728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Selasa, 24 Juni 2014

    [Surat Untuk Capres 2014] Pemimpin yang Cinta Allah Vs Cinta Uang

    Toraja Utara, 19 Juni 2014


    Salam kasih kepada Capres dan Cawapres Republik Indonesia


              di tempat


               Kesempatan yang indah bisa berbagi seperti ini, perkenalkan nama saya Lydia Apriliana T. dari SMA Lentera Harapan Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Pada kesempatan lomba menulis surat kepada Capres dan Cawapres, saya mengambil sebuah judul “Pemimpin yang cinta Allah vs cinta uang” Saya mengambi judul ini karena suatu negara pasti memerlukan seorang pemimpin,yang patut diteladani dan menaruh kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. Pemimpin yang patut diteladani adalah pemimpin yang takut akan Allah dan pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat adalah pemimpin yang tidak cinta uang.


               Melalui surat ini, saya bersyukur karena, saya dapat mencurahkan keluh kesah, kritik dan harapan mengenai para pemimpin negara di Indonesia khususnya bagi Capres dan Cawapres yang akan terpilih nanti. Sekarang ini, banyak pemimpin Indonesia yang lupa akan cita-cita negara yang seharusnya mereka laksanakan dengan kesungguhan hati untuk kepentingan bangsa. Mereka lupa, sehingga seenaknya saja menginjak-injak hukum tanpa ada ketegasan dari pemerintahan terhadap pelanggaran-pelanggaran mereka. Seperti yang kita lihat, pelanggaran yang tak habis-habisnya yang dilakukan oleh para pemimpin Indonesia adalah korupsi. Korupsi telah merajalela di seluruh wilayah Indonesia mulai dari desa sampai ke pusat. Berdasarkan data tahun 2013 dari Metrotvnews.com, Indonesia berada pada peringkat ke-64 negara terkorup di dunia (Indonesia Peringkat 64 Negara Paling Korup di Dunia, 2013). Indonesia hanya mendapatkan skor CPI (Corruption Perception Index) 32 dari 100. Angka korupsi yang nyata berdasarkan Tabulasi Data Penanganan Korupsi (oleh KPK) tahun 2004-2014 adalah  penyelidikan 604 perkara, penyidikan 365 perkara, penuntutan 290 perkara, inkracht 246 perkara, dan eksekusi 260 perkara (Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi, 2011). Sungguh angka yang fantastis! Melihat kenyataan ini, Indonesia masih harus berusaha sekuat tenaga untuk menghapuskan korupsi dari Negara yang sudah hamper 70 tahun merdeka ini.


                Saya merasa sedikit lega ketika mengetahui kedua Capres dan Cawapres Indonesia 2014 masih peduli dengan kasus korupsi di Negara Indonesia. Saya lega bila kedua Capres telah berani menggambil tindakan untuk menghukum mati para pelaku korupsi ini. Namun apakah hanya sampai di situ tindakan pemberantasan korupsi yang perlu dilakukan? Mari kita berpikir sejenak! Bila kita melihat sejenak ke Negara Denmark dan Finlandia, Mereka adalah Negara dengan tingkat korupsi terbersih di dunia. Skor CPI mereka adalah 91dari 100 dan ternyata kedua Negara tersebut tidak menerapkan hukuman mati bagi koruptor (Indonesia Peringkat 64 Negara Paling Korup di Dunia, 2013). Hal ini memberikan gambaran bahwa ada hal yang lain yang menyebabkan tingkat korupsi di Negara ini rendah. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan hal lain untuk menurunkan tingkat korupsi selain dengan menerapkan hukuman mati. Jujur saya bukanlah orang yang cukup mengerti dunia politik dan pemerintahan. Namun saya ingin memberikan beberapa ide yang menurut saya baik untuk dipertimbangkan. Misalnya dengan memperketat pengawasan jalannya pemerintahan dan pembangunan Negara. Dengan memperketat pengawasan, tentu tindakan-tindakan yang menuju korupsi dapat dengan cepat terdeteksi dan orang-orang yang bertanggungjawab atas hal tersebut akan semakin teliti dan bijksana ketika menggunakan uang Negara.


               Baru dua bulan yang lalu saya juga melihat praktek ketidakjujuran yang terjadi di dalam pemilu legislatif. Praktek ketidakjujuran ini adalah ‘politik uang’. Sebelum berlangsungnya pemilihan, pasti ada kampanye yang selalu mengandalkan politik uang. Politik uang digunakan para calon agar dapat menduduki kursi, baik di DPR, DPRD, dan DPD. Ini suatu keadaan yang menyedihkan dan menurunkan nilai-nilai demokrasi bangsa Indonesia. Secara jujur saya tidak rela untuk dipimpin oleh pemimpin yang serakah dan mengandalkan uang. Yang bangsa Indonesia butuhkan sesungguhnya adalah Pemimpin yang takut akan Allah menjunjung tinggi Pancasila. Saya yakin bahwa suatu awal yang baik pastilah berakhir baik, namun jika suatu hal diawali dengan kecurangan seperti “politik uang” maka akan berakibat fatal di masa depannya kelak. Saya sangat berharap kedua Capres dan Cawapres memulai perjuanggannya dengan baik dan jujur sehingga kedepannya kelak dapat membenahi keadaan Negara yang carut marut dan nantinya bisa berakhir dengan baik pula.


