Makassar, 13 Agustus 2015
Yang kami hormati Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo
Melalui surat ini saya ingin membagi fakta dan keluhan pak. Ketika masih menjabat sebagai Wali Kota Solo, saya termasuk fans pak Joko Widodo dan menaruh harapan kepada sosok yang apa adanya. Pemimpin yang sederhana dan merakyat. Pemimpin yang suka blusukan untuk mengamati dan merasakan penderitaan rakyat. Akan tetapi, kala belum tuntas permaslahan di Solo, bapak kemudian memutuskan maju dalam perebutan orang nomor satu di Jakarta dan ternyata terpilih. Saya pun mulai bertanya-tanya dalam hati, apakah gerangan dibalik keluguan dan kesederhaan bapak? Pertanyaan saya ini kemudian terjawab bahwa lagi-lagi rakyat ibu kota kecewa dengan janji kampanye untuk menuntaskan permasalahan ibu kota republik ini. Seperti banjir, macet, kemiskinan, dan lain-lain. Pak Jokowi ternyata melambung kiri dengan memutuskan bertarung di pemilihan presiden 2014 bersaing dengan Prabowo Subianto.
Pertarungan kedua calon memperebutkan kursi nomor satu di republik ini sangat ketat dengan berbagai intrik yang spektakuler. Janji kampanye pun dihembuskan ke publik agar bisa meyakinkan siapa kandidat yang terbaik. Saya masih ingat sebagian janji pak Jokowi seperti revolusi mental, pesawat ulang-alik, waduk untuk mengairi persawahan, mendukung kemerdekaan rakyat Palestina dan masih banyak yang lainnya.
Akhirnya setelah berbagai fenomena baru yang muncul di perpolitikan bangsa ini, Ir.Joko Widodo terpilih sebagai presiden ketujuh bangsa Indonesia. Tugas berat tentu menghadang sang presiden untuk menyatukan dan merangkul lawan maupun kawan. Belum genap setahun bapak memimpin Indonesia muncullah masalah dan kecewa. Pengangkatan menteri yang tidak professional di bidangnya. Menteri yang diangkat pun kadangkala membuat sensasi nyata dan menuai kritik dari masyarakat. Mengaji dengan lantunan gamelan, penghapusan kolom agama di KTP, peniadaan membaca Doa islami di sekolah dan yang lainnya. Penanganan lamban terhadap kasus Tolikara di Papua, anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar, pemberian visa terhadap warga Israel masuk ke Indonesia, padahal Indonesia tidak menjalin hubungan bilateral dengan Israel. Hal ini sangat bertolak belakang dengan janji kampanye bapak yang ‘katanya’ mendukung kemerdekaan Palestina.
Salah satu juga hal nyeleneh yang dilakukan pak presiden yaitu seringnya berkata saya tidak tahu ketika ada masalah dan berkas apa yang telah ditandatangi. Padahal sebagai kepala negara mestinya semua urusan negara dalam kendali dan sepengatahuannya.
Wahai sang presiden yang suka blusukan, apa yang saya tuliskan hanya sebagian yang terhembus ke publik bahwa ada yang salah dengan kepemimpinanmu. Dan selaku generasi muda menginginkan perubahan yang nyata bukan sekedar janji manis semata pak. Olehnya itu, kembalilah kepada jalan yang benar dalam mengurusi negara dengan seksama tanpa ada intimidasi dari pihak manapun. Bekerjalah untuk kesejahteraan rakyat bukan untuk pribadi, golongan ataupun pihak asing. Pendiri bangsa ini telah mengorbankan raga dan jiwa demi sebuah kemerdekaan agar bebas dari penjajahan segala bidang. Kini harapan itu masih ada jika pak Jokowi terlebih dahulu merevolusi mentalnya sendiri. Terakhir jangang galau mengurus negara ini pak karena kita adalah bangsa yang besar. Olehnya itu, bangsa ini harus segera berdikari, berdiri di kaki sendiri.
Wahai presiden wong cilik
Dengarlah goresan pena ini,
Tulisan yang lahir dari relung hati.
Kicauan atas keprihatinan dan nasib rakyat
Kepemimpinanmu dalam tanda tanya besar
Ada apa gerangan hingga kondisi bangsa di ujung tanduk?
Urusan negara adalah tanggung jawabmu
Hilangkan intimidasi kebijakan dari mana pun
Kami generasi muda mendukungmu jika engkau tidak galau mengurus negara.
Don’t say itu bukan urusanku
Ingat pak presiden, setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak
So, Uruslah negara ini dengan baik dan jangan lupa kalau mau tanda tangan harus diketahui apa yang ditandatangani.
Wahai, sang presiden cilik, jangan galau yah mengurus negara
Rakyat tidak butuh blusukan, tetapi Kesejahteraan dan Kebijakan yang berpihak kepada mereka.
Revolusi mentalmu lebih dulu, maka rakyat pun akan ramai-ramai merevolusi mentalnya
Hidupkan kembali sifat kepahlawananmu!
Demikianlah surat ini semoga bapak presiden mendapat petunjuk agar bisa menuntaskan permasalahan bangsa dan membawa perubahan yang baik serta mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Hormatku,
Nur Azizah
Siswi MAN 3 Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
0 komentar:
Posting Komentar