Trenggalek, 22 Juni 2014-06-22
Yth. Calon Presiden Republik Indonesia
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Bulan Juli 2014 nanti sebuah sejarah besar akan tertulis. Sejarah tentang lahirnya seorang pemimpin bangsa baru. Lahirnya seseorang yang amat diharapkan akan membawa perubahan besar bagi bangsa ini. Satu dari dua putra terbaik bangsa, akan memimpin nusantara menuju kemajuan moral dan material. Bapak Prabowo Subianto yang tersohor akan ketegasannya, serta Bapak Joko Widodo yang dikenal penuh kesederhanaan.
Tidak lama lagi pesta demokrasi itu akan dimulai. Bagi saya pribadi, ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan. Ya, karena tahun ini adalah pertama kalinya saya menjadi bagian dari pesta akbar empat tahunan ini. Memiliki hak pilih membuat saya cukup antusias dalam mengikuti perkembangan Pemilu 2014. Tentunya hal ini juga berlatar belakang keinginan saya untuk memiliki seorang pemimpin yang di masa depan akan mampu membawa Indonesia kepada kemajuan di segala bidang.
Saya hanyalah seorang pelajar yang baru mengenal politik. Seorang pelajar yang menulis surat ini atas dasar cinta kepada Indonesia. Ada hal penting yang sangat ingin saya sampaikan kepada calon pemimpin negeri ini. Sebuah hal tentang negeri ini di masa depan. Satu hal yang masih berhubungan erat dengan status saya sebagai seorang pelajar. Yakni tentang pembangunan moral pelajar Indonesia.
Bulan April lalu, ada hal yang mengganggu pikiran saya. Tentang sebuah program pemerintah yang justru merobohkan moral dari banyak pelajar Indonesia. Ujian Nasional, sebuah ujian yang dipandang sebagai momok besar bagi kebanyakan pelajar Indonesia. Saat itu mata kepala saya melihat dengan nyata bahwa ada masalah besar yang menimpa pelajar Indonesia. Sebuah masalah tentang moral, khususnya tentang kejujuran. Ketika itu saya berada dalam tekanan besar. Saya berada dalam lingkaran yang dipenuhi kecurangan dan ketidakjujuran. Saat itu saya menjadi minoritas ditengah mayoritas siswa yang mengerjakan UN dengan curang. Teman-teman saya saat itu berbondong-bondong mengerjakan UN dengan memakai kunci jawaban yang mereka beli dengan harga yang tidak bisa dibilang murah.
Saya begitu terperanga dengan apa yang saya lihat saat itu. Pemakai kunci jawaban UN bukan hanya mereka yang memiliki kemampuan rendah secara akademik, tapi juga mereka yang paling menonjol di sekolah. Juara kelas, juara sekolah bahkan juara Olimpiade juga ikut-ikutan memakai kunci jawaban. Semua hal itu semakin memperkuat kenyataan bahwa memang ada yang salah pada moral para calon pembangun bangsa ini.
Bapak Capres yang saya hormati, masalah ini adalah masalah besar yang mau tidak mau akan menjadi pekerjaan rumah yang harus bapak selesaikan secepat mungkin. Bukan soal seberapa rumit masalah ini, namun karena masalah ini adalah masalah yang menyangkut penerus bangsa dan masa depan negeri ini. Akan sangat berbahaya jikalau masalah ini terus menerus dibiarkan. Siapapun pemimpin Indonesia nanti, saya amat berharap pada tindakan anda untuk mengatasi masalah yang telah mengakar teramat dalam ini.
Ada saat dimana saya melihat bahwa bangsa ini memiliki segala syarat untuk menjadi negara maju. Namun, ada pula satu waktu dimana saya melihat bahwa bangsa ini akan sulit untuk memperoleh gelar negara maju. Sekali lagi, hal itu adalah moral bangsa yang amat perlu diperbaiki. Kejujuran adalah salah satunya. Kembali lagi pada masalah UN, setiap tahun, pemerintah selalu menggaungkan kejujuran melalui UN. Namun faktanya, kejujuran yang dipegang oleh minoritas siswa tidak ada harganya dalam penilaian UN. Tidak bisa dipungkiri, pemerintah lebih bangga melihat grafik kelulusan yang amat tinggi tanpa peduli berapa persentase kejujuran dari ssemua itu.
Satu waktu saya berfikir bahwa sebagian siswa jujur justru dihancurkan cita-citanya oleh pemerintah sendiri. Sudah menjadi hal umum bahwa banyak siswa-siswa cerdas yang harus meratapi kesedihan hanya karena kesalahan yang dilakukan pada penyelenggaraan UN yang hanya berlangsung beberapa hari. Jika saya boleh memberi saran, saya harap dikemudian hari haruslah diadakan “Ujian Kejujuran”, ujian yang tidak terlalu memperdulikan kemampuan akademik, karena saya yakin bahwa setiap siswa Indonesia memiliki kecerdasan pada masing-masing hal yang berbeda antar individu.
Bapak Prabowo dan Jokowi yang amat saya banggakan. Anda semua adalah sosok yang dirindukan bangsa ini. Anda adalah sosok yang nantinya akan menjadi panutan bagi kami semua. Saya percayakan cita-cita bangsa pada anda sebagai pembuka jalan. Lalu kita semua akan bergandeng tangan melewati jalan tersebut.
Saya, Rizal Pandu Syahputra, hanyalah seorang pelajar dengan penuh ketidaksempurnaan. Surat ini hanyalah bagian lain dari diri saya yang masih penuh banyak perbaikan. Terimakasih atas waktu luang yang bapak sempatkan untuk membaca surat ini. Tak lupa mohon maaf jika ada salah kata yang saya tulis disini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
RIZAL PANDU SYAHPUTRA
Siswa SMAN 1 Durenan Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur
0 komentar:
Posting Komentar