728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Selasa, 18 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Setetes Harapan Demi Indonesiaku

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    Kepada Indonesiaku tercinta.

                Sepucuk surat ini kutujukan padamu dengan harapan terbaik untukmu dan seluruh generasi negeri ini.Terbuka mataku teringat akan dikau disetiap paginya. Dimulai dari aku bangun hingga aku terlelap kembali di atas ranjangku. Mengingat sudah sekian lama aku habiskan waktu-waktu ku bersamamu. Tak terasa kini engkau sampai di hari yang paling special. Tak hanya bagimu, tapi juga bagiku, mereka, dan siapapun juga yang menyanjungmu. Usiamu pun sudah semakin tua saja, tak terasa tinggal menghitung hari saja engkau sudah genap berusia 70 tahun.

                Aku hanyalah seorang remaja biasa yang mengagumimu dari jauh. Bisa dikatakan, aku hanya butiran debu diantara banyak remaja bangsa yang menyanjungmu diluar sana. Aku selalu berada di dekatmu, berharap dan terus berharap akan terjadi banyak perubahan darimu di masa yang akan datang. Masa-masa dimana aku akan menjadi pengawal mu untuk melanjutkan perjuangan bangsa ini. Namun, tentu saja aku tak hanya tinggal diam menunggu perubahan yang akan kau berikan. Ku lakukan semua usaha yang bisa lakukan dengan tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh ini sebagai rasa syukur ku pada Tuhan yang Maha Esa dan rasa sayangku padamu.

                Teringat aku setiap pagi, ketika matahari terbit, aku mulai beranjak dari tempat tidurku dan bersiap pergi ke sekolah. Namun, disisi lain aku berpikir sanak saudaraku, kerabatku, temanku yang jauh diluar sana. Apakah mereka merasakan kebahagiaan yang sedang aku rasakan sekarang? Aku memperoleh pendidikan dari bangsa ini untuk membangun moral dan mentalku, padahal kerabatku diluar sana juga bagian dari negeri ini yang juga pantas mendapatkan hak-hak mereka. Namun, mereka malah dibiarkan terlantar diluar sana tanpa diperhatikan bak sekelompok hewan yang mencari makan dijalanan.

                Indonesia, aku mengenalmu seperti aku tau telapak tanganku sendiri. Engkau kaya, subur, makmur, kurasa tak ada yang tak kau punya. Namun, dibalik semua itu. Apa semua orang di negeri ini merasa bersyukur atas apa yng sudah mereka nikmati? Tanah yang selalu menemani mereka, langit yang melindungi dari panasnya cahaya matahari, sumber daya alam yang tak ada habisnya, dan angin yang tak pernah berhenti berhembus memberikan suplai oksigen kepada makhluk hidup. Tanaman yang berpijak padamu pun tumbuh sumbur tanpa merasa kekeringan.

                Namun, apa yang telah mereka perbuat? Negeri kaya dengan aneka sumber daya alam ini terpuruk di tangan –tangan para pemimpin. Lihatlah, banyak diantara mereka yang membiarkanmu tandus, banyak diantara mereka yng membakar hutan yang berpijak di tanah suburmu. Tidakkah mereka-mereka itu sadar bahwa mereka menyakitimu? Di negeri yang kaya ini juga kutemukan banyak diantara sanak saudaraku yang mati kelaparan. Banyak diantara mereka yang masih mengalami kesenjangan sosial, seks bebas, aborsi, genoisida,juga deskriminasi. Pantaskah mereka hidup di alam yang kaya nan makmur ini?

                . Para pemimpin terus saja melakukan aksi-aksi nakalnya demi kepentingan mereka sendiri. Sedangkan para remaja ketika seluruh dunia seharusnya terbangun, tapi mereka malah makin mendekap dengan bantalan dan guling mereka.Pengaruh era globalisasi yang semakin menjadi-jadi malah makin membuat generasi pemimpin bangsa semakin manja. Buktinya saja, setiap saat mereka dilalaikan oleh teknologi canggih yang kelamaan dapat mengakibatkan kemerosotan mental. Tidakkah mereka sadar akan kewajiban mereka sebagai salah satu bagian darimu? Bukankah mereka tidak pantas untuk mendapatkan hak nyaman apabila mereka tidak melakukan kewajiban mereka? Pantas saja engkau selalu mengalami porak-poranda.

                Namun, diantara sekian banyak kesakitan yang engkau derita, engkau masih sanggup menampung makhluk-makhluk seperti kami. Tapi kenapa, tak banyak orang yang bersyukur akan adanya engkau. Seringkali kudengar, mereka yang tak merasa berdosa itu memeras mu habis-habisan. Pohon-pohon ditebang, pembangunan pabrik besar-besaran, penindasan dimana-mana, pembakaran hutan liar, juga kemerosostan moral yang ada pada remaja penerus bangsa. Sanggupkah engkau memendam rasa sakit itu sendiri?

                Sebenarnya sudah lama aku tahu bahwa kau dalam keadaaan terpuruk. Bagaimana tidak, para pemmimpin bangsa yang seharusnya memimpin bangsa ini malah pergi begitu saja meninggalkan jejak keserakahan mereka kepada anak cucu. Para putra-putri negeri yang seharusnya berdiri di depan untuk mengatasi keserakahan globalisasi malah pergi dan terhanyut dalam maraknya globalisasi itu sendiri. Kemana anak-anak bangsa yang seharusnya mengibarkan sang saka merah putih sebagai tanda kejayaanmu? Kemanakah para pemuda-pemudi Indonesia yang seharusnya mengikrarkan setiap butir-butir Pancasilamu dengan lantang? Dan kemanakah mereka yang seharusnya mengapresiasikan Sumpah Pemuda sebagai pemersatu bangsa? Masihkah mereka sadar ketika engkau mencoba memanggil mereka untuk memberantas keserakahan penduduk bumi ini?

                Namun, kadangkala terfikir olehku apakah yang sekarang kami lakukan sebagai penerus bangsa akan memberi dampak positif padamu? Aku takut, aku takut usaha yang kulakukan ini akan sia-sia. Aku takut ketika aku menghadapi masa-masa dimana aku tidak dapat berbakti lagi kepadamu. Aku ingin, suatu saat nanti aku bisa mengenang masa-masa dimana aku pernah mengeluarkan peluhku, pernah kukerahakan semua tenagaku untuk mendukungmu terus maju dari belakang. Walau aku tak yakin usaha-usahaku akan dihargai oleh orang-orang disekitarku.

                Aku tidak ingin mengeluh dengan keadaan. Aku tidak ingin kembali ke era 45 ketika jasad dan jiwa nenek moyangku tersakiti. Aku tidak ingin apa yang telah diperjuangkan oleh nenek moyangku tak berharga di mata dunia.Aku hanya berharap perubahan mu di masa depan akan meluruskan hati-hati yang sudah kusut ini. Aku berharap, tak ada lagi jiwa-jiwa yang rapuh dan layu. Semoga semua penerus bangsa ini tetap semangat menyongsong sinar pagi yang cerah. Dan harapan terbesarku adalah semoga kelak aku menjadi bagian dari  perubahan yang besar itu. Salam rinduku padamu.


    Chakila

    Siswi SMAN 10 Fajar Harapan, Ateuk Jawo, Banda Aceh, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD)
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Setetes Harapan Demi Indonesiaku Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top