Untuk : Indonesiaku dan Bapak Negaraku
Dari : Rakyat yang Ingin Maju Bersama Indonesia
Assalamualaikum wr.wb
Apa kabar Bapak Jokowi? Saya berharap bapak dalam keadaan yang menyenangkan. Bagaimana kesehatan Anda? Apakah Bapak masih pusing dengan berbagai macam kehidupan yang amburadul di bangsa Indonesia ini?
Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih yang sangat dalam apabila bapak menyempatkan beberapa menit dari waktu bapak yang berharga untuk membaca pandangan dan pendapat saya yang saya tuangkan dalam tulisan ini. Saya ingin menyampaikan suatu hal yang menurut saya ini cukup penting untuk disampaikan ke Bapak. Saya merasa sebagai perwakilan pemuda-pemudi bangsa memiliki hak untuk mengutarakan keluh kesah maupun ide-ide saya ke pemimpin sebuah Bangsa yang ‘katanya’ kaya ini. Tanah Surga Katanya.
Saya hidup kurang lebih 17 tahun di bumi Indonesia ini, tidak ada yang istimewa. Hingga saat dimana saya duduk di bangku kelas XII ini, saya tidak pernah sekalipun menginginkan adanya kegiatan upacara bendera pada hari Senin ataupun hari-hari lainnya. Dulu ketika saya masih berseragam putih merah saya berpikir bahwa kemalasan yang saya rasakan dalam kegiatan upacara bendera ini akan menghilang perlahan ketika saya beranjak dewasa, namun pada realitanya saya menjadi semakin malas. Saya bingung, apakah ada sistem yang salah dengan pendidikan dan pengajaran di Indonesia ini sehingga para pelajar pada umumnya khususnya saya tidak tahu bagaimana cara menghargai jasa dan perjuangan para pahlawan dalam mengupayakan kemerdekaan bangsa ini. Berstatus sebagai pelajar selama hampir dua belas tahun membuat saya mulai berpikir kenapa rasa nasionalisme yang saya miliki sangatlah minim padahal pelajaran PpKn pun tidak pernah tertinggal dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Seandainya saya dan para generasi muda lainnya bisa bisa mengenal bangsa ini . . . .
Bagi saya hal yang paling mengecewakan tentang bangsa Indonesia ini yaitu generasi dan pengajar generasinya. Saya tidak menampik bahwa saya bukanlah generasi yang gemilang ataupun membanggakan. Saya tidak unggul dalam bidang akademik maupun non-akademik bahkan saya tidak pernah benar-benar perduli dengan segala hal yang berbau nasionalisme. Tapi setidaknya saya bukan remaja yang bebas dan tidak memikirkan masa depan. Dalam segi kebanggaan berbahasa, jujur saya lebih bangga apabila bisa melafalkan bahasa Inggris dengan fasih dibandingkan bahasa Indonesia. Pertanyaan yang selalu menganggu di benak saya yaitu apakah mungkin ada solusi untuk menghilangkan ataupun meminimalisir hal buruk semacam ini?.
Menurut saya dalam memajukan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat Indonesia harus dimulai dari generasi mudanya. Dapat dimulai dengan melihat apa yang popular dikalangan para remaja, social media? instagran? bisa menjadi sarana yang memungkinkan. Misalnya menampilkan video-video cara berjuang masa kini dalam dunia remaja yang kemudian diunggah di instagram atau membuat forum-forum sharing dan motivasi, sehingga terlihat bahwa remaja juga memiliki peran dalam upaya menyadarkan masyarakat tentang sikap berbangsa dan bernegara. Berikut ide-ide saya yang saya pikir mampu memperbaiki bangsa Indonesia beserta pemuda-pemudi dan masyarakatnya.
