728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Jumat, 30 Agustus 2013

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Tolong Merdekakan Kami, Pak

     Tolong Merdekakan Kami, Pak


    Assalamualaikum Wr. Wb.


    Apa kabar, Pak Presiden? Saya harap Bapak sekeluarga diberi kesehatan dan ada dalam lindungan-Nya. Amin. Pertama, saya ingin meminta maaf terlebih dulu. Mungkin dalam surat ini saya terlalu lancang dengan Bapak. Saya hanya salah satu warga negara sekaligus penggemar Bapak Presiden yang ingin menyampaikan semua yang menjadi pikiran saya selama ini. Memang saya bukan seorang pengamat, bukan ahli politik, bukan juga seorang jurnalis, tapi saya sangat berharap semoga surat saya ini bisa menjadi bahan renungan bagi Bapak atau bagi warga negara Indonesia lain.


    Saya tahu, kita semua telah merasakan enam puluh delapan tahun kemerdekaan yang luar biasa di negeri yang juga begitu luar biasa. Namun satu yang selalu menjadi renungan tiap warga Indonesia setiap perayaan hari kemerdekaan tiba. Kami semua selalu merenung bertanya, apakah kita sudah benar-benar merdeka?


    Saya dan teman-teman se-Indonesia mungkin akan berkata kami belum sepenuhnya merdeka, Pak. Kami benar-benar belum merdeka dari berbagai masalah pendidikan. Padahal anda sendiri tahu bahwa kami memiliki tanggung jawab yang besar. Kami selalu dikaitkan dengan kemajuan-kemajuan yang harus dicapai negara ini. Kami selalu disebut bahwa kami adalah pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini. Kami selalu dituntut untuk menjadi generasi muda yang memiliki daya saing tinggi dengan negara lain yang bahkan lebih maju. Kami kami dan selalu kami.


     Pak Presiden yang sangat kami hormati, bukannya kami pesimis, Pak. Kami hanya selalu merenung tentang apa yang harus kami lakukan. Sejauh saya mencari jawaban dari pertanyaan “apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia” maka semakin banyak jawaban “pendidikan adalah hal terpenting untuk meningkatkan kualitas generasi muda” yang saya terima.


    Bapak, saya banyak melihat berita di televisi atau di koran, dan saya juga banyak mendapat janji-janji bahwa pemerintah akan memajukan pendidikan di Indonesia. Pemerintah akan membebaskan kami dari berbagai biaya yang biasa kami bayarkan untuk sekolah. Tapi satu yang selalu menjadi pertanyaan saya, bagaimana bisa memajukan apalagi sampai memberi pendidikan gratis jika korupsi masih merajalela? Saya sangat meragukan kesuksesan untuk memajukan pendidikan di Indonesia saat korupsi masih merajalela. Apakah Bapak percaya semua anggaran yang diberikan untuk pendidikan di tingkat pusat jumlahnya akan sama jika sudah sampai di daerah jika korupsi kini ada di berbagai tingkat pemerintahan? Bayangkan saja Pak, jika di pusat dikorupsi sedikit, di provinsi sedikit, di kabupaten juga, berapa yang akan saya dan teman-teman dapatkan? Hanya berapa sisanya? Hanya berapa sisa hak kami? Cukupkah itu menggratiskan biaya sekolah kami? Coba Bapak bayangkan betapa korupsi telah menghancurkan berbagai sektor kehidupan.


    Kadang saya bertanya, bisakah pendidikan di Indonesia seperti Mesir, Swedia, atau Jerman mampu memberi sekolah gratis pada warganya. Tapi ketika saya melihat realita Indonesia, saya berfikir pemerintah tidak harus memaksakan diri untuk memberi pendidikan gratis bagi kami. Kami tidak ingin mendapat biaya gratis jika akhirnya banyak yang bicara “pantas saja sekolah gratis, sekolahnya saja seperti itu.” Kami tidak ingin seperti itu, Pak. Kami juga ingin sekolah di gedung yang layak dan fasilitas yang memadahi. Dan sudah pasti tidak mungkin memberikan sekolah gratis bagi seluruh pelajar Indonesia hanya dengan alokasi anggaran pendidikan tingkat nasional sekitar Rp 354 milyar rupiah. Jika anggaran itu untuk sekitar delapan juta pelajar, maka tiga ratus lima puluh empat milyar dibagi delapan juta, setiap anak hanya akan mendapat uang saku sehari.


