Kami ini anak-anakmu. Anak-anak penerus generasi bangsa. Anak-anak pemegang warisan bangsa. Anak-anak dengan segudang harapan dan cita-cita. Anak-anak pencipta kehidupan. Anak-anak pengharum bangsa dan negara. Anak-anak peniti masa depan. Anak-anak penggema kreativitas dan inovasi. Anak-anak sumber kebersamaan. Anak-anak yang haus dan lapar akan perhatian. Anak-anak khusus yang mencari jawaban dari semua persoalan. Anak-anak dengan mata dan telinga tajam. Anak-anak yang berjuang melepaskan ketidakadilan. Anak-anak yang ingin bebas dari situasi sulit. Anak-anak yang menggali dan memupuk benih keberhasilan. Anak-anak yang membutuhkan kepercayaan dari bangsa dan negara. Anak-anak penggila dunia pendidikan. Anak-anak yang bersinar menyilaukan sang musuh. Anak-anak yang memimpikan pemimpin LUBERJUDIL (Langsung, Bersih, Jujur, dan Adil).
Kami ini anak-anak pemegang warisan bangsa. Ajak dan ajarkan kami tentang sejuta budaya luhur dan abadi nenek moyang kami. Biarlah semua yang telah dijaga sang leluhur tidak lenyap dimakan zaman. Biarlah semua yang telah diwariskan penatua-penatua tidak sia-sia karena modernisasi. Biarlah semua yang telah dimiliki sang budayawan tidak dirampas bangsa lain. Kami ini masih anak-anak. Anak-anak yang polos dan lugu. Anak-anak yang masih membutuhkan ajaran dan bimbingan. Jikalau Bapak sendiri tak mengingatkan pentingnya kebudayaan, maka kebudayaan juga akan melupakan Bapak. Dan jangan salahkan siapapun, bila suatu hari nanti Indonesia menjadi negara yang miskin akan budaya.
Kami ini putra putri bangsa penggema kreativitas dan inovasi. Percayakanlah kepada kami setiap tanggungjawab ini. Percayakanlah kami untuk menanggung setiap beban yang bermunculan. Percayakanlah kami untuk mengangkat bangsa ini dengan beragam prestasi kami. Percayakanlah kami rasa percaya diri untuk dapat bersaing dalam kompetisi dunia ini. Pupuk dan tanam kami agar kami dapat tumbuh dan berkembang untuk merebut gelar sang juara. Rawat dan sirami kami dengan sejuta pengetahuan agar kami dipenuhi dengan ribuan jawaban yang dapat mematahkan pertahanan lawan. Dan biarkanlah kami tersengat oleh cahaya sang fajar agar kami dapat serupa dengan sinarnya yang menyilaukan. Hingga suatu saat nanti, Bapak akan melihat kami menjadi pribadi yang unggul dan tangguh diantara ribuan bibit-bibit yang tertanam di dunia. Dan kami akan menjadikan Indonesia sebagai tempat naungan para negara tetangga.
Kami ini anak-anak yang berjuang melepaskan ketidakadilan. Tahukah Bapak bahwa selama ini dunia pendidikan dilanda ketidakadilan yang tersamar ? Sadarkah Bapak bahwa pendidikan Indonesia membutuhkan pertolonganmu ? Mengertikah Bapak bahwa kami selalu menangisi setiap kasus ketidakadilan ini ? Ketahuilah! Sadarlah! Mengertilah! Kami ini bukan anak kecil yang dapat dibohongi. Kami ini bukan anak kecil yang dapat dikelabui. Kami ini bukan anak kecil yang bisa diremehkan. Kami ini bukan anak kecil yang tak memahami. Kami ini bukan anak kecil yang bisa ditindas sewenang-wenang. Kami tahu! Kami mengerti! Dan kami merasakan! Begitu kejamnya dunia pendidikan bagi kami. Dan begitu jahatnya para pelaku yang tak kunjung habis jumlahnya itu. Kalian tak pernah memahami bagaimana depresinya kami ketika harus menghadapi ujian negara yang menentukan kelulusan kami. Kelulusan yang hanya diukur dalam waktu 3 hari. Setiap keringat kami tertumpah demi mendapatkan hasil yang terbaik. Setiap jerih payah yang ada kami habiskan hanya untuk mendapatkan keberhasilan. Namun, nyatanya banyak yang bertindak curang dan lalim. Banyak yang tak memikirkan perasaan kami. Banyak yang tak menghargai perjuangan kami. Banyak yang tak mendukung kami sebagai generasi yang jujur. Bahkan mereka yang tak jujur, licik, dan munafik justru mendapat penghargaan dari berbagai pihak. Mereka yang tak belajar justru mendapat apresiasi yang lebih dibandingkan dengan kami. Dimana keadilan ini ? Mengapa tak ada yang dapat menuntaskan semuanya ini? Hai kalian para pelaku kejahatan! Tidak kalian merasa berdosa telah mengambil semua kunci yang ada dan menjualnya demi keuntungan pribadi ? Tidak sadarkah kalian bahwa tindakanmu sungguh bercacat celah ? Tidak pahamkah kalian bahwa usahamu justru membawa dampak negatif di mata dunia ? Kiranya Tuhan masih berkenan mengampuni kemunafikan hati kalian!
Hai, Bapak Calon Pemimpin Bangsa. Kami para pelajar Indonesia bersatu hati dan berpegang teguh pada semua janji-janjimu. Harapan kami akan ku titipkan lewat surat ini. Cita-cita kami akan ku serahkan ke dalam tanganmu. Mimpi-mimpi kami akan ku percayakan kepadamu. Angan-angan kami akan ku berikan kepadamu. Siapkah Bapak menanggung semuanya ini ? Beranikah Bapak menerima semua tantangan kami ? Maukah Bapak menerima setiap resiko yang terjadi ? Dan sudikah Bapak mewujudkan setiap jeritan hati kami ?
STEPHANI LARISSA
Siswi SMA Kristen Santo Stanislaus Surabaya Provinsi Jawa Timur
0 komentar:
Posting Komentar