728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Jumat, 20 Juni 2014

    [Surat Untuk Capres 2014] Apakah Kami Tak Berharga, Pak?

    Yth. Bapak Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia


    di


    Tempat


    Dengan hormat,


    Suatu kebanggaan bagi saya untuk dapat menulis sepucuk surat yang sederhana ini untuk kedua pasangan Bapak Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Sebelumnya perkenalkan, saya Cynthia Navela Sari yang hanyalah seorang pelajar SMK biasa yang mungkin tidak ada artinya bagi negeri ini, mungkin begitu pula dengan teman-teman sesama pelajar dan juga yang seharusnya berstatus sebagai pelajar Indonesia.


    Mengapa saya katakan bahwa kami tidak ada artinya? Karena memang itulah yang kami rasakan sebagai pelajar Indonesia. Jika sesuatu itu dianggap berharga dan berarti, tentu saja sesuatu itu akan diperhatikan dan dijaga, bukan? Kita bisa ambil contoh, para petinggi negara tercinta ini. Kehidupan mereka dan keluarga mereka diperhatikan, dijaga, jangan sampai mereka merasa kekurangan suatu apapun. Gedung kantor nan megah, rumah dan kendaraan dinas, tunjangan dan fasilitas yang mempermudah dan memanjakan hidup mereka, bahkan lembar demi lembar rupiah rakyat pun rela dialokasikan kepada kehidupan nyaman mereka. Mereka, yang KATANYA bekerja keras siang malam demi bangsa ini. Hal itu menunjukkan kepada kami, bahwa mereka begitu berharganya dibanding apapun yang dimiliki negeri ini, bahkan dibanding kami, generasi yang nantinya akan meneruskan perjuangan dan menentukan akan kemana negeri ini kelak.


    Bapak Calon Presiden dan Wakil Presiden yang saya hormati, apakah kami tidak berharga? Bukankah mereka para petinggi negara ini dulunya sama seperti kami? Bukankah dulu bapak juga sama seperti kami, pelajar biasa yang tidak berarti di negeri kami sendiri? Apakah kami harus menjadi seperti mereka yang memperebutkan sebuah kursi dengan cara apapun baru kami bisa diperhatikan dan dianggap berharga di negeri tercinta kami ini?


    Kami tak minta gedung sekolah mewah nan megah atau sejumlah fasilitas mewah yang bisa kami nikmati dengan mengorbankan rupiah orang tua kami, warga desa kami, dan rakyat negeri ini. Kami juga tak minta tatapan dan fokus penuh bapak pada kami sebagai janji-janji manis bapak kepada orang tua kami, kepada warga Indonesia. Kami hanya memohon sebuah lirikan mata yang ditujukan pada kami, tapi mohon jangan dikorupsi! Jangan hanya berikan sebelah mata bapak, namun lirikan kedua mata bapak. Kami hanya merindukan pendidikan merata untuk SEMUA saudara kami, generasi penerus bangsa ini.


    Kami juga ingin diperhatikan dalam negeri kami. Kami juga ingin belajar dan berprestasi untuk membanggakan bangsa ini, karena bangsa ini juga milik kami, para pelajar Indonesia. Kami ingin dapat bersaing dan berdiri sejajar atau bahkan di depan pelajar dari bangsa lain, bukan berbaris rapi di belakang mereka. Bagaimana hal ini dapat terwujud sedangkan masih banyak saudara kami yang bahkan belum pernah mencicipi seragam putih abu, putih biru, atau bahkan putih merah?


    Bapak Calon Presiden dan Wakil Presiden yang saya harapkan, kepada bapaklah saya dan pelajar Indonesia menggantungkan harapan dan cita-cita kami, sebagai calon pemimpin di negara ini. Mohon perhatikan kami, ajari kami, bimbing dan didik kami agar dapat menjadi anak-anak yang membanggakan negeri ini dan membawa negeri ini ke arah yang lebih baik kelak. Didik kami agar memiliki ilmu, keterampilan yang sesuai dengan kemampuan kami. Bimbing kami agar menjadi sumber daya yang jujur, tulus, dan pekerja keras. Bukan menjadi mesin pembelajar ataupun robot jenius yang bisa mengerjakan soal demi soal Ujian Nasional dengan baik. Kami punya potensi kami sendiri yang tentunya berbeda dari teman-teman kami. Kami punya kelebihan kami sendiri! Tapi mengapa sistem pendidikan di negeri ini memaksa kami untuk menjadi robot, belajar keras untuk dapat menjadi unggul dalam segala mata pelajaran yang tidak akan bisa kami kuasai seluruhnya dengan sempurna?


    Teman-teman saya ada yang tidak lulus Ujian Nasional, Pak, hanya karena satu pelajaran matematika, sementara mereka mendapat nilai yang baik dalam ketiga pelajaran yang lain. Hanya karena satu pelajaran, mereka tidak lulus dan mereka secara otomatis dikecilkan harapannya dalam karir dan masa depan mereka. Mereka secara tidak langsung mendapat cap sebagai orang gagal, meskipun sebenarnya mereka tidaklah seperti itu.


    Teman-teman saya bahkan rela merogoh kocek mereka, mengorbankan rupiah demi mendapatkan jaminan untuk dapat mengisi lembar jawaban Ujian Nasional mereka. Mereka terlalu takut, takut untuk dicap sebagai orang gagal karena tidak lulus Ujian Nasional. Teman-teman saya ada yang putus asa, bahkan bunuh diri karena merasa takut menghadapi Ujian Nasional, takut mengecewakan harapan kedua orang tua yang sudah menyekolahkan mereka. Apakah ini yang diinginkan oleh sistem pendidikan Indonesia?


    Jika saja bapak pernah melihat anak bangsa yang putus sekolah harus berjualan koran di jalanan untuk sesuap nasi, jika saja bapak pernah merasakan ketakutan dan kekhawatiran akan tidak mampunya kami lulus Ujian Nasional seperti yang kami rasakan. Apakah seorang yang gagal Ujian Nasional berarti juga gagal dalam hidupnya? Apakah selembar nyawa anak bangsa pantas ditukar dengan pelaksanaan Ujian Nasional? Kami yakin, Ujian Nasional bukanlah sesuatu yang pantas dijadikan ukuran gagal atau tidaknya kami! Untuk itu, jika bapak terpilih nanti, apakah kami semua generasi muda bangsa ini dapat merasakan indahnya menempa dan mempertajam bakat, keterampilan, dan karakter kami dalam sistem pendidikan di negeri Indonesia tercinta ini?


    Bapak Calon Presiden dan Wakil Presiden yang kami harapkan, demikianlah surat sederhana yang kami tulis dari hati kami. Terima kasih karena bapak telah bersedia membaca surat ini. Semoga harapan anak bangsa yang kami titipkan melalui surat ini nantinya dapat berbuah sebuah ukiran senyuman tulus dan bangga di wajah kami.




    Hormat kami,


    Pelajar Indonesia



    CYNTHIA NAVELA SARI


    Siswi SMK Unggul Sakti Jambi Provinsi Jambi


    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Surat Untuk Capres 2014] Apakah Kami Tak Berharga, Pak? Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top