728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Jumat, 07 Agustus 2015

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Sepucuk Surat untuk Petani Bumi Pertiwi

    Kepada :

    Para petani di seluruh penjuru negeri


    Salam sejahtera saya sampaikan kepada segenap petani Indonesia, sebagai para manusia berbudi luhur, penjaga putaran roda perekonomian ibu pertiwi. Kepada seluruh pak tani dan buk tani, yang bermandikan peluh dan lumpur, demi semangkuk nasi yang dikonsumsi rakyat tiap hari. Kepada seluruh keluarga petani, yang semakin aus digerus oleh “mesin” zaman yang tak kenal belas kasih.

    Sang Proklamator Indonesia, Bung Karno pernah berucap "Pertanian adalah soal maju mundurnya suatu bangsa". Betapa mulianya pertanian di mata beliau, seorang yang telah melanglang buana ke berbagai negara di dunia. Di kepala Bung Karno, pertanian adalah urat nadi bangsa, yang berperan dalam setiap denyut kehidupan masyarakat kita. Pertanian ibarat sebuah pohon rindang, yang dari dedaunannya terdapat nafas kehidupan rakyat dan bangsa.

    Sayangnya, bapak dan ibu petani sekalian, ucapan hanyalah sebuah ucapan. Sebagai penyokong utama eksistensi bangsa kita, pertanian sekarang seperti dilupakan begitu saja. Para pemimpin kita terlalu giat dengan pembangunan di sana-sini, sehingga tak menyadari ada hal penting yang terlewat. Selama 70 tahun kita merdeka, para pemerintah kita lebih sibuk membangun hotel dan apartemen mewah, diatas tanah yang dulunya adalah lahan-lahan subur milik rakyat.

    Ah, kalau saya boleh cerita pak-buk, nampaknya masyarakat Indonesia mulai lupa sejarah. Loh? Kok saya berkesimpulan seperti itu? Tengoklah sekilas pada kemegahan bangsa kita di masa silam. Bagaimana Majapahit dapat menaklukkan begitu banyak wilayah, kalau saja para prajuritnya turun ke medan laga berbadan kurus kering kurang makan? Bisakah kita bayangkan seorang ksatria Sriwijaya sanggup menghalau musuh yang datang, kalau saja ia pergi berperang dalam kondisi perut keroncongan? Tentu, para kerajaan besar ini memiliki pondasi yang kuat, dalam sektor maritim (kelautan) dan agraris. Dua sektor inilah yang menjadi kunci sukses kejayaan dan kehebatan mereka, yang mampu menggaung ke seluruh bumi. Bukankah begitu?

    Para petani yang saya hormati dan saya segani, bapak presiden kita, Joko Widodo pernah bertitah akan target swasembada pangan di negeri ini. Beliau menargetkan satu juta hektar sawah, yang akan menyokong pangan ratusan juta penduduk Indonesia. Bapak ibu sanggup? Ah, mungkin hanya 5-10 tahun ke depan. Lalu siapa yang menggantikan bapak dan ibu tani yang sudah tua renta nanti? Siapa yang akan mengurusi satu juta lahan, yang akan terbengkalai tak terpakai? Tentu, para generasi peneruslah yang akan ganti mengisi. Tapi, sudikah mereka?

    Nah, inilah akar permasalahannya, bapak-ibu petani sekalian. Para pemuda kita banyak yang lebih suka bermimpi menjadi seorang dokter ataupun insinyur, daripada menjadi petani. Para penerus bapak dan ibu ini lebih gemar duduk di ruangan ber-AC, di hadapan tumpukan berkas dan komputer, daripada harus bermandi peluh di tengah terik matahari. Profesi petani dipandang sebelah mata oleh mereka, yang lebih menginginkan sebuah pekerjaan dengan prospek yang cerah. Apalah artinya menjadi seorang petani, mungkin begitu pikir mereka Bukankah, anak dari bapak-ibu banyak yang bercita-cita demikian?

    Begitulah, generasi baru dalam bidang pertanian menunjukkan pertumbuhan yang memprihatinkan. Hanyalah segelintir pemuda yang ingin mengabdi menjadi seorang petani, itupun beberapa diantaranya ada yang masih tidak ikhlas. Pemerintah nampaknya belum sadar juga akan pentingnya pembinaan kader-kader baru dalam bidang pertanian. Di sisi lain, jumlah keluarga petani yang tak lagi menggeluti cangkul dan sawah semakin membesar. Ditakutkan, tak ada lagi kaum petani di negeri ini. Mau jadi apa jutaan rakyat nanti? Makan uang?

    Ah, kalau saja ada yang mampu mengubah mindset para pemuda yang masih sinis memandang profesi kalian. Kalau saja ada seseorang yang berani menggebrak bumi Indonesia, menyadarkan ibu pertiwi bahwa kodratnya telah lama hilang. Apalah daya saya, sebagai seorang pemuda 17 tahun, yang hanya mampu merangkai kata dalam surat ini. Ah, tak ada!

    Demikian surat ini disampaikan, kepada para petani negeri. Sekumpulan kalimat yang kiranya mampu menjaga nyala api semangat dalam diri bapak-ibu, agar lebih menggiati profesi mulia yang diemban bapak-ibu. Sebuah tulisan yang mungkin dapat menjadi renungan pribadi, di dalam kalbu para pembaca nanti.


    Salam Tani, Salam Bumi Pertiwi

    Dari

    Seorang pemuda negeri ini



    Erald David Sibatuara

    Siswa SMAN 1 Gresik Provinsi Jawa Timur
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Sepucuk Surat untuk Petani Bumi Pertiwi Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top