Yth. Bapak Capres/ Cawapres
Salam kenal dari saya, pelajar dari sebuah Desa di Kabupaten Malang. Surat ini berisikan perenungan saya bersama teman-teman saya setelah kami mengenyam pelajaran kewarganegaraan di kelas.
Kami, putra/ putri Indonesia telah bertahun-tahun lamanya dikenalkan pada pancasila. Setiap kali kita naik ke kelas yang lebih tinggi, semua materi berubah, kecuali satu pancasila. Bapak, kami tak pernah bosan mendengar penjelasan bapak/ ibu guru tentang pancasila. Kesaktiannya, kewibawaannya, nilai moralnya, semua yang ada di dalam pancasila bagi kami adalah indah. Terlebih lagi, guru-guru kami sering sekali mendemonstrasikan bahwa “Pancasila adalah ideologi yang ideal.”
Tapi, ketika kami kembali kepada realita kehidupan yang ada di negeri ini, pancasila menjadi buram, menjadi tak berarti sama sekali. Lihatlah, Bapak betapa banyak pelajar dan masyarakat indonesia yang tidak hafal pancasila. Bukan karena mereka tidak bisa menghafal. Tapi, karena pancasila tak pernah menyentuh kehidupan mereka. Pancasila hanya menjadi bulan-bulanan cicak di dinding dan makanan rayap kertas sehari-hari. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang mau peduli terhadap pancasila.
Lalu, kemana kesaktian pancasila yang selama ini diceritakan di buku-buku? Dimana dasar negara yang digembar-gemborkan sepanjang sejarah? Negeri ini hanya satu, Bapak. Dasar negara kita juga hanya satu. Lantas kenapa kita yang berjuta umat tidak bisa merawatnya dengan baik? Ada apa gerangan yang terjadi di negeri seribu mimpi ini?
Jika pancasila tercipta dari latar belakang bangsa Indonesia, kenapa ia tak bisa lagi menyatu dengan rakyatnya di era modern ini? Bapak capres/ cawapres yang terhormat, rakyat tidak butuh janji, pelajar tidak selamanya butuh teori. Kami semua membutuhkan aksi dan bukti. Jika pancasila diciptakan dengan keyakinan akan dapat mengubah tatanan negara ini menjadi lebih baik, lantas mengapa tak pernah ada usaha dari para petinggi negara untuk menerapkannya sebagai sikap dalam mengemban amanah? Pejabat hanya mementingkan martabat, keadilan dalam pancasila berubah menjadi kepincangan, musyawarah melahirkan amarah, dan persatuan indonesia bertransformasi menjadi keruntuhan.
Kami, rakyat dan pelajar Indonesia yang tidak tahu seluk beluk pemerintahan, tak meminta yang beraneka ragam, cukup satu yang kami ingin, kepastian dari janji yang Kalian semburkan sana-sini. Jangan terlalu bernafsu untuk mengubah Indonesia menjadi negara adidaya yang sejahtera, disegani negara-negara tetangga jika pancasila saja tak berhasil Bapak amalkan. Tidak perlu sila ke-1 sampai ke-5. Cukup sila pertama yang Bapak renungkan dan resapi dalam-dalam, lalu laksanakan. Insya Allah sila kedua sampai kelima akan ikut dengan sendirinya.
Jika Indonesia telah sungguh-sungguh berpedoman pada Pancasila, saya yakin tak akan ada lagi korupsi, pembunuhan, kepincangan sosial ataupun ketidak adilan. Karena masyarakat Indonesia adalah manusia yang adil dan beradab. Terlebih lagi, apabila pejabat di negeri pertiwi ini bertingkah laku dan mengambil kebijakan berdasarkan pancasila, insya Allah tak akan ada masyarakat yang protes akan kebijakan itu, dan masyarakat akan segan terhadap pemerintahan negara kita.
Janganlah bersenang hati Hai Bapak yang berdiam diri di instana presiden! Tanggung jawabmu dunia dan akhirat beserta ribuan juta umat. Jika Kau tak bisa mengimani dan menerapkan pancasila dengan sepenuh hati, jangan ajarkan kepada kami tentang teori idiologi!
AZIZATUL QOLBI
Siswi MAN Gondanglegi Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur
0 komentar:
Posting Komentar