Assalamualaikum Wr.Wb, Merdeka untuk kita semua! Tanpa terasa, sebentar lagi kita, sebagai warga negara republik Indonesia sudah akan bertemu dengan 17 agustus lagi, dengan kemerdakaan negeri ini lagi, yang ke 70 kalinya.
Surat ini akan akan saya buka dengan sebuah cerita. Sebagai pecandu media sosial, saya selalu berusaha untuk menyeleksi hal-hal yang masuk ke akun media sosialku, salah satunya facebook. Saat saya sedang berselancar di facebook, saya melihat sebuah kata yang cukup keren kedengarannya. Kata itu berbunyi, “Indonesia tidak butuh dunia, dunia lah yang butuh Indonesia.” Ya, meskipun kalimat ini sering dianggap remeh oleh bangsa kita sendiri, tapi sering dianggap serius oleh orang dari luar negeri. Bahkan sampai ada pernyataan, bakar saja hutan di kalimantan, maka yang terkena dampaknya bukan hanya Indonesia, melainkan seluruh dunia. Itu menunjukkan bahwa keberadaan Indonesia merupakan hal penting di bumi ini.
Sesungguhnya, negeri ini adalah negeri yang kaya, bahkan cukup kaya dibanding negara tetangga. Ambil saja contoh, ketika Malaysia dan Singapura krisis beras, rakyat Indonesia masih dapat menikmati beras dari tanah tercintanya sendiri. Itu hanya salah satu dari sekian banyak contoh yang ada. Seharusnya Indonesia sudah bisa menjadi negara yang mandiri, tidak tergantung negara lain. Namun yang jadi pertanyaannya sekarang adalah, kenapa Indonesia belum bisa maju juga? Masih bergantung pada negara lain juga?
Pembaca sekalian, yang ingin saya bahas kali iniadalah faktor rakyat. Menurut saya, kebanyakan dari rakyat Indonesia ini sedikit manja. Apa-apa minta dilayani pemerintah. Bila pemerintah dianggap kurang maksimal dalam melayani rakyat, mereka didemo. Memang sih, tugas dari pemerintah adalah melayani dan memakmurkan rakyatnya. Tapi, jika rakyatnya sendiri tidak mau berusaha, sekuat apapun usaha pemerintahannya akan percuma. Allah sendiri telah berfirman dalam Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 11 yang memiliki arti, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu mencoba mengubah apa yang ada dalam diri mereka.” Jika kita sendiri mau berusaha, maka jalan akan selalu ada. Jangan hanya menunggu pemerintah, mulailah memakmurkan diri anda sendiri, setelah itu bantu pemerintah memakmurkan orang lain. Kepedulian itu akan semakin membuat kita bertambah kuat.
Dan ada lagi masalah bagi kita, kepedulian dari kita sangatlah kurang. Misalkan saja, kemarin saya melihat di fanspage facebook pak Ridwan Kamil. Terlihat beliau sedang membersihkan tempat sekitarnya. Ia sempat berharap, kalau dirinya sebagai pemimpin mau membersihkan sekitar, maka rakyat di sekitarnya akan membantunya. Namun, yang terjadi adalah, tidak ada yang membantu beliau. Beliau hanya dilewati sambil dilihati dan dipuji sebagai tokoh yang harus dicontoh. Tetapi, mereka sendiri tidak mencontohnya. Bahkan ada yang beberapa kali mengajak kang Emil (Sapaan akrab pak Ridwan) untuk berfoto bersama. Memang tidak semua rakyatnya begitu. Ada juga yang membantu beliau membersihkan tempat itu. Tapi sesuai dengan peribahasa, “Gara-gara nila setitik, rusaklah susu sebengkala.” Gara-gara beberapa perbuatan buruk, dapat mencemari hal-hal baik lainnya. Dari situ menunjukkan bahwa pemimpin yang baik belum tentu dapat membawa hasil yang baik. Pemimpin yang baik akan berhasil jika diikuti oleh seluruh rakyatnya.
Satu lagi pesan saya, jangan hanya mengkritik orang lain, karena belum tentu anda dapat melampaui orang yang anda kritik. Terima kasih atas rakyat negeriku tercinta, yang mau meluangkan waktunya untuk membaca surat dari salah satu pelajar yang masih sangat lugu ini. Semoga harapan yang saya tanam dalam surat ini, mampu direalisasikan oleh kita semua. Saya percaya hal itu dapat terjadi, dan saya ingin terus mempercayainya. Ayo, Indonesia bisa! Untuk menuju ke arah Indonesia yang lebih baik lagi, kita bisa! Terima kasih, wassalamualaikum warahmatullah wabarokatuh.
Malang, 11 Agustus 2015
Achmad Zulfikar
Siswa MAN 1 Malang Provinsi Jawa Timur
0 komentar:
Posting Komentar