728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Senin, 17 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Surat Tragis, Dimanakah Ibu PertiwiTinggal?

    Teruntuk, semua pembangun dan pengharum bangsa

    Sudah 70 tahun Indonesia jaya dalam kemerdekaannya. Tetapi, kemerdekaan tersebut hanya sebuah makna kosong. Sampai saat inipun orang-orang hanya memandang sebuah kemerdekaan sebagai sebuah pesta perayaan karena terbebas dari jajahan negara lain. Padahal, kemerdekaan bukan hanya masalah upacara pengibaran bendera merah putih. Kemerdekaan sejatinya sebuah awal untuk kita bergerak maju menjadi bangsa yang lebih sejahtera.

    Indonesia dikenal dengan pesonanya yang mampu memikat setiap orang. Bukan sesuatu yang dianggap remeh soal keindahan alamnya. Berbagai macam tanaman tumbuh dan berkembang di Indonesia. Mulai dari tanaman obat, bahan pangan, sampai yang berbahaya untuk dikonsumsi sekalipun. Tak sadarkah kita telah diberikan segala keindahan flora maupun fauna yang sangat membantu kehidupan kita di dunia?

    Dasar sifat manusia yang tak pernah puas, segala macam kebutuhan selalu dihabis-habiskan tanpa berfikir panjang. Mereka hanya berfikir untuk kebutuhan sekarang. Sehingga, hasilnya nyata kita rasakan sekarang. Tanah tandus, pohon sudah jarang, suasana yang semakin panas, krisis air dimana-mana dan masih banyak lagi. Apakah kita tidak berfikir bahwa semua itu juga balasan bagi kita yang tidak bisa bijak dalam memanfaatkan kekayaan alam?

    Hutan yang menjadi paru-paru dunia, kehadirannya sudah tak dianggap penting lagi. Masyarakat lebih tergiur dengan bangunan-bangunan mewah nan megah untuk mereka pijaki. Bernafaskan udara mekanik dari AC. Padahal kita tahu bahwa udara segar berasal dari alam. Dimana lagi Ibu Pertiwi akan tinggal?

    Untuk sekedar menanamnya kembalipun, terkadang terasa sangat berat. Kesadaran kita untuk peduli terhadap alam masih perlu ditingkatkan. Pemerintah telah mencanangkan berbagai gerakan penamaman pohon, tetapi dalam praktiknya masih bisa dibilang nol. Perilaku masyarakat yang kurang bertanggung jawab membahayakan semua orang. Tak sadarkah mereka? Satu pohon yang ditebang tanpa menanam gantinya, telah mengantongi berbagai macam bencana yang mengintai.

    Ibu Pertiwi, yang telah menaungi segala aktivitas kita. Namun, balasan kita yang tak bertanggung jawab justru secara halus mengusir Ibu Pertiwi dari kediamannya. Untuk kita yang seharusnya menjaga dan merawat Ibu Pertiwi, tak selayaknya berperilaku seenaknya saja. Menebang pohon sembarangan dan semaunya tanpa memberinya yang baru. Pada dasarnya, ketika kita mengambil sesuatu dari alam, kita harus memberi juga kepada alam.

    Tak sadarkah kalian? Ibu Pertiwi yang dulu menghidupi para pejuang kemerdekaan bangsa ini. Ibu Pertiwi pula yang telah melindungi rakyat dari gangguan penjajah. Ibu Pertiwi pula yang menjadi tempat kelahiranmu di dunia, untuk berprestasi dalam mengharumkan nama bangsa. Bukan malah merusak seenaknya tanpa merawat kembali. Dan terlebih lagi hanya pergi tanpa peduli.

    Tidak memikirkankah kita masa depan anak cucu kita?

    Pak, Bu, negeri kami butuh naungan. Negeri kami butuh perlindungan. Hanya satu pohon saja, apakah seberat itu? Rumah kami direnggut oleh mereka yang lebih megah dan mewah. Nafas segar kami direnggut oleh asap beracun yang setiap saat menghadiri hidung kami. Ibu Pertiwi menangis. Tak tahukah kalian?

    Tidak memikirkankah kita masa depan anak cucu kita?

    Pak, Bu, kita hidup bukan hanya untuk sekarang ini saja. Alam akan tetap tumbuh sampai masih ada tanah lapang. Alam yang telah membantu kita untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Alam juga yang telah menyediakan udara segar yang setiap detik kita hirup. Apakah begini balasannya?

    Tidak memikirkankah kita masa depan anak cucu kita?

    Jika kita telah menghabisi alam untuk saat ini, apakah bisa Ibu Pertiwi hidup sampai beberapa tahun kedepan? Apakah Ibu Pertiwi bisa berjumpa dengan anak cucu kita? Apakah Ibu Pertiwi sanggup dikenang dimasa mendatang? Apakah Ibu Pertiwi akan disanjung oleh anak cucu kita? Apakah Ibu Pertiwi tetap hidup di hati mereka yang masih berada dinaungannya?

    Mari bersama-sama kita jaga dan rawat Ibu Pertiwi. Karena kita yang mendiami dan menempati kediamannya. Karena kita yang mengambil segala kebutuhan dari sanubarinya. Karena kita juga yang  telah merenggut kehidupan asrinya dari dunia. Karena kita juga yang membutuhkan ia daripada ia yang membutuhkan kita. Apakah ini rasa syukur kita kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikannya?



    Tri Rahayuningsih

    Siswi MA Hasyim Asy’ari Bangsri, Jepara, Provinsi Jawa Tengah.



    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Surat Tragis, Dimanakah Ibu PertiwiTinggal? Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top