Pertama, untuk program televisi. Tayangan-tayangan televisi saat ini terlalu banyak menampilkan berita-berita dari sisi buruk bangsa Indonesia, sehingga membuat rasa segan, hormat dan bangga terhadap bangsa ini pun luntur kemudian menurun atau bahkan menghilang. Berita mengenai korupsi, tawuran, pencurian, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan dan lain sebagainya. Sebenarnya tontonan dan tayangan seperti itu tidak masalah karena tentunya membuat masyarakat tahu apa sih yang terjadi dengan bangsa ini, masalah apa yang sedang membelenggu negera ini dan apa sih yang saat ini sedang terjadi di gedung pemerintahan. Namun, semua itu harus ada penetralisirnya juga atau istilahnya sebagai penyeimbang. Bagi para stasiun stasiun televise sebaiknya Anda jangan hanya menampilkan sisi negatif dan berita buruk dari bangsa Indonesia saja namun juga harus menampilkan sisi positifnya dengan porsi penayangan yang seimbang. Kalau dipikir-pikir, progam televisi apa sih yang saat ini menayangkan kearifan lokal bangsa ini ataupun sisi positifnya?. Pak Jokowi tolong perbaiki hal ini karena ini sangat berpengaruh kepada masyarakat umumnya dan remaja khusunya dalam hal menghormati Negara Indonesia ini. Karena pada saat ini peran benda-benda elektronik sangat memberikan pengaruh terhadap kelangsunan masa depan bangsa Indonesia ini.
Kedua, materi pembelajaran bidang studi PpKn. Seperti yang diketahui pada umumnya bidang studi PpKn merupakan pelajaran yang mengajarkan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara, dan merupakan pelajaran wajib di seluruh sekolah yang berada di Indonesia tanpa terkecuali. Namun setiap bab yang ada dalam bidang studi PpKn ini semua terasa rumit. Seharusnya sebelum masuk ke prosesi pembelajaran, guru harus menjelaskan apa maksud dan dari judul bab tersebut. Apalagi di kurikulum 2013 bahasa yang digunakan terlalu tinggi contohnya “Dinamika Penyelenggaraan Negara Dalam Konteks NKRI dan Negara Federal”.Kenapa tidak diganti dengan “Penyelenggaraan Negara Dalam NKRI dan Negara Federal”. Dari judul bab saja sudah terasa membingungkan apalagi mulai masuk ke dalam materi dan proses pembelajarannya. Kalau seperi itu kan jadi terlihat lebih simple dan lebih bisa dimengerti oleh siswa tentunya. Pemikiran yang mengatakan ini rumit adalah pemikiran saya yang IQ nya hanya rata-rata. Kemudian materi yang ada terlalu banyak dan cenderung menghafal pasal. Saya tidak menampik bahwa menghafal bebrapa pasal seperti itu memang cukup penting namun apakah tidak sebaiknya jika langsung ke prakteknya saja. Misalnya pasal 28 mengenai Hak Asasi Mamusia, sepertinya tidak perlu harus menghafal keseluruhannya cukup dengan bisa memaknain dan memahaminya saja. Ketika saya duduk di kelas XI saya mendapat tugas dari guru saya untuk menghafalkan semua pasal 28 namun sekarang ketika saya kelas XII saya sudah lupa. Walaupun tidak semua orang seperti saya yang memiliki daya ingat rendah namun setidaknya ini sudah cukup membuktikan bahwa sistem menghafal bukan pilihan yang menjanjikan agar pelajar Indonesai bisa mengenal bangsanya sendiri.
Ketiga, tenaga pengajar. Tenaga pegajar yang dimaksud tidak hanya orang yang berprofesi sebagai guru melainkan juga setiap orang yang ikut bertanggungjawab dalam mencontohkan sikap berbangsa dan bernegara bagi para pengajar. Dalam hal ini tenaga pengajarnya harus diperbaiki dalam aspek segi mengajar dan mendidiknya. Tidak terlalu memberikan tugas yang panjang dan menumpuk serta terkesan bertele-tele tanpa menemukan intinya namun lebih memberikan praktek dalam kehidupan nyata. Di beberapa sekolah di Indonesia ini, sebagian tenaga pendidik materi pelajaran PpKn lebih sering memberikan banyak materi, tapi tidak ada siswa yang tahu pasti mengenai makna dari pemberian materi tersebut, ini yang harus diperbaiki. Apakah kita ingin penerus bangsa Indonesia kedepannya hanya bisa duduk diam dan menghafalkan ilmunya namun tidak bisa dalam proses prakteknya.
