Untuk Indonesia,
Sengkang, 8 Agustus 2015
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Apa kabarmu Indonesiaku? Tak terasa, waktu bergulir begitu cepat meninggalkan rangkaian kisah masa-masa gelap tentang engkau, Indonesiaku. Kurang lebih 70 tahun silam, negeri tercinta ini diuji oleh sebuah penjajahan. Banyak nyawa yang harus melayang, banyak orang yang harus kehilangan, dan banyak hal yang harus direlakan untuk bisa merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik kita. Bersyukurlah kita yang sudah bisa menghirup kebebasan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang bangsa ini. Kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Berbicara tentang hari kemerdekaan Indonesia, ternyata negeri kita ini semakin menua saja. Tinggal menghitung hari, usiamu akan genap 70 tahun. Itu artinya, berbagai penyakit mulai ikut menggerogotimu. Tidak, aku tidak bermaksud untuk melukai hatimu. Aku hanya ingin memberi sedikit saran terhadap kesehatanmu. Aku bukanlah dokter yang bisa mengobati penyakit negeriku,bukan. Aku juga bukan pejabat yang bisa memberikan perubahan yang berdampak langsung padamu. Aku hanyalah seorang pelajar yang turut prihatin dengan pertambahan usiamu yang diiringi oleh pertambahan masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat. Sebagai penerus bangsa, aku tentu tak bisa tinggal diam melihat bumi pertiwi semakin terpuruk.
Negeri kita, adalah negeri yang kaya. Kaya akan segalanya. Kita memiliki 17.508 pulau yang berjejer dari Sabang sampai Merauke. Kita memiliki banyak sumber daya alam yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia. Kita memiliki berjuta penduduk dengan suku, budaya, dan bahasa yang beragam. Kita bahkan tak dapat menghitung berapa banyak kekayaan yang kita miliki. Namun, seperti kata pepatah “Kekayaan Bukanlah Segalanya”. Kita kaya akan sesuatu yang dapat dihitung, disentuh, diperlihatkan, dan diperjual-belikan. Kita kaya akan harta, sayangnya akhlak dan moral kita miskin. Bangsaku layaknya seorang manusia yang berlimpah harta namun sifatnya sungguh tak terpuji, sehingga bukannya semakin maju, malah akan merusak diri sendiri.
Di Indonesia sendiri, kita menganut ‘Moral Pancasila’ yang berpatokan pada kelima sila yang ada. Dasar Negara yang dirancang oleh orang-orang yang begitu kita banggakan : Mr. Moh. Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dasar Negara yang melalui proses yang panjang serta telah dipikirkan dengan baik, yakni : Bertuhan, adil dan beradab, memiliki rasa persatuan yang tinggi, senang bermusyawarah untuk mufakat, dan suka berbagi. Dari rumusan sila tersebut, semestinya negara kitalah yang maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Tetapi kenyataan dengan harapan itu sungguh jauh berbeda. Mengapa? Karena Dasar Negara hanya menjadi nyanyian yang indah bagi masyarakat, namun tak dapat dimaknai dan dilaksanakan dengan baik. Banyak masyarakat yang tak bertuhan atau bahkan menyimpang dari ajaran agamanya, padahal kita adalah bangsa yang ‘Bertuhan’. Pada sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” tidak sepenuhnya terlaksana. Rasa kemanusiaan masih menjadi masalah besar. Rakyatmu terpecah-belah, mereka saling bunuh-membunuh, menyakiti satu sama lain, tak ada rasa persatuan yang tinggi seperti apa yang tertulis pada sila ke-3. Bermusyawarah untuk mencapai kata mufakat masih jarang dilakukan, hingga terjadi perpecahan sesama rakyat Indonesia. Hingga sila terakhir yakni “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” masih belum dapat dilaksanakan dengan baik. Pemerintah masih belum memberikan keadilan kepada rakyat kalangan bawah. Kenapa tidak? Jika tikus-tikus kantor yang berkantong tebal bisa membayar hukum, sedangkan kalangan bawah yang ‘hanya mencuri kayu yang sebenarnya adalah miliknya sendiri’ dihukum lebih berat. Di mana letak keadilannya?
Berbagai masalah yang terjadi di kalangan masyarakatmu masih disebabkan oleh kurangnya akhlak dan moral. Mulai dari masalah A sampai Z, tidak lepas dari pendidikan moral. Apa saja itu? Korupsi? Sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat bahwa mereka yang korupsi adalah orang-orang yang berada di kalangan atas dengan gelar doktor dan insinyur. Artinya apa? Artinya mereka adalah orang-orang yang cerdas, pintar, berwawasan luas, namun tak memiliki akhlak yang baik. Mereka tak mampu membendung keegoisan, kehausan akan harta dan kekayaan hingga akhirnya dilakukanlah perbuatan yang hanya akan merusak dirinya dan bangsanya sendiri. Narkoba? Akar dari masalah ini juga moral bukan? Para pemuda, orang dewasa, bahkan orang tua yang pendidikan moralnya tidak bagus, selalu berpikir pendek, dan mudah putus asa akan melarikan diri kepada obat-obatan yang terlarang.
Oleh karena itu, marilah kita mengobati penyakit yang sedang menjalar di tubuh tanah air kita dengan cara memperbaiki pendidikan moral dan akhlak di setiap lapisan masyarakat. Pendidikan moral yang diajarkan di sekolah semestinya tidak hanya sampai di situ, orang tua, keluarga, masyarakat, dan seluruh kalangan harus ikut serta untuk memperbaiki keterpurukan bangsa ini. Salam sejahtera untuk Indonesiaku.
Sekian
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Nur Indah Sari R.
Siswi SMAN 3 Sengkang Provinsi Sulawesi Selatan
0 komentar:
Posting Komentar