Assalamualaikum Wr. Wb.
Bapak Jokowi, apa kabar? Semoga bapak dalam keadaan baik, selalu mendapat perlindungan serta anugrah dari Tuhan yang maha kuasa. Amin.
Bapak Jokowi, Saya suka style bapak. Baju kotak kotak, sama seperti saya. Tutur kata bapak juga sopan, santai dan lucu. Sehingga rasa kagum saya terus bertambah. Tapi kenapa bapak tidak mengunjungi sekolah saya, layaknya bapak mengunjungi desa-desa terpencil? Padahal siswa disekolah saya hampir seluruhnya mengagumi sosok bapak. Namun saya paham, mungkin bapak masih sibuk dengan urusan Negara, dan urusan lainnya. Saya berharap suatu saat bapak bisa mengunjungi sekolah saya.
Pak, tahun ini saya menginjak Sekolah Menengah Atas namun tidak berlaku untuk badan saya yang menengah bawah. Saya tidak berkecil hati, karena Tuhan memberi harapan cita cita setinggi langit. Yaitu menjadi seorang pemimpin seperti bapak. Yang kalem, berwibawa, dan mau berbaur dengan masyarakat.? Kunci utama menjadi pemimpin yaitu belajar yang rajin. Maka dari itu, sedini mungkin saya mencoba menggugah semangat belajar, karena ambisi saya menjadi pemimpin sangat besar, kuat, layaknya besi dan baja.
Bapak jokowi yang terhormat, saya sedikit kecewa dengan sistem pendidikan di Indonesia. Khususnya kinerja guru dan kejujuran UNAS. Bapak tahu kan, guru memiliki peran penting dalam kemajuan pendidikan untuk menumbuhkan insan cendikia yang berkualitas agar menorehkan prestasi yang luar biasa. Ironisnya, banyak guru Indonesia hanya menginginkan kenaikan jabatan tanpa memikirkan tugas berat yang harus diemban yang tidak dapat dikerjakan secara serampangan.
Pertama, banyak guru yang bolos kerja saat keberadaannya dibutuhkan murid yang haus akan pengetahuan, mereka hanya acuh tak acuh, membiarkan jam kosong begitu saja. Belum lagi saat soal sulit melanda kami, terkadang pengetahuan mereka tak sampai soal tersebut. Sistem pemerataan model soal UNAS pun belum kami rasakan. Akibatnya ketika salah satu diantara kami dihadapkan dengan soal sulit, kami bingung harus menjawab apa dikarenakan dari guru kami belum mengajarkan model soal seperti itu.
Kedua, kurang kreatifnya sistem pengajaran, guru hanya mengandalkan sistem bicara tanpa dibarengi alat peraga atau media pembelajaran lainnya, sehingga murid cenderung bosan dan mengantuk, akibatnya materi yang disampaikan tidak dicerna baik diotaknya. Terkadang, guru sering memaksakan kehendak setiap murid, padahal daya pikirnya berbeda. Bagi yang daya pikirnya rendah, guru sering memaksa agar dapat memahami ajarannya dengan cepat. Tak jarang guru sering membentak dan membedakannya dengan murid berdaya pikir tinggi, sehingga murid bukannya senang sekolah, namun membenci pelajaran dan malas sekolah. Mereka menganggap guru bukanlah teman melainkan musuh. Dari kualitas guru saja tidak mencerminkan keprofesionalitas. Lantas, bagaimanakah nasib generasi muda menghadapi UNAS yang merupakan penentu kelulusan jika keprofesionalitasnya buram, pak?
Pada akhirnya pihak sekolah identik melakukan kecurangan. Mereka bermainset tak mau nama baik sekolahnya tercontreng karena banyak anak didiknya yang tidak lulus. Sehingga berbagai cara, baik legal maupun illegal dilakukan. Membagikan kunci jawaban UNAS. Layakkah itu? jujurkah itu? padahal dari pihak guru sendiri mengajarkan kejujuran. Saya ingat betul dengan kata guru agama saya, bahwa kejujuran pondasi majunya suatu negara. Ternyata benar. Kejujuran itu bak berlian dengan harga memuncak tinggi, mahal, sulit bahkan langka untuk mendapatkannya di era jaman sekarang. Faktanya dari pihak guru sendiri saja melakukan pemelencengan kejujuran karena tak sanggup mengemban tugasnya dengan baik. Benarkah guru sekarang layak dijadikan panutan dan penyejuk dalam kehausan pak?. Sebagian, UNAS menjunjung tinggi para insan cendikia yang kemampuannya dibawah rata rata dan menindas insan cendikia yang kemampuannya diatas rata rata. Betapa tidak, murid yang memegang kejujuran, sudah mempersiapkan matang matang UNAS dari kejauhan, belajar semalam suntuk, harus rela memeras keringatnya demi mengerjakan satu soal. Bahkan mereka rela bangun tengah malam untuk memajatkan doa agar lulus. Iya kalau mereka mendapat soal yang sudah mereka pelajari disekolahnya, kalau tidak? Sekali lagi saya ingatkan ya pak, setiap sekolah kualitas fasilitas dan guru berbeda. Ada yang rendah ada yang tinggi. Batinnya tertekan oleh keinginan orang tua yang mengharuskan anaknya lulus dengan nilai yang menakjubkan, dan keinginan guru yang menginginkan muridnya lulus 100% agar nama sekolahnya tidak tercontreng. Karena yang ditanya adalah “Berapa nilai UNASmu?” iya kalau nilai UNASnya bagus, kalau nilai UNASnya jelek hanya karena memegang kejujuran gimana? Kasihan kan pak?. Sebaliknya bagi murid yang kemampuannya dibawah rata rata hanya santai, karena memang hanya menunggu jawaban. Dan boom! Nilainya melebihi dari murid yang kemampuannya diatas rata rata.
Itulah sebabnya saya menginginkan menjadi pemimpin. Jika masih belum ada yang tidak peduli dengan kejujuran hak Ujian Nasional dan keprofesionalitas guru. Kelak sayalah yang akan memeratakan itu semua, saya akan mencoba menjadi pemimpin yang adil. Semuanya makhluk sosial, memiliki hak yang sama. Tahun 2014 ini Bapak Jokowi terpilih menjadi calon presiden dengan wakil Bapak Jusuf Kalla. Saya berharap bapak bisa menjadi pemimpin yang mau mendengar segala keluhan, faham jeritan hati para pelajar yang sering dikacangin politisi. Sehingga kualitas pendidikan di Indonesia menjadi naik, dan lebih baik lagi. Jika semua kualitas sekolah disama ratakan, saya yakin Indonesia mampu bersaing dengan Negara maju lainnya.
Sekian surat dari saya untuk Bapak Jokowi, semoga bapak bisa mengerti dan tidak tersinggung dengan kata kata yang mungkin membuat bapak marah.
Dari
EMILIA ROSA
Siswi SMAN 1 Sukodadi Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
semoga karyamu dibaca sama pak jokowi dek.
BalasHapus