“TUHAN! Saya ingin berbaur dengan teman-temanku yang di luar. Bermain dan belajar bersama.” Doa pilu seorang pasien.
“TUHAN! Tolonglah kami. Kami ingin buah hati kami dapat merasakan pendidikan. Tapi itu musnah bila pejabat memakan uang kami.” Tangis si miskin.
“TUHAN! Saya ingin melihat indahnya neg’ri Indonesia ini sebelum dirusak.” Harap si buta
“TUHAN! Biarkan saya mendengar indahnya alunan musik nusantara ini. Saya tidak ingin mendengar dari pemainan turis asing.” Teriak tuli.
“TUHAN! Saya ingin berdiri di atas podium sambil menyanyikan lagu daerah kebanggaan neg’ri ini, supaya dunia tahu betapa merdunya lagu daerah kami TUHAN….” Ratap seorang bisu.
“TUHAN! Biarkan saya mewakili neg’ri tercinta ini dalam perlombaan lari.” Si pincang terisak.
“TUHAN! Saya ingin menarikan tarian daerah yang beranekaragam itu.” Sahut seseorang yang terduduk di kursi roda.
“TUHAN! Andai saya seperti mereka yang kaya. Saya akan mengunjungi seluruh pelosok tanah air ini.” Andai pengemis.
“TUHAN! Kapan saya dapat mewakili Indonesia untuk bersaing dalam ilmu?” Tatapan anak gelandangan sayu.
“TUHAN! Saya ingin menjadi penyanyi yang bisa mengharumkan neg’ri ini.” Terdengar suara tangisan.
“TUHAN! Tolong kami. Ini ketiga kalinya sawah kami gagal panen. Air merosot drastis. Sawah kami kekeringan.” Cemas petani.
“TUHAN! Saya rindu hangatnya kasih sayang orangtuaku. Kini saya hanya seorang yatim piatu. Tanpa arah tujuan jelas.” Tangis bocah umur 11 tahun.
“TUHAN! Saya takut teroris, penjahat, dan perampok berkeliaran di sekitar kami. Kapan saja mereka dapat memangsa harta. Bahkan nyawa kami sekalipun.” Gelisah sebagai rakyat.
“TUHAN! Tas kami berat. Kami bagai membawa batu mengelilingi gunung.” Ratap pilu anak sekolah.
“TUHAN! Tidakkah manusia berbaik hati sedikit? Kami diburu hangga punah. Bagaimana mereka hidup tanpa kami?!” teriak para binatang.
“TUHAN! Saya kesepian tanpa teman di antara bangunan pencakar langit ini, TUHAN.” Pandang pohon.
“TUHAN! Saya lelah berada di tempat penuh polusi ini.. bahkan narkoba berada di sekitar. Bagaimana nasib saya? Saya tak sanggup TUHAN!” Doa seorang remaja.
“TUHAN! Neg’ri ini sungguh kacau. Sekujur tubuhku tak sedap dipandang lagi.” Ujar Air.
“TUHAN! Saya sakit. Sangat sakit. Manusia bahkan tega melukaiku.” Rintih INDONESIA.
“TUHAN! Mereka tidak menghargai kami. Kami telah berjuang dengan segenap jiwa dan raga kami. Hingga kami gugur di medan perang. Tapi mereka seenaknya menghancurkan neg’ri kebanggaan ini. Seharusnya penerus bangsa ini menggantikan kami tapi, mereka melupakan kami.” Ujar para pahlawan kecewa.
“TUHAN! Saya takut neg’ri ini hancur. Bahkan jika neg’ri ini berisi hal-hal negatif. Saya tidak ingin itu terjadi. Air mata ini meleleh setiap tayangan kekerasan terjadi. Saya hanya bisa giat belajar agar negara ini berubah ke arah positif. Mengubah cara pandang negara ini menuju kesuksesan. Saya tahu. Ini bagai memaksa matahari tebit dari timur. Saya hanya yakin Indonesia ini dapat berubah. Maju dalam segala bidang. YA! INDONESIA JAYA!” Tulisku , Veronica Yose Ardilla.
~~~TUHAN, TOLONGLAH UBAH NEG’RI INI AGAR NEG’RI INI AMAN DAMAI DAN MAKMUR SERTA TERBEBAS DARI HAL YANG TIDAK DIINGINKAN.~~~
Veronica Yose Ardilla
Siswi SMP Bethel Kosambi Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
0 komentar:
Posting Komentar