728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Minggu, 16 Agustus 2015

    [Peserta LombaMenulis Surat] Bidak 1945


    Untuk pelakon dalam bidak catur pemerintahan negara kami.


    Halo, Aktris dan Aktor ulung!

    Perkenan aku untuk mewakili kawan-kawanku yang sudi tak sudi mengucapkan selamat tanggal tujuhbelas untukmu.

    Untukmu yang katanya dibutakan oleh kekayaan intelektual. Untukmu yang katanya ditulikan oleh ego sendiri. Untukmu yang katanya dibuat cacat mental oleh kekuasaan.

    Bodoh. Pengumbar janji semanis gula yang tak realistis. Sumpah! Dulu aku salah satu penggemar aksimu dalam kampanye, waktu itu Engkau masih sekerdil pion. Maju, maju, dan maju lewat dukungan sebesar badai. Tak terasa hingga menjadi seter, lalu kau buang dan tenggelamkan semua pernyataanmu saat promosi. Apa yang membuat ambisimu mengaum lebar?

    Aku dan kawan-kawanku butuh bukti, bung! Bukan hanya bualan hebat dari otak melompong. Suatu saat kawanku mengirimkan gelombang tsunami padamu. Kau sanggah jua saat itu dan malah mengadu domba kami, Kau ini pemimpin atau penjajah?

    Oh, atau memang Kau penjajah! Menjajah kesejahteraan rakyat, uang rakyat, kemakmuran rakyat, dan hak rakyat. Mana? Katanya, "Demi rakyat yang kelaparan. Saya memutuskan untuk menambah porsi APBN." Mengapa nyatanya, "Demi dompet yang kelaparan. Saya memutuskan untuk menambah porsi gaji lewat penambahan dana APBN," ?

    Busuk memang. Kapan pernyataanmu akan sama dengan kenyataan kinerjamu? Kau dimanja zaman, bung! Pikiranmu terhanyut arus zaman yang semakin gila. Hatimu ciut, egomu menginfeksi pikiran lain. Misal: Pikiran rakyat yang utama lalu Kau coret menggunakan tinta merah, menggantinya dengan tulisan pikiran pribadi dengan garis bawah merah. Gila!

    Bukan cuma Kau yang butuh kehidupan. Kawan-kawanku disana menadah tangan padamu, Kau malah memalingkan muka. Mereka si anak perbatasan, anak gunung, anak pedalaman dan anak lainnya yang tak tersentuh. Si anak yang ingin merencanakan penaklukan hiruk pikuk dunia. Si permata yang masih terpendam jauh dalam lumpur.

    Mereka menengadah pada langit lantas bertanya, "Kepada siapa kami harus menggantungkan harapan kami?" Oh tolonglah jangan katakan mereka hanya orang rendahan. Mereka yang memberikan harapannya padamu kendati kau tak mau menyentuhnya. Matamu yang tak mau melihat betapa susahnya hidup mereka.

    Mereka anak Ibunda juga. Mereka belajar untuk mengabdi pada negara nantinya. Mereka riang sebab mendapat pendidikan kendati tak layak. Mereka tersenyum kendati makanpun susah.

    Kurva pada wajah polos mereka itu untukmu. Menyambutmu dan memberikan semangat padamu agar cepat mendengar jerit pahit dalam bibir terjahit. Wajah riang mereka penanda sabar menanti hari esok akan lebih baik lagi. Langkah seiring senandung lagu, mereka kumandangkan agar semangat mereka kembali tergugah untuk meniti masa depan.

    Mereka itu penerusmu. Jangan hanya pikirkan generasimu. Jangan obrak-abrik formasi dalam bidak 1945, negara yang katamu kau kuasai itu cuma pinjaman. Pinjaman dari generasi kami, buat kami siap menyejahterakan manusia lainnya dalam negeri Ibunda.

    Bantu kami. Kami mohon.


    Salam Kebangsaan,


    Dari,

    Kami, yang menanti hari esok akan lebih benderang.



    Rahma Yunita

    Siswi SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah


    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta LombaMenulis Surat] Bidak 1945 Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top