Gresik, 22 Juni 2014
Yang terhormat,
Kepada dua pasangan calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia,
Assalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokatuh.
Pesta demokrasi 5 tahunan tinggal menghitung hari . Masyarakat Indonesia yang berumur 17 tahun ke atas berbondong-bondong menuju ke TPS setempat pada 9 Juli nanti untuk memilih 1 dari 2 pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Mereka berharap terhadap pasangan yang mereka pilih agar pasangan tersebut terpilih menjadi presiden dan wakil presiden periode 2014-2019, dan kemudian memajukan Indonesia dengan masyarakat yang beraneka ragam dan sumber daya alam yang melimpah.
Meskipun saya belum memiliki hak pilih untuk memilih pasangan capres dan cawapres, tetapi saya berharap agar capres dan cawapres yang terpilih nanti dapat mengemban amanat rakyat dan cita-cita leluhur bangsa Indonesia sehingga Indonesia menjadi negara sejahtera, makmur, dan maju dalam segala aspek. Berkaitan dengan Indonesia menjadi negara maju tidak lepas kaitannya dengan pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan. Hal itu sangat diperlukan dalam menentukan arah pembangunan Negara Indonesia. Anak-anak Indonesia yang berjumlah banyak dapat menjadi potensi yang menjanjikan sebagai investasi pembangunan Indonesia untuk masa depan.
Dengan surat ini, saya sebagai orang Indonesia sekaligus pelajar Indonesia ingin agar anak-anak Indonesia memiliki masa depan yang cerah. Saya selalu tidak tega dengan anak-anak di jalanan yang mengamen bahkan mengemis setiap kali saya berangkat ke sekolah. Apalagi, banyak tayangan di televisi yang menayangkan anak-anak sebagai kepala keluarga yang harus menghidupi adik-adiknya atau merawat orang tuanya yang sedang sakit. Mereka harus merelakan keinginan mereka untuk bersekolah karena tidak ada biaya dan waktu. Uang mereka banyak dikeluarkan untuk kebutuhan makan sehari-hari, bahkan uang itu pun tidak cukup untuk kebutuhan vital tersebut. Waktu mereka banyak terkuras untuk bekerja yang pekerjaannya untuk orang dewasa bahkan membahayakan nyawa mereka.
Yang lebih tragis dari peristiwa ini, ada anak yang harus dipaksa oleh orang tua mereka untuk bekerja menjadi pengemis dan pengamen karena mereka merasa pengemis dan pengamen anak lebih membentuk rasa simpati orang lain sehingga orang lain tersebut memberikan sedekah lebih banyak untuk anak tersebut daripada untuk orang tuanya. Bahkan, orang tua melarang anak mereka untuk bersekolah demi uang ketika anak-anak tersebut iri dengan anak-anak lain yang bisa memperoleh ilmu dengan bersekolah dan bertemu atau bermain dengan banyak teman. Orang tua anak tersebut merasa bahwa uang lebih penting daripada pendidikan anak-anak mereka karena uang tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan bahkan kebutuhan tersier (barang mewah). Pendidikan membuat orang tua harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar seragam dan buku-buku mereka sehingga uang mereka berkurang. Meskipun saya tidak setuju terhadap apa yang dilakukan orang tua tersebut, tapi alasan orang tua tersebut bahwa pendidikan di Indonesia yang masih dianggap mahal mungkin ada benarnya.
Meskipun saya seorang pelajar, tetapi saya memiliki hati saat melihat kesedihan di mata anak-anak tersebut. Saya ingin mereka dapat bersekolah tanpa harus terbebani dengan kebutuhan perutnya. Mungkin dengan adanya program bidik misi SMA serta penggunaan optimal dan pengawasan ketat BOS di tingkat SD dan SMP bisa menjadi solusinya. Orang tua mereka juga harus menjadi penyemangat anak-anak tersebut dalam meraih cita-cita bukan menjadi penghambat dalam perjuangan anak melawan kemiskinan dengan bersekolah. Mungkin dengan memberi kredit usaha atau pelatihan kewirausahaan untuk orang tua dapat menurunkan persepsi negatif mereka tentang pendidikan. Pemerintah harus berani memisahkan anak dan orang tua mereka dengan orang tua mereka ditahan dan anak mereka dijadikan anak negara jika orang tua mereka yang mampu untuk bekerja jelas melakukan eksploitasi anak dengan kerja paksa dan pelarangan anak mereka untuk bersekolah.
Dengan demikian, surat ini disampaikan kepada calon presiden dan wakil presiden saat ini. Mungkin surat saya ini merupakan sebagian kecil dari sekian banyak suara bangsa Indonesia pada umumnya dan suara pelajar pada khususnya yang menginginkan pendidikan Indonesia yang gratis bagi anak yang tidak mampu sebagai pemutus rantai kemiskinan di Indonesia.
Semoga apa yang saya tulis ini dapat bermanfaat dan menguatkan hati dan jiwa capres dan cawapres yang nantinya terpilih untuk senantiasa bekerja keras mengatasi persoalan anak-anak Indonesia. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada calon presiden dan wakil presiden yang membaca surat ini serta ucapan mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kata-kata yang kurang berkenan di hati bapak-bapak.
Wassalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokatuh
Salam hormat,
DWI ARIMBI WARDANINGRUM
Siswi SMAN 1 Gresik Provinsi Jawa Timur
0 komentar:
Posting Komentar