728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Rabu, 25 Juni 2014

    Tiga Tips Mudah Agar Karya Dilirik Media

    Oleh    : Nur Sholekhatun Nisa*

    Halo temen-temen Mading Sekolah. Kali ini saya mau share dan berbagi sedikit pengalaman saya tentang "Tiga Tips Simple" yang mungkin bisa menjadi nilai plus buat karya kita saat dikirim ke media. Cuma tiga doang kok, 'nggak banyak-banyak. Dan semoga tidak terlambat untuk kita sadari. He he.

    Oke, begini teman-teman. Saya menulis tips ini karena saya melihat dari pengalaman pribadi dan juga saat membaca beberapa karya teman-teman yang membuat saya terinspirasi untuk menuliskannya. Tiga hal ini mungkin sepele, karena sebagian penulis pemula bahkan mengabaikannya. Tetapi, apakah dimata editor atau redaktur sebuah media pun akan menyepelekan hal yang sering kita sepelekan ini?

    Dari pengalaman saya saat menjadi Juri beberapa event kepenulisan, dimintai tolong mengendors karya teman-teman penulis, ataupun mengedit beberapa naskah karya teman-teman yang "nyangkut" di email, saya jadi lebih yakin bahwa teman-teman Mading Sekolah harus tahu soal tiga hal sepele yang seringkali tidak kita sadari bahwa ini berarti dalam mengirimkan sebuah karya baik artikel, puisi, cerpen atau essai ke Media. Apa saja tiga hal itu? Ini dia!

    1. Kerapian
    Kerapian? Apanya yang rapi? Ya Tulisannya! Ya, ketika kita mengikuti pelatihan menulis atau membaca mengenai panduan menulis, kita akan mendapat poin mengenai kerapian. Kerapian bahasa, kerapian diksi, kerapian memilih kata-kata, kerapian kalimat, kerapian strukur dan bla bla bla. Oke, kerapian seperti itu memang penting dan menjadi unsur yang kuat dalam menulis. Tapi, bukan kerapian seperti itu yang saya maksud di sini, tetapi kerapian tulisan. Teman-teman harus perhatikan nih kerapian dalam menulis itu 'nggak cuma bahasa, kata-kata, diksi dan kalimat aja loh. Tapi cobalah untuk melirik pada kerapian format penulisan. Teman-teman pasti sudah pintar kan belajar Mc.Word nya? Pasti dong! Nah coba untuk memerhatikan beberapa hal berikut, seperti:


    • Align. Agar tulisan kita terlihat rapi, bagus, indah cobalah untuk menggunakan align rata kiri-kanan, atau jika ingin lebih singkat temen-temen blok semua tulisan lalu pencet Ctrl+J. Apa yang terjadi? Rapi kan barisan kanan dan kirinya? Nah, Poin ini kadang tidak kita sadari, padahal ini penting. Ada beberapa tipe editor yang membangun chemistry lewat pandangan pertama saat melihat kerapian margin. Kalau naskah dibuka terus align-nya masih 'nggak beres itu kadang bikin sakit mata, dan jadi nilai minus di mata editor. Walhasil, mau tulisanmu sebagus apapun  kalau 'nggak kelihatan rapi dan cantik, mungkin akan diclose lagi. Jadi, setidaknya mulailah rapi dalam menulis naskah.



    • Space. Spasi? Jarak? Please yah, yang butuh jarak itu nggak cuma orang yang LDR-an aja. Tapi, sebuah tulisan juga butuh jarak. Kalau teman-teman mau menulis karya, jangan lupa kasih spasi. Kenapa? Biar karya kita bisa dibaca, bisa dipahami, jelas. Selain itu meski sudah dikasih spasi, temen-temen harus tahu, dalam dunia media ada standar pemberian spasi pada karya. Spasi yang dianjurkan untuk ketentuan pengiriman naskah, itu biasanya antara 1.5 - 2 space. Kalau teman-teman bingung bagaimana caranya, seperti biasa kalau sudah selesai menulis blok saja semuanya, klik icon spasi dan pilih ukurannya. Nah, kenapa sih sampe spasi aja di omongin? Ya jelaslah! Coba bayangin, karyanya keren, tulisannya bagus, bahasanya mantep, terus sepasinya "dempeeet" banget. Yang baca juga kasihan banget. Apalagi kalau sampai 'nggak ada spasinya. Sebagus apapun karyanya, pasti 'nggak akan mau dibaca sama editor media, sudah pusing duluan. Haha. Jadi, temen-temen kalau menulis, jangan lupa ya dikasih jarak yang sesuai ketentuan.



