728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Selasa, 18 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Rindu yang (Mulai) Dipahami

    Bandung, 16 Agustus 2015

    Kepada rekan-rekan yang merindukan kebahagiaannya


    Salam Hormat,

    Perkenalkan saya adalah seorang remaja yang mulai memahami kerinduannya. Sebuah kerinduan yang selama ini tersembunyi jauh di dalam hati. Barangkali rekan-rekan pun belum terlalu menyadarinya, atau malah tidak tahu sama sekali. Saya pun baru saja menyadarinya. Melalui surat ini saya ingin menyampaikan kerinduan yang saya—dan mungkin juga rekan-rekan—pendam.

    Rekan-rekan yang merindukan kebahagiannya, suatu hari di perjalanan pulang dari sekolah, saya melihat sebuah poster kecil yang membuat hati saya teriris. Poster seukuran HVS berwarna hitam-putih dengan gambar seorang rekan kita yang sedang menerawang entah ke mana. Di bawah gambar itu tertulis sebuah kalimat, “Kami Butuh Lahan Bermain!” Saya langsung tertegun. Bila dipikir-pikir sudah lama saya tidak berkumpul dan bermain bersama dengan teman saya. Dunia yang semakin maju membuat pertemanan dan hubungan yang telah kami jalin seperti bayangan. Bercakap melalui layar dan kalaupun berkumpul hanya di mall.

    Rekan-rekan yang merindukannya kebahagiaannya, semakin hari tanah lapang di setiap lingkungan makin berkurang. Semakin sulit kita memilih tempat berkumpul untuk sekadar berbincang sekaligus bermain. Kita juga sepertinya sudah mulai lupa cara bermain permainan semasa kita kanak dulu. Tidak ada tempat yang cukup lapang. Saya sering melihat rekan-rekan kita bermain di pinggir jalan yang berbahaya. Alhasil, kita malah sering memilih tempat berkumpul di mall. Itupun saya yakin, di sela kumpul tersebut ada saat kita asyik dengan dunia bayangan.

    Bukan maksud saya menyalahkan kemajuan teknologi. Namun, sepertinya kemajuan itu malah mendorong pergi hal yang sejak dahulu sudah ada. Di saat kita membuka layar dan masuk ke kamar, kita menutup pintu—pintu kebersamaan. Padahal dengan permainan di masa kita kanak dahulu, kita melatih semua badan kita. Melatih rasa kebersamaan kita. Bukan hanya melatih jempol.

    Rekan-rekan yang merindukan kebahagiaannya, dunia kita sedang berlomba kecantikan. Lomba yang meminta lahan sebagai syarat. Sehingga orang-orang kebingungan mencari lahan tinggal. Lalu memilih tanah lapang, tempat kita berkumpul, untuk dijadikan lahan tinggal.

    Rekan-rekan yang merindukannya keberadaannya, kita adalah remaja yang telah diberi beban memajukan tanah yang kita injak ini. Remaja yang perkataannya sering dianggap lelucon oleh orang dewasa. Medan tempur sangat tidak menguntungkan kita. Tidak ada gunanya menyalahkan suatu hal atau seseorang. Saya yakin pemerintah telah berusaha keras menyukseskan negara ini. Rasanya tidak perlu kita menyia-nyiakan suara hanya untuk terus meminta pada pemerintah. Menambah panjang antrian surat yang ditujukan pada pemimpin.

    Bagaimana kalau kita saling menantang sekarang? Saat besar nanti kita telah berhasil membuat hal baru. Membuat mall dengan tempat yang ramah remaja. Menjadi pemimpin yang membuat aturan yang lebih tegas dan jelas tentang tanah lapang di setiap lingkungan. Membuat tempat yang ramah dengan remaja. Bila penerus bangsa mendapat kebahagiannya, bukankah kita akan menjadi bangsa yang maju. Biarlah getir yang kita alami menjadi modal. Sehingga saat kita berkumpul nanti, kita malah menertawakan masalah yang pernah dialami. Kita bisa membuktikan perkataan kita. Lalu kita, bisa membalaskan kerinduan yang terpendam ini. Esok saat negeri ini telah seabad, atau sembilan puluh tahun, atau bahkan delapan tahun, makin sedikit remaja yang tidak menyadari kerinduannya.

    Rekan-rekan yang merindukannya kebahagiannya, demikian surat ini saya sampaikan. Surat mengenai kerinduan yang baru saja saya pahami. Saya mohon maaf bila ada perkataan yang kurang berkenan. Semoga kita makin memahami rindu yang kita pendam dan berjuang untuk membalaskannya. Sebab akan sangat sakit bila kita tidak mengerti rindu yang selama ini terpendam.


    Dengan Hormat


    Seorang Remaja yang Mulai Memahami Kerinduannya.

    Nico Pardamean

    Siswa SMAN 2 Bandung Provinsi Jawa Barat
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Rindu yang (Mulai) Dipahami Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top