Kepada: Kawan-kawan ku
Hai kawan, bagaimana kabar kalian? Apakah kalian sudah mendapatkan cukup hak dinegeri ini?. Kawan kadang aku berfikir, banyak dari kita yang menuntut keadilan, kesejahteraan, dan kecukupan yang diberikan negeri ini, yang diberikan pemimpin-pemimpin bangsa, wakli rakyat, dan tak sedikit yang meminta semua itu kepada orang terdekat kita.
Kawan, negeri ini memang tidak mewah, semewah negeri diseberang sana. Negeri ini pun tidak bersih,sebersih engkau melihat awan yang putih, tapi kawan coba kau tengok sekali lagi negeri ini, tengoklah riwayatnya yang penuh perjuangan mengorbankan banyak keringat, air mata, dan tak sedikit pula darah yang mengalir demi berdirinya bangsa ini. Kawan, coba kau tengok lagi indahnya negeri ini, negeri yang selalu kau tunut untuk menjadi benar, tanpa kau sendiri tau apa itu benar, negeri yang selalu kau minta untuk menjadi baik, tanpa kau sendiri tau apa itu baik, negeri yang kau tunut adil tanpa kau sendiri tau apa rasa kedailan. Kawan ku, mari kita berkaca pada diri sendiri, segala tunutuan yang kita minta pada negara ini tentu lah kita sendiri yang menentukannya. Para wakil rakyat yang engkau minta untuk adil, bukankah mereka itu dahulu adalah kita? Para pemimpin bangsa yang berdiri dipuncak pertiwi, bukankan dahulu juga mereka adalah kita?.
Iya,”Kita.” Kita yang sekarang sedang menikmati nikmatnya hasil perjuangan para pahlawan, kita yang sekarang dengan tenang bisa duduk di bangku-bangku sekolah tanpa perlu cemas peluru akan menghujani tubuh kita. Kita yang sekarang menimkati lebutnya nasi, tanpa perlu cemas tanah ini akan menjadi ladang anarki. Kawan, bukan kah kita terlalu banyak menuntut bangsa ini?, menuntut rasa keadilan yang seharusnya kita sendiri yang memberikan, menuntut kejujuran yang seharusnya kita sendiri yang menujukanya, menuntut kemakmuran yang seharusnya kita sendiri yang dapat membaginya .
Kawan ku bangsa ini adalah bangsa yang besar, dengan sejuta potensi alam dan kebudayaannya. Kawan, bangsa ini adalah bangsa yang makmur, dengan berjuta-juta hektar tanah yang subur. Lalu kawan ku, mana lagi kah yang engkau minta dari bangsa ini?. Kawan ku, aku tahu kau sangat mencintai bangsa ini, cinta yang amat dalam sehinga kadang engkau lupa bahwa kau juga adalah bagian dari kami. Masih banyak kesempatan untuk menjadikan bangsa ini lebih baik kawan, perjalanana kita masih jauh, masih banyak pula yang harus kita benahi, masih banyak pula rintangan yang harus kita lalui, tapi aku yakin bersama mu, kawan ku, sahabat ku, semua yang kita tempuh akan selalu menjadi mudah. Kawan, jiwa pahlawan yang terdengar di telinga ku berbisik, bahwa kita pun dapat menjadi semperti mereka yang berjuang demi negeri, walaupun tanpa harus mengalirkan darah setetespun.
Semangat kita untuk memperbaiki bangsa ini dapat kita mulai dengan memperbaiki diri sendiri, sehingga esok kelak para wakil rakyat, dan pemipin negeri ini, dapat menjalankan tugas, dan kewajibanya dengan lebih baik, karena mereka adalah kita, yang mulai memperbaiki diri, dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Memang, jangan engkau tanya apa yang negara ini berikan kepada mu, tapi apa yang dapat kamu berikan untuk negara ini. Oleh karena itu jadikan elegi bangsa ini, menjadi syair indah yang dapat kita naungkan ke penjuru dunia, kita tunjukan betapa hebatnya negara kita, betapa indahnya bangsa kita, dan kita tunjukan kemuliaan hati generasi indonesia saat ini.
Wong Nga Liem
Siswa SMAN 8 Yogyakarta Provinsi DI Yogyakarta
maaf tapi nama saya , WONG NGA LIEM, bukan wo Nga Liem , terimakasih
BalasHapus