728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Minggu, 16 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Dengarkan, Rasakan Negeriku

    Indonesia, 17 Agustus 2015


    Kepada Indonesiaku


    Assalamu’alaikum wr. wb.


    Dengan perantaraan surat ini, pertama sekali ku ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk negaraku, negara yang sangat aku kagumi, tempat tangisan pertamaku, negara tempat ayah bundaku, negara yang tiada duanya. Bagaimana kabarmu, kawan? Tak terasa sudah 70 tahun usiamu.


    Tanah air ku tidak ku lupakan


    Kan terkenang selama hidupku..


    17 Agustus 1945 hingga kini, 17 Agustus 2015 haha, cukup lama bukan? Kamu sudah cukup tua rupanya. Pertiwi, engkau bukan lagi anak-anak yang masih dijajah dan diperintah oleh negara-negara seniormu itu kan? Kamu sudah sejajar dengan mereka sekarang! Percaya dirilah sedikit, hai negaraku, sadarlah dengan potensimu! Hutanmu itulah parumu, lautmu ialah darahmu, pandang lah! Pulau-pulau itu pecahan-pecahan surga yang berserakan diatas bumi. Mahakarya seniman yang Esa. Hanya kau yang punya.


    Namun, pilu rasanya kawanku. Mengapa rakyatmu sesak nafas hidup di atas tanahmu? Kekeringan di atas lautmu? Mengapa nasib rakyatmu sendiri tergantungkan? Mengapa mereka tak bisa memiliki hak dari neneknya sendiri?? Mengapa…mengapa..??! Tolonglah kau mengerti. Tujuh puluh tahun usiamu, sayang. Tujuh puluh tahun bukanlah waktu yang singkat! Jadi, tolong jangan kekanakan seperti ini lagi, ya?


    Kucoba tuk ungkapkan rasaku, coba kau rasakanlah, ku mohon. Diriku ini rakyat… ku rasakan sesak pada nafasku, ku rasakan haus pada dahaga ku. “Aku petani yang tak boleh mencangkul ladangku sendiri, aku nelayan yang tak boleh mengambil ikan di samudramu, Indonesiaaa!!” rasa hatiku ingin berteriak.


    Dengarkan.. rasakan. Dengar tidak suara perut anak-anak si rakyat?? Bukankah laparnya adalah kelaparanmu seratus tahun yang akan datang? Bukankah tangisnya tangismu jua?? Mengapa petinggi Indonesiaku bahkan tak sudi melirik kearah derita ini..


    Dengarkan.. rasakan. Kumohon. Janganlah kau hibur aku dengan teriakan kebebasan palsu ini, tangan dan kakiku dibelenggu disini. Kumohon.. Hei, ayolah! Kami sungguh tak peduli siapa raja dan ratu disini. Tak peduli kotak-kotak politik mereka itu. Kami hanya butuh hak yang sepantasnya sudah kami dapat tujuh puluh tahun lalu. Tujuh puluh tahun lalu dimana kata “Merdeka” berarti kebebasan yang luar biasa sarat akan makna, yang nyawa tak sebanding dengannya, sayang.


    Maaf aku belum ada kado selamat ulang tahun untukmu. Aku terkadang merasa beruntung tak menjadi rakyat tujuh puluh tahun silam. Tak sempat di jamanku ini terjamah bambu runcing itu. Bodohnya aku justru semakin menuntut padamu. Haha, hanya do’a yang dapat ku  negaraku, selamat ulang tahun ke tujuh puluh untukmu, telah bertambah usiamu, kuharap ke depan kau berbahagia. Tiada boleh kau belenggu rakyatmu sendiri. Mari kita sama dengar dan rasa. Tiada boleh tangis lapar dan rintihan di dalam negriku. Kepadamu Indonesia, Dirgahayu, Negriku.


    Assalamu’alaikum wr. wb.


     


    Nurul Wafiqah Tarihoran


    Siswi SMAN 1 Matauli Pandan Kabupate Tapanuli Tengah Provinsi Sumatra Utara

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Dengarkan, Rasakan Negeriku Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top