728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Jumat, 14 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Indonesia Bisa Maju, Saya Yakin Itu!

    Kepada Presidenku, Ir.H. Joko Widodo

    Merdeka! Merdeka! Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rizki sehat dan kesempatan hidup dalam negara yang damai. Semoga bapak Jokowi juga selalu dalam keadaan sehat, karena sehatnya bapak, sehatnya kita semua sebagai rakyat. Aamiin.

    Rasanya masih lekat di ingatan gaung suara presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi untuk yang pertama kalinya. Sejak hari itu, tidak terasa sudah 70 tahun lamanya Indonesia secara de facto dan de jure berkibar sebagai Negara yang merdeka. Merdeka berarti banyak bagi saya pak. Merdeka berarti saya bebas meraih pendidikan setinggi mungkin, saya juga sebagai warga Negara Indonesia bebas berkarya tanpa adanya tekanan. Hidup dengan tidak berpangku tangan karena kita semua memiliki tanggung jawab sesuai peran dan profesinya masing-masing. Tanggung jawab untuk memelihara agar api kemerdekaan tidak menjadi pudar dan masih banyak arti merdeka yang lainnya.

    Berbicara mengenai profesi, sebelumnya saya hendak memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan pak, nama saya Fia Nur Aulia. Saya seorang pelajar kelas XII Aliyah. Tidak ada keistimewaan apapun dalam diri saya. Saya hanyalah satu dari jutaan pelajar yang memiliki mimpi besar untuk memajukan Indonesia, pak. Namun, saat ini saya berusaha untuk mengisi kemerdekaan dengan belajar sesuai profesi saya sebagai seorang pelajar. Semakin banyak belajar, saya semakin tahu sedikit banyak mengenai negeri ini, pak. Tanah yang disebut surga karena “tongkat dan kayu jadi tanaman” disini. Negeri yang disebut kepulauan karena gugusan ribuan pulaunya dan Negara yang disebut maritim karena limpahan hasil lautnya.

    Saya bangga dan bahagia pak tinggal di Indonesia. Bersaing sehat dalam menuntut ilmu untuk bekal masa depan kelak. Yah, karena kurang dari satu tahun kedepan saya akan bertransformasi menjadi seorang mahasiswa. Sedikit sharing pak, saya dan teman-teman saya yang lain akhir-akhir ini sering berdiskusi tentang pilihan hidup seperti apa selepas lulus nanti. Tentang universitas mana yang akan dipilih ataupun rencana bekerja dimana nantinya. Karena tidak sedikit dari mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya karena masalah biaya. Dari semua diskusi yang sering saya dan teman-teman saya bicarakan, satu hal yang jadi perhatian saya, kurang lebih separuh dari mereka akan mengadu nasib di ibukota baik itu yang melanjutkan pendidikan ataupun yang bekerja. Dari sekian banyak pilihan kota yang ada di nusantara, entah mengapa hampir seluruhnya “kudu” ke Jakarta. Mereka berdalih karena Jakarta merupakan kota seribu kesempatan. Hal itu menjadi perhatian karena saya bertanya-tanya bagaimana Jakarta nantinya kedepan menampung orang-orang yang “berharap” banyak pada Jakarta setiap tahunnya. Kota yang makin tahun semakin banyak saja pendatang yang menduduki setiap daerah di Jakarta. Dengan kerbatasan pengetahuan saya pak, saya begitu peduli mengenai negara ini pun mengenai ibukotanya.

    Tapi, bagaimana menurut orang yang seringkali mengunjungi kota Jakarta? Sebuah pertanyaan muncul, bagaimana kita bisa menikmatinya? Kemacetan terjadi dimana-mana, bahkan di jalan tol sekalipun. Asap hitam keluar dari angkutan umum yang mengakibatkan polusi udara dan berbagai penyakit terutama penyakit saluran pernafasan. Demonstrasi di pusat kota hampir terjadi setiap hari kepada pemerintah. Hal ini membuat masyarakat khawatir. Bahkan, sistem jaringan transjakarta dengan buswaynya belumlah menjadi angkutan yang bisa diandalkan. Terbukti dengan seringnya terjadi kecelakaan pada busway karena kondisi mesin yang jauh dari kata layak. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi di ibukota kita pak yang semestinya menjadi panutan kota-kota di sebelah timur?

