saat ini juga.Jadilah nakhoda yang membawa Indonesia menuju negara yang “besar” dan bermartabat.
Vidi Milathul Faudzan
Siswa SMK Negeri 1 Cimahi Provinsi Jawa Barat
0 komentar:
Posting Komentar