Kepada Yth. Bapak Calon Orang Nomor 1 Tanah Air Kita Tercinta
Di
Tempat
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam dari seorang pelajar salah satu sekolah di sebuah kabupaten kecil, yang terkenal dengan sebutan kota Angin. Semoga bapak yang sedang membaca surat ini selalu dalam keadaan sehat wal afiat dan semoga selalu dalam lindungan Sang Kuasa. Aamiin aamiin.
Saya berterimakasih kepada Bapak telah meluangkan segelintir waktu untuk sekedar membaca celotehan salah satu pelajar di Tanah Air tercinta kita. Mungkin ini hanya sebuah gurauan dari seorang pelajar, namun saya hanya mengutarakan apa yang saya rasakan sebagai seorang pelajar. Ini adalah segelintir apa yang saya rasakan, satu suara dari seorang pelajar SMA di kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Semoga saja satu suara ini bisa mewakili beberapa suara di luar sana, bapak. Semoga satu suara ini membawa perubahan kecil pendidikan di tanah air kita.
Bapak, saya meminta izin merangkai beberapa patah. Ini saya tujukan khusus untuk Bapak yang bisa dengan tegas memerintah untuk perbaikan pendidikan di Indonesia ini. Saya tahu, bukan hanya pendidikan yang harus diperbaiki, banyak hal yang harus bapak benahi. Tapi dari pendidikan ini, dapat terlahir generasi penerus. Generasi yang melanjutkan kehidupan dimasa yang akan datang nanti.
Mungkin pendidikan dimasa Bapak dan dimasa saya ini tidaklah sama. Bukannya saya memaksakan bapak untuk masuk dan merasakan apa yang saya alami atau bahkan semua pelajar alami. Bukannya saya juga mengajak bapak untuk bernostalgia. Sudah banyak sistem-sistem dalam pendidikan ini diubah-ubah menyesuaikan zaman. Tapi apakah perubahan itu tepat sasaran? Atau bahkan perubahan itu makin membuat kami tersiksa atau tertekan menjalani nasib sebagai pelajar.
Yang baru ini adalah kurikulum 2013. Di kurikulum baru ini semakin membuat sesak bagi para pelajar. Perubahan tentang mekanisme pendidikan. Saya tahu ini memang baru, dan bukan hal tabuh jika masih banyak kekurangan yang menyelingi kurikulum 2013 ini. Namun yang masih tetap sama adalah kami wajib menguasai lebih dari 10 pelajaran, kami wajib menuntaskan batas nilai minimum di setiap mata pelajaran. Itu bukan hal mudah bagi kami. Setiap pelajaran tidak hanya terdiri dari 1 atau 2 bab saja, dan kami juga harus mampu menguasai setiap bab yang diberikan. Jika ulangan akhir semester tiba, 1 minggu bahkan lebih kami menjalani kewajiban itu. 1 minggu memeras otak demi sebuah kepuasan nilai membuat kami merasa sangat tertekan.
Bapak calon Presiden, untuk mendapat nilai yang memuaskan kami harus berusaha keras, menghalalkan segala cara seperti mencontek, membuat catatan kecil untuk dibawa ketika ujian agar nantinya kami bisa menjawab soal dan tidak masuk dalam list remidi. Dari sini layaknya kami mejadi koruptor kecil, demi kepuasan sebuah nilai. Karena nilai begitu sangat berharga dan demi sebuah kebanggan diri. Mendapat nilai bagus adalah prestise bagi kami, sebuah kebanggan. Padahal belum tentu nilai itu adalah usaha kami sendiri. Usaha jujur yang kami lakukan tidak ada harganya dibanding dengan teman-teman yang belajar menjadi koruptor kecil. Apalah arti pendidikan jikalau nilai yang diutamakan?
Maaf Bapak, itu yang memang ada dalam praktinya. Belum lagi ujian nasional atau UN yang menghantui semua pelajar. UN menjadi momok bagi kaum pelajar. Di sini juga tak sedikit kecurangan-kecurangan yang terjadi. Dan ini demi sebuah nilai. Nilai, nilai, dan nilai. Bukan hanya murid yang berusahan keras, para pendidik juga turut serta dalam berhasilnya UN. Jika itu usaha yang jujur memang patut dihargai, namun tak banyak dari mereka yang melakukan hal yang tidak layak demi nilai UN. Demi kelulusan semata. Inilah yang menjadi Indonesia menjadi negara berkembang bahkan menjadi surganya koruptor. Dari tikus kecil ini yang nantinya akan menjadi tikus besar kelas ikan kakap bahkan.
Bapak, mohon maaf apabila perkataan saya kurang berkenan. Ini adalah kenyataan apa adanya, mungkin bapak sendiri sudah tahu. Mohon perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan luar negeri yang sudah diterapkan sesuai jurusan minat dan bakat mungkin dapat dijadikan acuan untuk sistem pendidikan kita. Dan penekanan pada imtak serta pendidikan nasionalisme dan patriotisme juga untuk tidak diabaikan.
Sekian beberapa patah kata yang dapat saya rangkai untuk calon orang nomor 1 di tanah air tercinta. Saya mohon maaf atas ketidaksengajaan saya jikalau ada kata yang kurang berkenan. Mungkin surat ini tak luput dari kekurangan, karena saya hanya seorang manusia biasa. Yang sempurna hanya milik Tuhan semata. Sekali lagi terima kasih atas waktu yang Bapak luangkan membaca sepucuk suara dari seorang pelajar.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam hormat
ROCHMATUN ANNISA
Siswi SMAN 2 Nganjuk Provinsi Jawa Timur
0 komentar:
Posting Komentar