728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Minggu, 16 Agustus 2015

    [peserta Lomba Menulis Surat] Akan Tiba Saatnya Penghargaan, untukKalian yang Pantas Menuai

    Jakarta, 15 Agustus 2015

    Untuk kalian insan bangsa yang takkan pernah terlupa

    Petani, peternak, dan nelayan se-Indonesia

    Salam bahagia dari ibu kota untuk bisa menyapa kalian semua,

                Apa kabar kalian semua? Aku harap kalian semua dalam kondisi sehat walafiat dan begitulah seterusnya setiap hari.

                Tujuh puluh tahun sudah kita hidup bersama-sama sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang terkenal dengan Bhinneka Tunggal Ika, bangsa yang bisa aku ibaratkan sebagai nasi rames dengan berbagai sayur dan lauk di dalamnya, berbeda rasa dan bahan namun bersatu untuk menyenangkan hati yang memakannya. Ini semua patut kita syukuri kepada Allah Yang Maha Kuasa, tujuh puluh tahun, sama saja dengan tujuh dasawarsa, hampir sembilan windu sudah, bukanlah waktu yang terbilang singkat dan mudah untuk mampu bertahan di tengah tantangan global saat ini.

                17 Agustus tujuh dasawarsa lalu, dia, sang insinyur, sang proklamator kebanggaan kita, yang selalu berdiam dalam kenangan segenap benak kita, Ir. Soekarno, mengumandangkan Negara Indonesia sebagai negara yang merdeka. Dari saat itu hingga sekarang, negara kita sudah banyak berubah bagaikan kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Ibu kota semakin diselimuti gedung-gedung tinggi dan pusat perbelanjaan berkelas dengan produk-produk internasional kelas wahid. Malam tak pernah menjemput kegemerlapan ibu kota, kehidupan di kafe dan kelab malam malah semakin semarak. Angka-angka cantik terus melukiskan dirinya di tayangan televisi pun ikut memberikan bukti akan Indonesia sebagai negara yang semakin maju dan makmur itu. Namun, mata hati tak bisa ditipu, itu semua ternyata hanya semu belaka, mereka hanya mampu hidup menari-nari mengisi lembaran surat kabar. Kalian, ya kalian, sang penyumbang kehidupan bagi ibu kota, ternyata hidup kalian tak banyak beranjak membaik sejak masa penjajahan kolonial dulu.

                Mungkin masyarakat menganggap kalian semua tidak penting keberadaannya, mungkin perusahaan besar menganggap kalian semua sebagai ilalang yang sudah layak dan sepantasnya untuk dipotong, mungkin mereka yang duduk di kursi mahal berharga belasan juta juga tak banyak memberikan perhatiannya untuk kalian dan hanya menganggap kalian sebagai biang masalah yang terus membakar kepala mereka. Namun aku tidak berpikir demikian. Untuk itulah, surat ini aku didedikasikan untuk dan hanya untuk kalian semua.

                Melalui surat ini, aku berterima kasih dan sekaligus bangga terhadap kalian semua yang tidak pernah menyerah dan berhenti berjuang untuk mempertahankan kehidupan kita bersama. Zaman memang semakin tidak bersahabat untuk kalian, zaman menghasut kalian dengan kuat untuk mengeluh, namun kalian masih menunjukkan kesetiaan kalian untuk kami. Allah senantiasa menuntun kalian sebagai perpanjangan tanganNya di negeri ini untuk tetap setia melakukan apa yang menjadi kontribusi kalian untuk bangsa ini, dan juga setia dalam mendengarkan istri dan anak-anak yang mungkin senantiasa mengeluhkan betapa kesejahteraan mereka yang bukannya naik namun malah semakin diinjak. Dari kalian semua, aku belajar bersyukur, belajar untuk menganggap sederajat hal apapun, belajar untuk melihat Kemahakuasaan Allah. Aku juga banyak belajar dari istri dan anakmu, sekeras apapun hidup mereka, mereka masih bersyukur dan bisa berkata, “Aku bangga menjadi isteri dan anakmu. Aku bersyukur kau ada bagi kami.”

                Di masa-masa yang sulit ini, kami sadar kami sangat membutuhkan keberadaan kalian. Dengan kerja keras kalian saja, kami masih kekurangan bahan makanan sehingga harga-harga melambung tinggi dan perlu impor. Lalu, bagaimana hidup kami kelak tanpa kalian? Kami sadar bahwa hidup kami tiada artinya dan tidak akan bisa bertahan tanpa peran kalian, yang tak hanya memberi makan dan menyumbangkan uang, namun juga merawat alam agar senantiasa indah dan hijau.

                Maafkan kami yang senantiasa marah dan banyak menuntut terhadap kalian ketika kami tidak mendapatkan apa yang kami inginkan. Kami tahu apa yang kalian lakukan tidaklah mudah, kami sadar akan itu. Janganlah kalian menjadi murka. Berikan kami kesempatan satu kali lagi untuk menebus kesalahan kami. Kami berjanji bahwa kami akan lebih memperhatikan hidup kalian, hadir dengan pikiran dan tenaga kami untuk membantu kalian, tidak hanya berlalulalang di berita televisi namun langsung mengulurkan tangan secara nyata untuk kalian. Biarlah kita saling menjalankan tanggung jawab kita masing-masing dalam membangun bangsa ini.

                Janganlah pernah berpikir untuk menyerah. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, Allah tahu apa yang kita kerjakan dan apa niat kita. Allah tidak pernah membiarkan kita terus berkesusahan. Sepanjang kita senantiasa hidup dalam ajaranNya, yakinlah bahwa akan tibalah saat penghargaan diberikan untuk kalian yang pantas menuainya. Siapa yang menabur, siapa yang menuai. Amin.

                Sekian surat ini aku sampaikan untuk kalian semua. 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Negara Indonesia, sesungguhnya adalah hari yang sangat layak untuk kalian sejenak beristirahat dan berpesta. kalian lebih pantas melakukannya. Terima kasih atas perhatian kalian semua, aku harap suatu saat aku dapat menulis surat seperti ini lagi untuk kalian. Simpanlah surat ini dan janganlah dibuang, jadikanlah penghiburan yang belum tentu datang dua kali untuk kalian.

    Selamat malam dari seorang pemuda yang terus berharap.

    Christian Evan Chandra

    Siswa SMAK 3 Penabur Provinsi DKI Jakarta
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [peserta Lomba Menulis Surat] Akan Tiba Saatnya Penghargaan, untukKalian yang Pantas Menuai Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top