Keempat, masing-masing individu. Setiap individu memiliki peran dalam terwujudnya kesadaran berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia. Apabila setiap orang mampu bersikap bijak dalam menghadapi arus globalisasi, pastinya kearifan lokal bangsa ini tidak akan punah dan lenyap. Sebenarnya rasa nasionalisme dapat tumbuh secara perlahan-lahan, mulai dari perilaku sederhana seperti yang saya sebutkan sebelumnya yaitu dengan ikhlas mengikuti upacara bendera. Tapi pertanyannya bagaimana caranya bisa menumbuhkan rasa ikhlas itu? Jawabannya kembali ke poin-poin sebelumnya. Saya berharap Bapak Presiden Jokowi mampu memberikan gerakan perubahan yang mampu membuat rakyat Indonesia bangga dengan Indonesia.
Hingga saat ini status Indonesia masih sebagai Negara berkembang. Entah sampai kapan status itu akan berubah. Saya pikir setelah terpilihnya Bapak Jokowi akan terjadi berbagai macam perubahan, namun sampai sekarang ini tidak ada perubahan yang saya rasakan, malah yang saya rasakan hanyalah ketidakpastian. Saya adalah salah satu siswa yang dijadikan kelinci percobaan dalam sistem pendidikan yang berbasis kurikulum 2013, segalanya masih belum dipastikan. Mulai dari bentuk raport hingga belum pasti ada tidaknya SNMPTN bagi angkatan kami , semuanya masih abu-abu. Saya memahami urusan bapak tidak hanya diperuntukkan bagi para pelajar, tapi setidaknya bapak tegaskan lagi kepada menteri-menteri bapak untuk lebih bekerja secara maksimal. Jangan terlalu banyak rapat, buktikan saja dengan perilaku yang nyata. Bagaimana Negara ini akan berkembang kalau dari dulu hingga sekarang pejabat-pejabatnya melakukan rapat hingga berjam-jam tapi tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti dan memuaskan. Seperti yang diketahui banyak orang bahwa dalam rapat saja para pejabat berkelahi hingga membalikkan kursi dan meja. Apakah ini yang rakyat Indonesia harapkan dari perwakilan-perwakilan mereka yang dudu di kursi pemerintahan?. Sangat mengiris perasaan.
Selanjutnya saya akan menyampaikan pendapat dan keluh kesah saya sebagai sisi dari masyarakat luas bukan dari sisi seorang pelajar.
Masyarakat Indonesia, sadar berbangsa? Bagaimana caranya? Tidak ada yang tahu pasti.
Kalau saya Tanya bapak, cara untuk bisa sadar dan cinta tanah air, apa jawaban bapak? apakah harus berperang dengan senjata ataukah hanya diam menyaksikan apa yang terjadi.
Sekarang ini usia Indonesia telah menginjak 70 tahun, kalau diumpamakan dengan usia manusia, usia 70 tahun adalah usia senja. Tapi selama ini apakah Indonesia pernah merasakan kemajuan dan kebangkitan. Dari dulu hingga sekarang ya begini-gini saja. Kapan Indonessia bisa menjadi seperti zaman Kerajaan seperti dulu yang disegani dengan Negara lain dan menjadi kiblat pendidikan, kenapa sekarang kita malah diremehkan dengan Negara lain?. Dan kenapa juga kekuatan kita di Negara-negara lain tidak ada apa-apanya, Kedutaan kita di Negara lain seperti tidak berfungsi dengan baik, rakyat kita menjadi sasaran ketidakadilan tapi pemerintahnya tidak bisa berbuat apa-apa, saya sangat sedih membayangkannya. Kekuatan bangsa ini sangatlah lemah membuat rakyatya kecewa dengan status mereka yaitu sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Saya ingin sekali jika bepergian ke negeri orang kelak, orang-orang akan segan dan merasa bangga bertemu dengan masyarakat bangsa Indonesia. Tapi pertanyaannya kapan semua itu bisa terwujud? suatu saat nanti? tapi kapan?. Bagaimana generasi mudanya bisa percaya dan mencontoh para orang dewasa yang memegang roda pemerintahan dan perekonomian bangsa Indonesia, jika tidak ada yang bisa dipercaya. Untuk mensejahterakan bansa Indonesia ini yang harus dilakuakn pertama kali yaitu memberantas para tikus-tikus berdasi yang terlalu serakah dengan lembaran warna-warni rupiah. Kemudian setelah itu menyiapkan penerus yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi tanpa mengharapkan imbalan yang tidak seharusnya mereka dapatkan, serta tidak membiarkan rakyatnya terbiasa dalam dunia sogok-menyogok. Contoh sederhananya yaitu dalam kampanye, para calon tidak seharusnya memberikan amplop. Jika rakyat telah menerima amplop tersebut maka tidak seharusnya mereka berkoar-koar meluapkan amarah jika Negara ini harus jatuh miskin dan kacau balau karena kasus korupsi. Toh mereka juga menikmati uang yang tidak seharusnya mereka dapatkan. Kenapa tidak diberikan peraturan yang menegaskan tidak perlu diadakannya kampanye besar-besaran. Cukup dengan menyampaikan visi misi dengan kata-kata yang pasti dapat dilakukan dan bukan dengan selembaran kertas putih yang telah memiliki isi. Bapak Jokowi tolong perbaiki budaya seperti ini. Tapi jangan sampai bapak mempraktekannya juga.
