Kepada
Seluruh Rakyat Indonesia
Di manapun kalian berada
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bagaimana kabarnya? Kalian baik-baik saja? Menurut perhitungan waktu Indonesia, beberapa jam lagi negara kita tercinta akan berulang tahun ke-70. Tidak terasa sudah setua ini, aku sendiri sudah berada di sini 17 tahun beberapa hari. Banyak perubahan yang terjadi, ada yang baik, tidak sedikit yang buruk, bahkan beberapa yang baik ada yang menjadi buruk, namun bukan berarti tidak ada buruk yang berubah baik. Aku menulis ini untuk semua lapisan masyarakat, mulai dari jelata sampai yang tidak punya mata, rakyat termasuk orang-orang yang suka memperalat. Untuk mengurangi kesalahpaman nantinya, lebih baik kubagi-bagi saja isi surat ini, orang sering bilangnya, agar lebih tepat sasaran. Baiklah, akan kumulai dari kaum atas.
Kepada bapak-bapak dan ibu-ibu di atas sana, ingatlah jarak kalian dengan Tuhan itu tidak lebih jauh dari nadi. Saran saya, janganlah bapak dan ibu sekalian pura-pura cacat, kalau mau seperti itu lebih baik mengemis. Di bawah sana banyak yang kelaparan dan tidak punya apa-apa, badan kurus, rumah kumuh, bukan sepuluh atau lima puluh, tapi ribuan bahkan jutaan, apa lautan manusia miskin itu tidak terlihat, atau memang kalian membutakan diri? Teriakan, jeritan, dan rintihan sudah sering keluar dari mulut kami, bukan dari jarak jutaan atau berbeda pulau, apakah suara di dekat telinga itu tidak kalian dengar, atau memang kalian menulikan diri? Walaupun tidak semua tuli dan buta, ada juga yang melihat bahkan mendengar, tapi kenapa kalian diam. Kalian tiap hari melihat rupa kami, tiap saat setia mendengarkan kami, tapi setelah itu apa, kenapa masih dia, apakah memang kalian membisukan diri? Saran dari saya, kalau merasa rabun, periksalah ke dokter, merasa suara mulai samar-samar, periksa juga, mulut susah untuk berkata, tanyakah penyebabnya, tiap hari saja kalian makan dan mandi uang, bersedekah ke aparat sudah sering, sesekalilah bersedekah ke perawat dan dokter, mungkin saja bisa mengobati cacat kalian. Bagi yang masih waras, saya tau jumlahnya sedikit, tolonglah sembuhkan mereka yang cacat, bawa mereka ke rumah sakit. Kalau memang tidak bisa disembuhkan, matikan saja.
Kepada saudara-saudara seperjuanganku, para pelajar, waktu kita sebentar lagi. Sekarang sudah 70 tahun, Indonesia hasil jerih payah kita tinggal 30 tahun lagi. Mereka yang sekarang berada di atas, yang masih waras, mereka mempersiapkan kita untuk 100 tahun Indonesia merdeka, itu tahun 2045. Jangan tunggu 30 tahun, karena kita harus mulai dari sekarang. Makin banyak orang yang tumbang, kita harus bersama membangun kembali yang tumbang. Yang rusak kita perbaiki, yang bagus kita perbagus, yang salah kita benarkan, yang benar kita perkuat, dan yang tetap jangan diganggu gugat. Nilai bukan segalanya. Mungkin sekarang sepertinya nilai adalah segalanya, tapi itu hanya ilusi, setan sudah mendoktrin otakmu dengan pikiran tidak masuk akal! Apa yang kau dapat dengan nilai, ijazah dan pekerjaan yang pantas? Setelah itu apa, adakah selain itu. Sekolah hanya untuk mengejar nilai dengan mempertaruhkan segala cara, bahkan haram sekalipun, setelah merasa puas dengan ijazah dengan nilai haram, dengan bangganya mendaftar kerja, setelah bekerja di tempat favorit, mendapatkan uang, selesai, semuanya