                Hal yang kedua, saya juga ingin menyampaikan keluh kesah saya mengenai dunia pendidikan di Indonesia. Masalah di dunia pendidikan di Indonesia juga masih tetap berkaitan dengan masalah korupsi sehingga membuat masalah ini semakin kompleks saja. Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tempat generasi muda didik untuk menjadi manusia yang bertaqwa dan membenci tindakan korupsi malah menjadi sarang korupsi dan secara tidak langsung mendidik generasi muda untuk menjadi koruptor di masa depan. Sungguh miris sekali keadaan ini! Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia pendidikan di Indonesia diwarnai oleh pemandangan KKN dalam pengangkatan jabatan kepala sekolah, pengadaan sarana dan prasarana sekolah, penggunaan dana BOS, penerimaan siswa baru, undangan untuk memasuki PTN melalu jalur undangan, pengangkatan guru honorer menjadi CPNS, pungutan liar, dsb. Hal-hal inilah yang menjadi pemandangan dunia pendidikan Indonesia saat ini. Uang menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang orang inginkan sehingga seakan-akan “uang” menjadi lebih tinggi daripada Allah. Apakah Negara kita menjunjung uang. Jawabannya tentu saja tidak! Negara Indonesia adalah Negara yang berke-Tuhan-an yang Maha Esa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradap.


               Saya sangat menyukai pernyataan dari seorang Nelson Mandela yang mengatakan bahwa “Education is the most powerful weapon which can use to change the world.” Saya sangat setuju bahwa pendidikan adalah kekuatan yang merubah dunia. Namun pertanyaannya mengubah dunia untuk semakin bagaimana? Semakin carut marut atau semakin baik. Oleh karena itu Bapak Capres dan Cawapres harus melihat kembali keadaan pendidikan Indonesia. Jika wajah pendidikan Indonesia masih seperti yang saya jelaskan di atas maka apa jadinya negeri ini beberapa tahun ke depan.


                Melihat masalah-masalah di atas, rasanya pendidikan di Negara kita juga perlu meningkatkan moralitas generasi muda. Pemerintah dan orang-orang memilih untuk mengandalkan uang karena sejak dari kecil sudah melihat contoh yang tidak baik di masyarakat. Namun biarlah hal seperti itu berhenti sampai di sini. Berharap pemerintah yang baru nanti menghidupi dan menampilkan wajah pemerintah yang bersih dan bermoral sehingga bisa menjadi contoh bagi generasi muda kami sekarang ini. Berharap agar pemerintah yang terpilih nanti dapat mengemban tugas dan tanggung jawabnya dengan dengan takut akan Allah dan hati yang mau melayani.


                Melihat sistem pendidikan, jujur saya terkagum dengan sistem pendidikan di Finlandia. Finlandia adalah Negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Hal yang mengherankan bahwa Finlandia tidak menambah jam belajar murid-muridnya (hanya 30 jam per minggu), membebani murid dengan PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Kunci kualitas pendidikan Finlandia terletak pada kualitas guru-gurunya. Karena guru-gurunya berkualitas maka pendidikan mereka adalah pendidikan yang mandiri dan tidak ditentukan secara kaku dari Negara. Berharap Negara Indonesia juga bisa menyaingi Negara ini. Misalnya dengan langkah awal memperbaiki kualitas guru-guru di Indonesia. Jika kita lihat dimasyarakat, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kurang bergengsi. Kami sebagai pelajar cenderung memilih untuk menjadi pebisnis, dokter, polisi, dsb. Hal ini mungkin dikarenankan penghasilan guru tidak sebesar penghasilan profesi-profesi yang saya sebutkan tadi. Padahal gurulah yang menjadi salah satu penentu kualitas pendidikan kita. Berharap pemerintah yang terpilih nanti dapat mengubah wajah profesi guru menjadi semakin lebih baik.


                Melalui surat ini saya berharap agar Capres dan Cawapres melihat masalah dunia pendidikan ini. Saya rindu melihat dunia pendidikan dikembalikan ke fungsi yang sesungguhnya dan bebas dari korupsi. Mungkin ada yang perlu diperbaiki dengan sistem pendidikan dan sistem pengawasannya. Berharap beberapa tahun ke depan wajah dunia pendidikan Indonesia semakin lebih baik. Berharap perbaikan di bidang pendidikan akan menghasilkan efek timbal balik pada pengurangan korupsi di Indonesia.


               Mungkin surat ini tidak terlalu berarti bagi bapak Capres dan Cawapres saat ini, namun sebagai penerus bangsa ini, kami sangat membutuhkan suatu figur yang baik untuk kami teladani agar kami sendiri kelak dapat menjadi seorang pemimpin yang benar-benar telaten dalam hal apapun yang hanya mementingkan cita-cita Negara. Oleh karena itu, jadilah pemimpin yang takut akan Allah dan patut untuk dibanggakan dan dicontoh oleh seluruh anak bangsa Indonesia.


               Kiranya sekian yang telah saya sampaikan, mohon maaf apabila ada tutur kata saya yang salah, atas perhatianya diucapkan terima kasih. Salam kasih.




    Hormat saya,


     


    LYDIA APRILIANA TANDIALLO


    Siswi SMA Lentera Harapan Toraja Provinsi Sulawesi Selatan

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    2 komentar:

    1. karya tulis yang bagus dan menginspirasi (y)

      BalasHapus
    2. great thinker. terus menulis dan semakin kritis terhadap lingkungan sekitar. Gbu

      BalasHapus

    Item Reviewed: [Surat Untuk Capres 2014] Pemimpin yang Cinta Allah Vs Cinta Uang Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top