728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Jumat, 14 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Murid yang Terlupakan

    Kepada guruku:


    Setiap hari aku belajar untuk menjadi lebih baik dan terus berdoa pada yang kuasa agar aku bisa menjadi murid yang membanggakan namun di setiap langkahku terus terhadang rintangan terkadang aku menangis di balik tawa, tak mampuku berucap kepadamu atas apa yang ku rasa hanya satu pintaku guru. Tolonglah aku, tuntunlah aku ke jalan yang benar dan jadikan aku murid yan berbudi pekerti baik. Guru, aku tak pernah sakit hati dikala kau menasehatiku dengan kata – kata tajammu. Terkadang wibawamu hilang sesaat, kasihmu hanya untuk mereka yang pandai. Sebenarnya, apa itu pandai ? Apakah yang memiliki nilai tinggi dan menjadi rangking pertama ialah yang pandai ? Apakah kepandaian diukur dengan nilai. Akupun juga mampu jika mendapat nilai yang tinggi dan menjadi juara kelas jika menggunakan berbagai cara jalan pintas. Namun, aku enggan melakukannya. Guru, nilai dalam lembaran kertaspun bisa menipu.. Terkadang, mereka yang selalu mendapat nilai yang tinggi belum tentu hasil dari kejujuran.

    Guru, terkadang aku heran padamu. Kau puji mereka yang kau anggap pandai dan kau hina mereka yang bodoh. Bukankah, guru itu harusnya mendidik muridnya yang bodoh agar menjadi pandai. Guru, di dunia ini pada dasarnya kapasitas otak manusia itu sama namun ada beberapa hal yang membuat mereka seperti orang bodoh. Maka, dengan adanya engkau ubahlah muridmu menjadi lebih baik.

    Guru, jangan kau caci mereka yang suka melanggar peraturan. Pasti mereka punya alasan. Belum tentu itu murni kesalahan mereka. Bisa saja mereka tertekan karena suatu masalah. Pada dasarnya semua murid itu baik tetapi karena alasan tertentu mereka menjadi salah arah. Entah pergaulan atau masalah keluarga.

    Guru, banyak murid baik – baik yang enggan lagi bersekolah karena tempat yang seharusnya mereka menimba ilmu dijadikan ajang kekuasaan, aksi bullying jadi tujuan utama menindas murid yang lemah. Ingin mengadu namun takut, yang jadi saksipun membisu. Sekolah seperti hutan rimba yang kuat dia yang menang.

    Guru, sekolah itu milik siapa ? Untuk apa sekolah itu ada ? Apakah mereka yang miskin tak pantas sekolah ? Apa yang punya uang bisa berkuasa ? Katanya sekolah ajang pendidikan dan tak mengenal anak siapa yang duduk dibangku sekolah. Bukanya, di sekolah derajat murid itu sama, tak kenal mereka golongan ningrat maupun golongan bawah. Namun, mengapa kasihmu bisa dibeli dengan uang mereka ?

    Guru, kadang kau tahu muridmu melakukan kesalahan tapi kalau mereka murid kesayanganmu kau bela mereka. Kenapa guru ? Kau ajari kami untuk menegakkan keadilan tapi kau sendiri yang melanggarnya.

    Guru, kenapa kau bisa diam saja menyaksikan ke tidak adilan yang menimpa muridmu. Mereka diperlakukan seperti hewan oleh kakak kelasnya dikala MOS bukanya di didik malah disuruh yang aneh – aneh. Kau katakan pada kami itu untuk melatih mental, tapi nyatanya ada juga yang terengut nyawanya.

    Guru, semoga negeri ini kembali tegak berdiri lewat tanganmu menciptakan murid yang berbakti. Semoga engkau selalu bahagia.



    Magelang, 10 Agustus 2015

    Salam,


    Luke Kurnia Anjelina

    Siswi SMA N 2 Magelang Provinsi Jawa Tengah
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Murid yang Terlupakan Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top