    • Font. Ya, biasanya kita kenal dengan istilah jenis huruf. Teman-teman saya mohon, gunakanlah font atau jenis huruf yang standar dan bisa dibaca. Jangan gunakan font yang alay. Yang gede kecil kayak bahasa SMS-an, itu bisa dianggap haram kecuali ketentuan khusus. Gunakanlah font yang sesuai dengan ketentuan kaidah penulisan yang diinginkan medianya, misalnya. Tapi rata-rata yang saya tahu font yang biasa menjadi ketentuan adalah Times New Roman, font ini memang sudah sangat popular dikalangan penulisan karya. Mungkin ada juga media yang menginginkan jenis font Calibri, Cambria, atau Arial. Namun jenis Times New Roman memang lebih sering digunakan. Kalau teman-teman susah buat nyari icon font, coba untuk memilih jenisnya dengan tekan ctrl+shift+F berbarengan.



    • Size. Ukuran font. Penting? Penting banget. Dalam menulis teman-teman juga harus memerhatikan ukuran standarnya font  tersebut. Beberapa media mungkin memnyaratkan karya selain dengan font Times New Roman juga denga Ukuran 12. Ya kan? Karena ini sudah menjadi standar pada umumnya. Nah, coba teman-teman bayangin, kalau kertas ukuran A4 diisi dengan tulisan yang font memang Times New Roman, Spasi 1.5, tapi ukuran font cuma 5 (Lima). Enak nggak dibaca? Kekecilan lah ya. Atau, justru sebaliknya, memakai ukuran Font yang super alay, Ukuran 20 misalnya. Halooo, kasihan juga editornya. Puyeng. Oleh karena itu size font yang standar adalah 12.



    • Page Number. Sebenarnya poin yang terakhir ini 'nggak semutlak poin-poin yang di atas. Tapi, menurut saya pribadi ini juga penting. Yup!  Nomor Halaman. Biar tulisan terlihat lebih elegan, teman-teman bisa menambahkan page number sebagai pemanis, karena kita bisa tahu berapa jumlah halaman karya yang kita tulis. Selain itu, adanya page number juga bisa membuat nilai plus soal kerapian kita dalam membuat karya.


    Nah itu tadi di atas adalah beberapa hal soal kerapian tulisan. Mungkin teman-teman juga bisa improvisasi yang lain yang belum sempat saya cantumkan soal point kerapiaan di atas.




    1. Tanda Baca

    Loh? Kenapa tanda baca 'nggak jadi poin kerapian? Kan sama saja? Memang, sama aja. Tapi dalam hal ini saya akan membedakannya. Jika kerapian yang di atas tadi bersinggungan dengan kerapihan ekstrinsik, maka tanda baca saya analogikan sebagai kerapihan instrinsik. Tanda baca, meskipun hanya berbentuk koma (,), titik (.), tanda tanya (?), tanda seru(!), atau yang lainnya. Tetapi penggunaanya tidak boleh disepelekan. Teman-teman, menurut saya, tanda baca itu adalah nyawa kedua dari tulisan setelah pemilihan diksi yang tepat pada setiap cerita. Teman-teman bisa bayangkan jika dalam sebuah karya tulis tanpa tanda baca, yang ada akan membuat editor "sesak nafas". Karena gunanya tanda baca juga sangat banyak. Tapi teman-teman juga harus mempelajari kaidah penggunaanya yang sesuai tatanan bahasa dan struktur penulisannya. Teman-teman bisa belajar dari buku-buku, novel, atau karya-karya penulis dari penerbit ternama. Semisal, saya setiap membaca sebuah novel yang saya pelajari bukan saja penggunaan bahasa yang tepat dalam setiap adegan cerita, tetapi saya juga mempelajari mengenai tanda bacanya, pengalihan paragraf, penggunaan kata ganti, memerhatikan tatanan kalimatnya, kurang lebih seperti itu. Karena di balik novel best seller selain ada penulis yang hebat juga ada editor yang cerdas. Oleh karenanya, tanda baca bisa membuat karya kita menjadi "benar".


    Nah, sedikit tambahan nih tentang tanda baca. Tanda baca memberikan nilai plus karena membuat karya kita "benar". Meringankan tugas editor, serta membuat pembaca nyaman. Teman-teman, sebagus apapun diksi dalam karya, seindah apapun rangkaian bahasanya, tetapi kalau tanda baca-nya tidak benar, tidak rapi dan membuat pembaca tersengal-sengal. Maka, itu tidak dikatakan benar, karya hanya sebatas bagus. Karya yang bagus tetapi tidak benar itu juga kurang top. Tetapi karya yang bahasanya tidak begitu bagus tetapi penulisannya benar  itu akan membangun suasana tersendiri.