    Oh iya, Pak. Saya juga pernah membaca bahwa salah satu faktor buruknya pendidikan Indonesia adalah kualitas kami yang masih rendah. Maaf, Pak. Tapi mungkin memang kami tidak cukup pintar dibanding siswa dari negara lain. Entah karena faktor apa, Pak. Mungkin karena kami yang tidak memiliki semangat belajar yang cukup tinggi. Bapak sudah menyadari bukan kalau kualitas kami tidak sebagus kualitas pelajar negara lain? Nah, jadi kenapa kita dibebani dengan kurikulum yang susah? Selain susah, kurikulum di Indonesia juga seringkali mengalami perubahan. Saya pernah membaca bahwa menurut Prof. Dr. Bambang Suhendro selaku ketua Tim Badan Standar Nasional Indonesia (BSNP) kurikulum di Indonesia adalah yang terberat di dunia. Jadi bisakah Bapak bayangkan betapa susahnya menjadi kami dengan kemampuan yang tidak cukup bagus namun harus dibebani dengan kurikulum terberat? Bahkan guru saya pernah berkata bahwa warga negara Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Terbukti dengan pelajarnya yang masih dijajah kurikulum.


    Bapak presiden yang baik, menurut saya membubarkan sekolah RSBI bukan solusi untuk menghilangkan kastanisasi dalam pendidikan. Karena faktanya, murid dari mantan sekolah RSBI dengan mantan sekolah non-RSBI masih seperti memiliki kasta berbeda secara tidak langsung. Dan untuk biaya pun, sekolah eks RSBI dan eks non-RSBI tetap berbeda.


    Satu lagi, Pak. Saya sebagai pelajar Indonesia tidak setuju dengan adanya ujian nasional. Selain karena kami telah bersekolah tiga tahun tetapi hanya dinilai dari tiga hari, saya juga tidak setuju karena realitanya ujian akhir nasional telah banyak digunakan sekolah sebagai ajang mencari nama baik. Karena jika siswanya mendapat nilai ujian yang baik, maka nama sekolahnya juga pasti terangkat. Sehingga tak jarang sekolah yang memberi fasilitas siswanya untuk melakukan kecurangan dalam ujian nasional.


    Sekian surat dari saya, Pak. Terimakasih atas perhatiannya. Mohon maaf apabila saya terlalu lancang. Saya hanya siswa SMA yang awam tentang berbagai kebijakan pemerintah. Tapi saya pernah membaca, kata Bapak Ir. Soekarno, orang besar tidak dinilai dari apa yang dimilikinya, tapi apa yang ia perjuangkan. Dengan surat ini, saya berharap bisa menjadi orang besar yang memperjuangkan keinginan seluruh pelajar di Indonesia.


    Wassalamualaikum Wr. Wb.


    Aulia Rosida

    SMA Negeri 2 Lamongan - Jawa Timur

    Info lengkap lomba silakan klik di sini
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    3 komentar:

    1. Berjuang bersama untuk Indonesia yang lebih maju :)

      BalasHapus
    2. surat ini berisii tentang semua yang menjadi masalah pelajar di Indonesia. semoga bisa juara. saya mendukungmu. dan semua pelajar juga pasti mendukung kamu

      BalasHapus
    3. Mantaaaaappp!!!! Anak SMA bisa kritis menanggapi kebijakan pemerintah

      BalasHapus

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Tolong Merdekakan Kami, Pak Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top