728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Selasa, 18 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Sajak Duka di Tanah Merdeka

    Bandar Lampung, 16 Agustus 2015


    Kepada : Generasi Penerus Bangsa

    di Tanah Merdeka

    Apa kabar, wahai generasi bangsa? Teramat baikkah dirimu di singgasana surga, daerah jajahan yang merdeka ini? Pemuda-pemudi penuh asa, penuh rasa dan beruntai frasa, sampai-sampai tak terbendung gelora nafsu dunia. Aku pun berharap, rasa yang menjadi nyata, asa yang tak mungkin sirna, yang telah kau gapai, menjadi bumerang untuk motivasimu membangun negara merdeka yang bahagia ini, namun penuh misteri luka dan duka.

    Pemuda pemudi penerus bangsaku..

    Esok adalah hari yang sangat sakral bagi bangsa Indonesia. Suasana memorial yang akan terngiang-ngiang dalam pikiran dan lisan, deru-deru nafas yang kian tersenyap, detak tegang nadi yang kian memuncak, haru biru perasaan yang tak terbendung, serta tangan yang seraya menengadah berdoa, mengenang 70 tahun negara Indonesia merdeka. Pahlawan-pahlawan yang telah gugur menyelamatkan bangsa, selalu abadi dan terkenang sepanjang masa, merekalah tokoh utama di tanah surga ini. Zaman demi zaman telah berganti, 70 tahun sudah berjuta-juta puisi datang mengabdi, yang sarat dilubuk peluk nestapa ini.

    Laksana hembusan nafas mudaku..

    Tegakah engkau melihat 70 tahun negara yang makmur sentosa ini, namun tetap kotor oleh ulah tak berdosa? Mengapa engkau biarkan singgasana surga ini menjadi neraka berjuta perkara? Sadiskah dirimu, wahai pelajar bangsa? Beribu pertanyaan kian memuncak. Penerus demi penerus bangsa, yang khilaf akan ilusi dunia, berjejer di kursi hijau, menyantap santapan saji berlembar-lembar mata rupiah. Acapkali telinga tak berdengung, mulut tak berucap, sementara mata bosan memandang. Kita bak seekor kucing kenyang melihat tikus berkeliaran di depan, tanpa getar langit memandang. Apa kabar kau wahai generasi muda? Tanah surga ini, tentu saja tak tinggal diam. Meskipun selalu menjadi singgahan kotor pelaku hina.

    Apresiasi tinggi diberikan kepada para generasi muda yang mengharumkan bangsa tercinta ini, Indonesia. Prestasi anak negeri yang menjadikan nusantara kian terpandang, dihargai dan diteladani. Merekalah anak-anak bangsa, yang dapat menjadi panutan bagi sesamanya. Namun, bagaimana dengan mereka, generasi muda lainnya yang enggan berbuat baik demi majunya bangsa ini? Sungguh-sungguh biadab. Sangat ironi. Dibuatnya ulah demi ulah, sampai polisi tak segan-segan menjarah. Kekerasan, pelecehan, pembunuhan, seolah-olah menjadi ancaman biasa suatu negara yang dibuat oleh penerus bangsanya sendiri. Dimanakah letak inspirasi dan kecintaan terhadap bangsa ini dikala sedang terpuruk dalam pembangunan?

    Lebih ironinya lagi, kini beberapa diantara kalian kaum terpelajar, tak segan-segan menyicip benda perusak moral jiwa, narkoba. Inikah yang disebut generasi penerus masa depan? Sungguh-sungguh biadab! Jangan rusak tanah surga ini menjadi neraka yang penuh dengan muslihat dan tipu daya! Kalian adalah penerus bangsa, bukan penerus yang nelangsa!

    Lalu, bagaimana hubungan kau dengan alammu wahai generasi muda? Lestarikah singgasanamu? Atau menjadi singgasana berduri? Apa kau tak berkutik dengan berlimpah rempah-rempah, kekayaan sumber daya yang ada di tanah, serta tempat wisata yang mewah? Ternyata, surga nusantara ini terlalu sering diabaikan. Surgaku berada dalam duka yang nyata. Mengapa kalian hanya diam saja melihat kerusakan demi kerusakan terjadi di tanah surga ini, bahkan kalian sendirilah yang merusaknya?! Dimanakah hijaunya nusantara?! Perlahan demi perlahan, surga nusantara kini menjadi neraka yang menyeramkan. Generasi muda kini terlalu asik dengan canggihnya teknologi, sampai-sampai lupa dengan alamnya sendiri. Tak ada motivasi, hanyalah sebuah ekspektasi, yang tersirat di angan-angan diri. Sampah kian menggunung, bahkan membentuk sebuah gunung. Kejam, sungguh kejam. Sementara banjir, kekeringan dan penebangan liar, hanyalah dipandang sekejap dan sebelah mata. Pemanasan global, tak kunjung mendapat respon positif untuk diatasi. Generasi penerus kini hilang arah, hilang tenggelam dalam duka temaram.

    Kini, nusantaraku sedang terpuruk dalam rupiah. Sang raja yang duduk di singgasana emasnya, selalu sabar menerima cercaan demi cercaan. 70 tahun negara merdeka, namun sebagian besar rakyatnya tak merdeka lahir dan batin. Semuanya serba mahal. Kinerja pemerintah, pelaku utama singgasana nusantara ini bahkan angkat tangan menghadapi semua ini. Merekalah subyek yang patut disalahkan. Utang negara kian membengkak, korupsi pun lebih-lebih merangkak. Akankah generasi muda penerus bangsa, merangkak dari kebodohan, bangun dari penyesalan dan bangkit dari keterpurukan? Bahkan, Nusantaraku, Indonesiaku, kini sedang terambang dalam ketidakadilan.

    Wahai generasi penerus bangsa,

    Sadarlah, nusantara ini akan selalu kau pijak, tak jarang meninggalkan jejak. Kejayaan suatu negara kedepannya juga ditentukan oleh kalian wahai generasi muda penerus bangsa. Kalian akan menjadi subyek utama di singgasana nusantara ini. Besok, adalah hari yang sangat mengharukan, sekaligus memilukan jika kita mengingat apa yang selama ini kita perbuat demi kemajuan bangsa ini. Dimanakah kejayaan bangsa ini? Apakah kemerdekaan ini sebuah pernyataan, atau sebuah pertanyaan? Berbuatlah, berkaryalah, wahai generasi penerus bangsa!

    Kini, sudah saatnya kuakhiri surat yang kubuat ini. Balaslah dengan perubahan bangsa ini yang lebih maju. Kibarkan terus bendera merah putih dan kumandangkan dengan khidmat Indonesia Raya di seluruh dunia. 70 tahun Indonesia merdeka! Generasi muda, bangkitlah dan bekerja!

    Rahmat Suminto

    Siswa SMAN 9 Bandar Lampung Provinsi Lampung
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Sajak Duka di Tanah Merdeka Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top