Kepada :
Seluruh Warga Negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke
Kuketik surat ini dengan penuh harap. Harapan yang membangun angan-angan. Angan-angan yang memanjat mimpi. Mimpi yang menjadi cita-cita. Akankah cita-cita ini terwujudkan? Akankah cita-cita ini hanya menjadi mimpi dan angan-angan saja? Tak ada yang bisa menjawabnya. Hanya Tuhan yang bisa menjawabnya.
Satu hal yang kuyakini sampai detik ini ialah, cita-cita ini bukan cita-cita satu orang saja. Bukan cita-cita pejabat saja ataupun cita-cita bapak presiden saja. Cita-cita ini merupakan cita-cita seluruh warga negara Indonesia, cita-cita bangsa Indonesia. Menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang maju; negara yang kaya; negara yang tenang, aman, damai, dan sejahtera.
Namun, jika diterawang dalam kehidupan sehari-hari, cita-cita itu hanya omong kosong. Kata-kata motivasi palsu. Apakah ada warga negara yang ingin menjadikan negaranya negara yang maju, namun ia malah lebih mempelajari bahasa negara lain dibandingkan bahasa negaranya sendiri? Apakah ada warga negara yang ingin menjadikan negaranya negara yang maju, namun ia menggunakan bahasa negara lain dalam kehidupan sehari-hari?
Lalu, stasiun televisi swasta di Indonesia yang terlalu liberalisme. Banyak acara-acara televisi yang menggunakan bahasa internasional, bahasa luar negeri, dalam menyampaikan program-program terbaiknya. Padahal, justru hal itu yang menyebabkan acara televisi itu tidak laku di pasaran. Sebab, yang menonton hanya sebagian warga negara Indonesia yang mengerti bahasa internasional saja. Sebagian yang lain, orang awam, mereka menonton acara televisi swasta yang betul-betul menggunakan bahasa Indonesia saja. Bukankah hal ini yang menyebabkan acara itu tidak laku di pasaran? Lalu, mengapa masih menggunakan bahasa internasional dalam menyampaikan program-program terbaiknya?
Selain itu, fungsi uang dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang di zaman sekarang yang terlalu berlebihan dalam hal mendapatkan uang. Memang, uang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan uang kita bisa makan, minum, sekolah, dan sebagainya. Namun, tak bisakah kita mencari uang dengan cara yang dibenarkan saja oleh agama? Tak bisakah kita mencari uang dengan cara yang tidak dilarang oleh negara?
Walaupun uang sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, tetaplah Tuhan yang utama. Untuk apa kita banyak uang di dunia, namun kita miskin di akhirat karena kita korupsi? Bukankah alam di akhiratlah alam yang kekal? Sia-sialah waktu kita jika dihabiskan untuk korupsi. Di dunia sengsara karena dipenjara, di akhirat sengsara karena masuk neraka.
Namun, janganlah kalian menyalahkan mengapa Tuhan menciptakan uang dalam hidup ini. Tuhan mempermudah kita dalam bertransaksi jual beli menggunakan uang. Cara manusia menggunakan uanglah yang salah. Cara manusia memandang uanglah yang salah. Ingatlah, uang bukan sumber dari segala kejahatan. Tapi, rasa kecintaan manusia terhadap uang, keinginan manusia untuk memiliki banyak uanglah sumber dari kejahatan. Rasa cinta dan keinginan yang membunuh dirinya sendiri.
Para remaja di Indonesia yang orangtuanya memiliki harta berlimpah, berlomba-lomba untuk membeli handphone baru. Mereka sangat bangga apabila mereka memiliki handphone terbaru. Padahal, para remaja diJepang ataupun di Cina, justru berlomba-lomba untuk membuat handphone baru. Mereka malah malu jika tidak bisa menghasilkan suatu teknologi terbaru.
Selain itu, mereka yang serba berkecukupan pergi ke luar negeri hanya untuk berjalan-jalan. Padahal, mereka bisa mencontoh hal-hal yang baik-baik dari negeri orang untuk diterapkan di Indonesia. Membuat Indonesia menjadi negara yang lebih maju.
Lalu, pabrik-pabrik di Indonesia. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun, kita malah membiarkan warga negara lain untuk mengolahnya. Mendirikan pabrik-pabrik besar dengan menebang hutan-hutan di Indonesia. Memang, pabrik-pabrik itu membuka lowongan kerja untuk yang membutuhkan. Namun, para konsumen di Indonesia yang mengonsumsi hasil olahan pabrik mereka, sama saja dengan memberikan uang kepada negara mereka. Sumber daya alam Indonesia, yang mengolah para pekerja Indonesia, uang dari konsumen di Indonesia untuk mereka.
Namun, apapun yang terjadi di Indonesia, saya tetap bangga dengan negara Indonesia ini. Bangga dengan keindahan alamnya, dan prestasi yang telah diraih warga negara ini.
Bukan bermaksud sok dewasa ataupun sok menasihati. Namun, saya hanya menyampaikan aspirasi saya sebagai warga negara Indoenesia, sebagai pelajar di Indonesia. Negara ini negara yang demokratis, warga negara bebas mengekspresikan apa yang mereka pikirkan. Mengekspresikan apa yang mereka rasakan.
Ajeng Nurul Shabrina
Siswi SMP Negeri 12 Bekasi Provinsi Jawa Barat
0 komentar:
Posting Komentar