berhenti di situ. Padahal hidup tidak segampang itu. Mendapatkan nilai dengan jujur adalah salah satu cara menangkal korupsi, hal yang menggerogoti negara kita saat ini. Kalau kita bisa menghentikan budaya curang demi mendapatkan nilai, seperti mencontek, yakinlah korupsi akan punah dengan sendirinya. Yakinlah dengan kemampuan sendiri, kalau kau sudah berusaha sekuat tenaga, pastilah hasilnya tidak akan menghianati. Bila memang tidak sesuai harapan, itu bukan hasil akhir, karena ada kalanya hasil akhir yang ada di pikiranmu hanya fatamorgana, hasil akhir sebenarnya hanya Tuhan yang tau, dan kalau kau terus berjalan dan mengacuhkan fatamorgana itu, yakinlah buah yang sebenarnya akan kau petik. Bagi kalian yang merasa tidak cocok dengan sekolah, keluar saja. Banyak orang sukses di luar sana yang keluar dari sekolahnya, tapi dengan catatan kau memang sanggup. Mark Zuckerberg ‘mengeluarkan diri’ dari Harvard University setelah berhasil membuat sebuah sosial media yang sebelumnya sempat dipanggil pihak Harvard karena membobol privasi mahasiswa demi proyek sosial medianya. Nah, apakah kalian sudah membuat sesuatu yang bisa dijadikan alat mengarungi dunia, kalau sudah dan merasa sekolah hanya menghalangimu, silahkan keluar. Tapi, bila hidupmu saja masih tergantung orangtua, hanya ingin keluar sekolah karena merasa terkekang dan ingin hidup bebas, kau akan menyesal meninggalkan sekolah.
Kepada anak-anak muda, teman-temanku, dan seluruh rakyat Indonesia di manapun kalian berada, buanglah sampah pada tempatnya. Hargailah para pejuang yang sudah membersihkannya untuk kita.
Waasalamualaikum Wr. Wb.
Muhammad Rifqi Saifudin
Siswa SMAN 1 Marabahan, Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan
Cakep banget dah tulisannya. Keren bisa memotifasi orang banyak nih. Btw ini lomba ya? Apa lagi iseng aja?
BalasHapusKalo lomba semoga menang deh yah..
Artikelnya panjang
BalasHapusberkesan nasionalis banget tuh. mengajak banyak orang berpikir
tapi saya kok ggak bisa menemukan hubungan antara judul sama isi artikel diawal ya.
baru pas terakhirlah yang ngerasa nyambung sama judulnya
layout blognya bikin puyeng mata gue :@
BalasHapusterus tulisannya terlalu rapat-rapat lagi -___-
mark zukerbeg tu termasuk orang beruntung dan berada di waktu yg tepat.
jadi jgn ngomong seolah-olah ayoo kita keluar sekolah terus buat sesuatu blablabla semua itu gag mudah cuii.
mungkin pikiran lo masih idealis, tapi kalo udah kuliah pikiran lo bakal realistis..
btw materinya buang sampah pada tempatnya terus sampah apa yg dibuang dari konteks bacaan ini?
bner apa kata riqfi. kita sebagai pelajar tidak harus menunggu sampai 100 tahun Indonesia merdeka. itu terlalu lama. kalau bisa dari sekarang kenapa nggak?
BalasHapusbner apa kata rifqi. kita sebagai pelajar tidak harus menunggu sampai 100 tahun Indonesia merdeka. itu terlalu lama. kalau bisa dari sekarang kenapa nggak?
BalasHapusBener banget ni, jangan suka buang sampah sembarangan, harusnya kita malah jadi pelopor dari kebersihan lingkungan..
BalasHapusMasa sekolah yg dipenuhi budaya mencontek memang menjadi seperti budaya korupsi yg pertama muncul. Soal bagaimana korupsi akan hilang, gue lebih mikir ke pribadi masing2 aja, gak bisa terlalu berharap akan banyak perubahan ketika satu org saja yg ingin berubh.
Semoga menang dgn lombanya.