Di tulisan ini saya hanya ingin Indonesia menjadi Negara yang lebih baik, Negara yang mampu bersaing dengan dunia internasional dan bisa menghadapi pasar bebas nantinya. Saya telah menyampaikan pandangan-pandangan saya dari sisi pelajar dan juga sisi masyarakat. Kali ini saya menyampaikan pendapat dan saran saya untuk Indonesia maju dari segi pemberdayaan sumber daya manusianya.
Indonesia sangat miskin dalam ketenagakerjaan para ahli, tidak adaya tenaga ahli tersebut telah memaksa pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar untuk merekrut orang asing. Padahal hal ini membuat terjadinya keterbatasan lapangan kerja bagi rakyat lokal. Jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya rakyat Indonesia banyak yang memiliki talenta dalam bidang-bidang tertentu. Contohnya saja, saat ini telah banyak pelajar Indonesia yang mengguncang dunia Internasional, jika pemerintah dapat memanfaatkan ini dengan baik maka ini akan menjadi aset besar bagi bangsa Indonesia. Tapi yang saya takutkan orang-orang hebat asli bangsa Indonesia tidak mau mengabdi dengan bangsa ini karena merasa lebih nyaman dengan perlakuan bangsa lain dalam memperlakukan para pekerja. Contohnya saja bapak B.J. Habibie yang dahulu sempat tidak ingin kembali ke Indonesia, beliau hanyalah salah satu contoh orang hebat asli Indonesia, beliau hanyalah satu dari sekian orang yang lebih merasa nyaman jika bekerja untuk Negara orang lain. Seandainya program-progam beasiswa pemerintah dapat dimanfaatkan dengan benar, dan diperuntukkan bagi orang-orang yang tepat pula, maka anggaran milyaran rupiah untuk pendidikan tidak akan melayang dengan percuma. Namun pada realitanya, banyak beasiswa yang diperuntukkan bagi anak, keluarga ataupun kerabat para pejabat yang berhubungan dengan beasiswa tersebut. Tolonglah bapak Jokowi, tegaskan kembali kepada menteri-meneteri bapak untuk memaksimalkan apa yang ada di Negara ini bukan berusaha mencari yang lain demi terpenuhinya kebutuhan bangsa ini.
Harus berapa kali lagi dikatakan bahwa Negara ini sebenarnya kaya, kaya dalam berbagai aspek, kaya budaya, kaya sumber daya alam, kaya sumber daya manusia, kaya talenta, tapi miskin pengetahuan. Negara ini masih terlalu bodoh dalam memanfaatkan kekayaan yang ada. Indonesia Negara kepulauan yang tersebar dari ujung sabang dan merauke. Katanya itu merupakan kekayaan luar biasa yang dimiliki bangsa Indonesia, hal itu memang benar. Namun, menjadi Negara kepulauan juga menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia sendiri. Pendidikan dan berbagai macam fasilitas tidak tersebar secara merata. Seperti yang saya ketahui bahwa di bagian ujung merauke sering menjadi daerah tertinggal dibandingkan dengan wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Sedangkan di pusat Ibukota dan daerah-daerah di sekitarnya, pendidikan lebih maju dan fasilitas yang ada lebih terjamin. Sekali lagi saya berharap Bapak Jokowi lebih mengoptimalkan dan bekerja lebih keras lagi untuk memperbaiki bangsa ini.
