Kepada: Indonesiaku
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Tidak terasa sudah 70 tahun lamanya engkau berdiri. Sebagai simbol pemersatu bangsa ini dari beragam kerajaan dimasa lalu engkau adalah penyempurna dari segala kebhinekaan yang ada. 17 Agustus 1945, lahir dengan pondasi dasar Pancasila dan UUD 1945, engkau siap terbang dengan sayap Garuda membawa seluruh cita-cita yang sudah lama diimpikan di tanah Nusantara ini.
Tapi apa yang saya lihat di usia mu yang ke 70 ini, engkau seperti kehilangan arah. Arus liberalis yang menerjang dari barat membawa segala kesenangan seperti tidak mampu lagi difilter oleh Pancasila kita. Keyakinan teguh yang dipegang oleh para pendiri bangsa ini, sepertinya luntur dimakan oleh zaman. Pancasila terseok-seok, menopang gelombang globalisasi. Kekayaan alammu yang berlimpah tersebar di garis khatulistiwa hanya dinikmati para kapitalis saja. Ibarat kakek tua di usia senja, engkau mulai terserang berbagai macam penyakit.
Salah satunya korupsi. Korupsi adalah penyakit yang terus menggerogoti bangsa ini. Sangat sering sekali media memberitakan tentang pejabat yang diproses oleh KPK. Uang rakyat untuk pembangunan bersama dihabiskan hanya untuk membangun kehidupan dirinya sendiri tanpa melihat kepentingan orang banyak. Seandainya uang rakyat benar benar digunakan dan dikelola untuk kemaslahatan bersama, dibangun untuk membangun infrastuktur dan sumber daya manusianya, tidak bisa dipungkiri Indonesia akan menjadi salah satu macan Asia.
Reformasi yang katanya hadir membawa segala pembaruan malah turut membuang hal-hal baik dan bermanfaat generasi sebelumnya yang bisa ditiru oleh generasi sekarang. Contohnya: P4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sudah tidak diajarkan di sekolah-sekolah umum. Padahal P4 sangat berguna sekali untuk menumbuhkan jiwa nasionalis dan patriotik setiap siswa. Tanpa pegangan seperti ini lah yang membuat jati diri bangsa Indonesia semakin terkikis.
Terakhir adalah penegakan hukum. Hukum yang ada seperti pisau. Tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Hukum sekarang bisa dibeli dengan uang dengan topeng birokrasi yang menempel di wajahnya. Pembelian hukum seperti ini yang akan berujung kepada korupsi yang tiada ujungnya.
Terima kasih atas perhatian kepada saya untuk mengirim surat ini kepadamu, Indonesia. Apabila ada kata-kata saya yang berkenan lebih kurangnya saya mohon maaf.
Wassalammualaikumwarrahmatullahiwabarakatuh.
Hormat saya,
Muwalliha Syahdani
Siswi SMA Semesta, Semarang, Provinsi Jawa Tengah
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Tidak terasa sudah 70 tahun lamanya engkau berdiri. Sebagai simbol pemersatu bangsa ini dari beragam kerajaan dimasa lalu engkau adalah penyempurna dari segala kebhinekaan yang ada. 17 Agustus 1945, lahir dengan pondasi dasar Pancasila dan UUD 1945, engkau siap terbang dengan sayap Garuda membawa seluruh cita-cita yang sudah lama diimpikan di tanah Nusantara ini.
Tapi apa yang saya lihat di usia mu yang ke 70 ini, engkau seperti kehilangan arah. Arus liberalis yang menerjang dari barat membawa segala kesenangan seperti tidak mampu lagi difilter oleh Pancasila kita. Keyakinan teguh yang dipegang oleh para pendiri bangsa ini, sepertinya luntur dimakan oleh zaman. Pancasila terseok-seok, menopang gelombang globalisasi. Kekayaan alammu yang berlimpah tersebar di garis khatulistiwa hanya dinikmati para kapitalis saja. Ibarat kakek tua di usia senja, engkau mulai terserang berbagai macam penyakit.
Salah satunya korupsi. Korupsi adalah penyakit yang terus menggerogoti bangsa ini. Sangat sering sekali media memberitakan tentang pejabat yang diproses oleh KPK. Uang rakyat untuk pembangunan bersama dihabiskan hanya untuk membangun kehidupan dirinya sendiri tanpa melihat kepentingan orang banyak. Seandainya uang rakyat benar benar digunakan dan dikelola untuk kemaslahatan bersama, dibangun untuk membangun infrastuktur dan sumber daya manusianya, tidak bisa dipungkiri Indonesia akan menjadi salah satu macan Asia.
Reformasi yang katanya hadir membawa segala pembaruan malah turut membuang hal-hal baik dan bermanfaat generasi sebelumnya yang bisa ditiru oleh generasi sekarang. Contohnya: P4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sudah tidak diajarkan di sekolah-sekolah umum. Padahal P4 sangat berguna sekali untuk menumbuhkan jiwa nasionalis dan patriotik setiap siswa. Tanpa pegangan seperti ini lah yang membuat jati diri bangsa Indonesia semakin terkikis.
Terakhir adalah penegakan hukum. Hukum yang ada seperti pisau. Tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Hukum sekarang bisa dibeli dengan uang dengan topeng birokrasi yang menempel di wajahnya. Pembelian hukum seperti ini yang akan berujung kepada korupsi yang tiada ujungnya.
Terima kasih atas perhatian kepada saya untuk mengirim surat ini kepadamu, Indonesia. Apabila ada kata-kata saya yang berkenan lebih kurangnya saya mohon maaf.
Wassalammualaikumwarrahmatullahiwabarakatuh.
Hormat saya,
Muwalliha Syahdani
Siswi SMA Semesta, Semarang, Provinsi Jawa Tengah
0 komentar:
Posting Komentar