                Jadi, teman-teman belajar dari yang benar dahulu, kemudian perindahlah untuk menjadi karya yang bagus. Saya sendiri masih belajar soal kedua hal itu. Bagi penulis pemula, atau kita yang hanya suka menulis, typo -kesalahan pengetikan- itu sangat wajar, namun alangkah baiknya kita mulai belajar sedikit demi sedikit agar karya kita bisa benar  juga bagus.




    1. Identitas

    Identitas? Yup! Teman-teman Mading Sekolah yang saya banggakan, dalam mengirmkan sebuah karya ke media, teman-teman 'nggak boleh lupa untuk menambahkan identitas  di bagian bawah karya. Identitas itu penting banget, dan identitas yang dimaksud jangan hanya nama saja. Ada beberapa media yang mempunyai kriteria menerima karya melihat dari pengalaman menulis si pengirim, atau melihat identitas yang dikirim. Paparkan maksimal satu paragraf tentang kamu, siapa kamu, dan bagaimana kamu, dengan bahasa yang luwes dan enak sebagai bumbunya. Jangan kaku seperti mengisi identitas di formulir. Tapi buatlah dengan paragraf yang asyik dibaca.


    Hindari yang hanya seperti ini :

    Nama              : Annisa Moezha

    Usia                 : 17 Tahun

    Kelas               : XII Bahasa

    Sekolah           : MAN Buntet Pesantren

    Alamat            : Buntet Pesantren Cirebon

    No Hp            : 089-660-662-XXX


                Tapi, coba untuk menulis dengan paragraf.


    *Annisa Moezha, pengagum senja berusia 17 tahun. Masih berstatus siswa kelas XII Bahasa di MAN Buntet Pesantren Cirebon. Beberapa cerpen dan puisinya telah dimuat di berbagai majalah dan koran baik lokal atau nasional seperti Kompas, Suara Merdeka, Lampung Pos, Padang Ekspres, Riau Pos, Majalah sastra HORISON, STORY, Teen, Tabloid GAUL dll. Kini aktif bergelut di berbagai organisasi Teater dan Sastra.


                Kurang lebih seperti itu contohnya, teman-teman bisa dong menuliskannya dengan lebih bagus. Nah, satu lagi nih yang penting. Kalau teman-teman kirim karya ke media jangan lupa sertakan nomor rekening dan kontak yang bisa dihubungi, boleh juga sertakan alamat email. Kalo untuk yang seperti ini kalian nggak perlu dimasukin ke paragraf biodata, 'nggak apa-apa kok, asal cantumkan setelah paragraf biografi singkat. Misal :


    *Annisa Moezha. No Rek ABC a.n ANNISA MOEZHA 0123-456-X. No Hp; 089-66-662-XXX. Email : annisamoezha@???.com


    Gunanya apa? Biar redaktur bisa dengan mudah menghubungi teman-teman kalau ada apa-apa. Semisal dimuatkan bisa dikabarin via telepon atau email. Tetapi pengalaman saya nih, banyak juga media yang tidak memberikan kabar kepada penulis soal pemuatan berita atau karya kita, jadi penulisnya sendiri yang harus aktif mencari tahu apakah karya kita terbit atau 'nggak, kalau saya, biasanya langsung cek ATM, haha, kalau ada yang cair mungkin dari media. Tapi ada juga media yang tidak memberikan honor kepada penulis, tetapi hanya sekadar memberi tahu bahwa karya dimuat. Pokoknya tipe media itu beda-beda deh, jadi kita harus proaktif sendiri.


    Nah, itu dia temen-temen tiga tips simple agar karya kita setidaknya dilirik oleh redaktur atau editor media. Semoga nggak Cuma dilirik, tapi dilihat, dibaca, dan diterbitkan. Dan semoga apa yang saya share bisa bermanfaat buat teman-teman ya. Amin. Bagaimana teman-teman Mading Sekolah? Semangat buat terus berkarya ya! Kami tunggu juga loh karya temen-temen di website www.madingsekolah.net kebanggaan kita bersama ini. Salam.


    *Cerpenis, Novelis dan Wakil Pemimpin Redaksi madingsekolah.net | Portal Pelajar Indonesia
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Tiga Tips Mudah Agar Karya Dilirik Media Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top