Kepada Seluruh Masyarakat Indonesia
Saya, seorang siswa SMP kelas 3, melihat hari-hari di kota saya, seperti melihat rutinitas biasa. Para pedagang berjualan dan pembeli membeli. Orang kaya duduk, orang miskin membanting tulang. Mereka yang berbaring di atas kasur, mereka yang berbaring di atas batu. Mereka yang menjulurkan tangan dan mereka yang menurunkan telapak tangan.
Bahkan satu buah senyum sangatlah mahal untuk diberikan kepada orang asing yang menderita.
Saya juga memperhatikan betapa krisis toleransi di negeri ini. Mereka yang masih melakukan perdebatan di dunia maya, membawa SARA sebagai permulaan perdebatan, menganggap mereka paling benar. Bahkan mungkin bila negara lain melihat apa yang kita perdebatkan, mereka akan tertawa.
Gotong royong yang tidak pernah terjadi di depan mata saya di hadapan masyarakat. Sekolah-sekolah memang mengajarkan gotong royong. Namun apa guna bila tidak terjadi di luar sekolah? Para orang tua yang takut tidak dapat memuaskan anak, membeli berbagai teknologi untuk mereka mainkan sendiri. Akibatnya, terjadi diskomunikasi saat berkumpul bersama keluarga. Karena mereka mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bagaimana dengan teman dan masyarakat?
Diskomunikasi menyebabkan kita tak mengerti satu sama lain. Kita semua menjadi terpecah belah dan konflik pun terjadi. Rasa gotong royong, kekeluargaan, dan toleransi perlahan-lahan menghilang. Apa jadinya Indonesia nanti?
Saya bersyukur Indonesia masih dapat bertahan hingga saat ini. Sebentar lagi 17 Agustus 2015. 70 tahun kita semua bertahan. Kita berkembang, teknologi meningkat pesat, dan benih-benih pemimpin sedang ditempa. Namun hilangnya rasa kebersamaan ini, saya bingung, “Apakah ini sebuah perkembangan?”
Saya menulis surat ini, untuk membantu menyadarkan diri kita semua. Saya akan berusaha menyadarkan diri saya dan membantu teman-teman semua. Seluruh masyarakat Indonesia sangat berpengaruh terhadap pembangunan suatu saat nanti. Saya menulis untuk kita semua. Saya akan berbohong bila saya berkata saya tidak berharap sama sekali untuk menang. Saya berharap untuk menang. Namun bila surat saya mampu mengubah sedikit saja pribadi kita dan membuka sedikit hati kita kepada orang lain, saya sudah menang.
Mungkin teman-teman tidak suka dengan saya. Saya berbicara seakan-akan saya mengetahui semuanya, permasalahan Indonesia dan masyarakatnya. Jujur, saya seorang pribadi yang bersosialisasi hanya di sekolah tapi tidak di masyarakat. Saya takut bila suatu saat kebaikan kita dimanfaatkan oleh orang yang tidak memiliki hati.
Sewaktu saya mendengar ada lomba menulis surat, saya ingin ikut, dan menang. Namun topik apa? Saya merenungkan diri dan melihat ke luar jendela sekilas. Melihat kita semua yang tidak peduli terhadap orang-orang di sekitar kita.
Saya ingin meminta teman-teman juga ikut mengubah diri dan membuka pintu hati bagi orang-orang di sekitar kita. Sewaktu SD kelas 2, saya belajar pelajaran PKN, dan contoh gerakan gotong royong adalah membersihkan selokan bersama warga sekitar dan tetangga. Namun hingga sekarang, saya tidak pernah melihat aktivitas gotong royong di lingkungan saya.
“Apa yang harus saya lakukan?”
Inilah tugas pemimpin kelompok kita, ketua RT, ketua RW, Wali Kota, Gubernur, dan Presiden untuk mengajak kita semua bersosialisasi. Tugas kita sebagai masyarakat ialah mendukung keputusan yang baik, karena kita yang memilih, kita yang melaksanakan.
Sekian surat dari saya, saya berharap bahwa surat saya tidak menimbulkan perselisihan di antara kita. Salam!
Jambi, 16 Agustus 2015
Richie Fane
Siswa SMP Bina Kasih Jambi Provinsi Jambi
Permasalahan yang besar namun sulit dicermati yang lain! Lanjutkan!
BalasHapusThanks yaa
BalasHapus