Saat ini saya tingggal di Kalimantan Timur, daerah yang katanya kaya akan minyak. Saya juga tidak terlalu tahu pasti tentang hal itu karena saya memang tidak pernah berurusan langsung dengan minyak bumi. Keluarga saya juga bukanlah orang yang bekerja dalam pengolahan hasil bumi. Yang saya ingin tahu adalah Kalimantan Timur adalah penghasil minyak bagi bangsa Indonesia tapi kenapa rasanya Kalimantan Timur ini belum menjadi daerah yang setara dengan kota-kota besar yang ada di pulau Jawa. Dari segi pendidikannya saja bila dibandingkan sangatlah jauh. Rata-rata teman saya dan saya sendiri, memiliki mimpi untuk bisa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang berada di pulau Jawa, karena memang pendidikan disana lebih memadai dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya yang ada di Indonesia. Di sini saya hanya inginkan menyampaikan apa yang saya rasakan mengeani bangsa Indonesia ini, apa yang saya harapkan bagi Indonesia kedepannya, saya hanya ingin bangsa ini dapat maju seperti Negara-negara maju lainnya. Namun yang maju bukan hanya daerah-daerah Jawa melainkan seluruh wilayah Indonesia. Walaupun saya tidak memiliki kontribusi yang besar bagi majunya bangsa ini, namun setidaknya saya ingin melakukan sesuatu yang berguna minimal untuk diri saya sendiri. Saya belajar semampu saya, walaupun kemampuan saya ya standar, tapi setidaknya saya sudah berusaha dan mencoba. Bagaimanapun caranya saya ingin belajar ke Negara maju dan kembali untuk bangsa ini, bekerja untuk memajukan banga ini, bagaimanapun juga tanah ini adalah tanah dimana saya dilahirkan, saya dibesarkan, saya tumbuh hingga sampai sekaranng ini. Saya hanya ingin balas budi dengan memberikan apa yang bisa saya berikan.
Untuk Bapak Jokowi, buktikan bahwa rakyat tidak salah memilih Bapak sebagai presiden bangsa ini. Bapak adalah harapan kami, Bapak yang akan memimpin kami hingga beberapa tahun kedepan. Tolong jangan kecewakan kami, tolong buat kami bangga memiliki pemimpin bangsa seperti Bapak. Saya yakin bapak adalah orang yang berpengalaman melihat dari perjalan hidup Bapak, Bapak adalah orang yang tangguh dan pantang menyerah. Untuk itu Bapak jangan sia-siakan kepercayaaan rakyat Bapak. Walaupun saya belum pernah mengikuti pemilihan umum tapi saya juga rakyat Bapak, saya adalah pelajar yang ingin maju bersama majunya bangsa Indonesia ini. Sudah terlalu lama bangsa Indoensia ini tertidur dalam ketidakberdayaan, untuk itu ini adalah saat dimana bangsa ini untuk bangun. Ini sudah 70 tahun sejak Indonesia merdeka, ini waktu yang lama, dengan berbagai macam polemik dan permasalahan yang ada seharusnya Indonesia bisa lebih dewasa dalam menghadapi masalah. Semoga Indoenesia semakin bisa membanggakan rakyatnya, dan rakyatnya pun bisa membuat Indoensia bangga. Segala sesuatu harus dilakukan secara gotong royong dan bersama-sama jika ingin mendapatkan hasil yang sebenarnya.
Kemakmuran sejati tidak terlihat dari banyaknya bangunan bangunan tinggi yang menjulang di berbagai sudut perkotaan, tidak terukur dengan melimpahnya uang Negara di pemerintahan, tidak terbatas dengan adanya kemampuan dalam mebuat peraaltan-peralatan canggih, tidak harus berhenti ketika di pusat ibukota mampu menjadi pusat dunia internasional, tidak dengan mampu membeli produk-produk dari Negara lain. Namun semua itu kembali kepada kehidupan rakyatnya, apakah rakyatnya mampu mengenyam pendidikan secara merata, apakah rakyatnya memiliki penghasilan untuk kebutuhan hidup, apakah rakyatnya sudah bisa berjalan diatas jalan yang teraspal mulus, apakah rakyatnya bisa menikmati cahaya lampu di malam hari, apakah rakyatnya memiliki rumah yang layak dan apakah rakyatnya bisa merasa puas memiliki status WARGA NEGARA INDONESIA.
Dania Istiqomah
Siswi SMAN 10 Samarinda Provinsi Kalimantan Timur
0 komentar:
Posting Komentar