    Pak Jokowi yang terhormat, saya berpikir bahwa sampai kapan Indonesia bisa maju jika semua sektor berpusat di Ibukota? Pemerintahan, hiburan, lapangan kerja, bahkan pendidikan semuanya berokasi di Jakarta. Tidaklah heran jika kemacetan terjadi dimana-mana sampai aktivitas terhambat karena macet yang panjang. Itu semua karena banyaknya orang dari daerah lain yang mengais rizki di Jakarta. Hampir semua markas utama perusahaan besar nasional maupun multi-nasional bertempat di Jakarta. Di sisi lain, apakah masih layak sistem pemerintahan berada disana pak? Apakah dekatnya pusat pemerintahan dan pusat bisnis berdampak baik atau buruk seperti kemungkinan terjadi korupsi dengan cepat karena akses yang berdekatan?

    Pak presiden, cobalah sedikit tengok negeri di timur atau negara lainnya. Jika melihat negara lain, akan kita lihat perbedaan pusat bisnis dan ibukota. Mereka tidak menggabungkan semua pusat menjadi satu di ibukota. Sebagai contoh, Australia menjadikan Sydney menjadi kota jasa dan Canberra sebagai ibukota, Jerman menjadikan Frankfort sebagai kota dagang dan Berlin sebagai ibukota atau negara adikuasa Amerika Serikat yang menjadikan Newyork sebagai kota bisnis dan Washington DC sebagai ibukota. Bahkan di Asia pun semakin ingin mengurangi peran ibukota sebagai kota bisnis. Seperti Tiongkok yang mulai mengembangkan kota bisnis selain Beijing seperti Ghuangzou dan Shanghai sehingga pada akhirnya beban Beijing semakin berkurang sebagai pusat ekonomi dan bisa fokus sebagai pusat pemerintahan.

    Pak, sebagai presiden dan kepala Negara, apakah contoh-contoh tersebut bisa diterapkan di negeri kita? Pak, lihatlah kota-kota di sebelah timur atau barat kota Jakarta, ada Sumatra dengan banyak kotanya seperti Medan, Batubara, Padang, dan lainnya. Disebelah timur ada Jawa Barat dengan banyak kotanya seperti Cirebon, Bandung, Tasikmalaya dan masih banyak yang lainnya. Tidak berhenti sampai disitu, masih banyak pulau-pulau lain dengan puluhan kotanya seperti pulau Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, dan lain-lain.

    Semua kota dan pulau itu tidak begitu populer dan menarik perhatian masyarakat luar bahkan masyarakat kita sendiri. Tidak sedikit pula dari mereka yang berurbanisasi karena memilih kota yang lebih memiliki segudang lapangan pekerjaan dan hasil yang tak sedikit. Bahkan keluarga saya pun ada yang merantau disana. Walaupun saya hanya seorang pelajar pak, ketahuilah bahwa saya sangat memperdulikan itu semua. Saya sangat ingin kota lain pun bisa “segagah” DKI Jakarta dengan pembangunannya yang merata. Setidaknya lapangan pekerjaan banyak tersedia di kota lain selain Jakarta. Atau, tempatkanlah pusat hiburan diluar pulau Jawa sehingga kota Jakarta bisa berkonsentrasi sebagai kota pemerintahan dan mengurangi beban Jakarta sebagai ibukota.

    Akhir kata, biar bagaimana pun keadaannya saya sangat bersyukur dan bangga menjadi bagian dari negara ini. Negara demokratis, Negara hukum, Negara maritim, dan Negara kepulauan. Dirgahayu Indonesiaku, semoga maju dalam pemerintahnnya, politiknya, ekonominya, pendidikannya dan lain-lain. Dimana kesemuanya itu terikat dalam satu ideologi, yaitu Pancasila. Aamiin ya Robbal’alamin.


    Fia Nur Aulia

    Siswi MAN Buntet Pesantren Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat

     




    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Indonesia Bisa Maju, Saya Yakin Itu! Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top