728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Sabtu, 31 Agustus 2013

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Sepucuk Impian Untuk Si Negeri Kepulauan

    Kepada negaraku tercinta,


    Negeri 13.000 pulau,


    Di antara Asia dan Australia, di antara Samudra Pasifik dan Hindia,


    6.00°10.5′LU 106°49.7′BT.


    Dengan tulus aku ingin bertanya, apa kabar?-kalimat pertama yang selalu kutanyakan ketika menulis surat. Sekali lagi, apa kabar, si negeri maritim? Apakah kau baik-baik saja? Kuharap kau baik-baik saja seperti si bayi burung dibawah naungan induknya, aman dan nyaman. Sudah lama aku ingin bertanya keadaanmu dan kuharap kau dapat menjawabnya. Tak perlu sekarang, mungkin besok, atau lusa, atau bulan depan. Tak perlu dijawab sekarang karena ku yakin kau sedang berusaha. Untuk menciptakan negeri yang lebih baik. Tapi alangkah senangnya aku bila kau menjawab bagaimana kabarmu. Berilah aku pertanda. Mungkin siulan burung nuri peliharaanku dulu, jika kau baik-baik saja atau pohon kemuningku akan mengangguk 2 kali jika kau merasa tidak demikian.


    Sudah hampir 17 tahun aku berpijak di bumi pertiwi ini, sekarang adalah masa-masa dimana aku sedang mencari jati diriku dan mencari tau apa yang akan aku lakukan di masa depan, apa yang akan aku kerjakan di masa datang.


    Sejalan dengan waktu berlalu dan aku berpikir tentang masa depanku, tak luput aku juga berpikir tentang masa depan negaraku. Akan jadi apa bangsa ini kelak? 5 tahun lagi? Atau 10 tahun lagi? Atau ratusan tahun kedepan?


    Seperti aku yang punya harapan untuk diriku sendiri, kadang aku berangan tentang masa depanmu juga, negaraku.


    Harapku, ingin sekali aku menjadi saksi negara ini menjadi salah satu dari sekian negara maju di dunia, eksis dalam segi positif di dunia internasional dalam segala bidang; ekonomi, budaya, pariwisata. Menjadi sebuah negara kokoh yang berisi dengan ratusan juta jiwa nasionalis tinggi yang bersatu. Karena kufikir, yang mendasari kemajuan suatu negara adalah seberapa besar warga negaranya menghargai negara itu sendiri. Apalah arti dari sebuah kekayaan negara jika berisi dengan orang-orang munafik yang berpaling mendengar ‘Indonesia’ di elu-elukan?


    Karena itu, impianku akan masa depanmu, yaitu menjadi maju bukan karena seberapa ‘materi’ yang akan kita dapatkan, tapi lebih menunjukkan kepada negara lain bahwa bangsa kita adalah bangsa yang tangguh, yang dapat diperhitungkan, dan tidak dapat dipandang sebelah mata.


    Kuingin di beberapa tahun kedepan, orang-orang diseluruh dunia mengenal Indonesia, bukan hanya letak geografis tapi juga menganal Indonesia secara umum, secara luas. Mungkin, beberapa tahun ke depan kita bisa membangun proyek-proyek besar seperti kereta-kereta layang, taman disetiap sudut kota, serta fasilitas yang ‘memadai’ disetiap tempat umum.


    Ataupun memajukan pariwisata kita, mengenalkan kepada dunia bahwa negeri kita bukan hanya dengan destinasi Bali saja dengan segala keelokannya, jangan lupakan pantai Karimun Jawa, atau Bunaken, atau bahkan Raja Ampat yang sangat luar biasa. Dan Indonesia bukan hanya memiliki pantai, sebut saja Gunung Bromo. Aku menyebutnya gunung lukisan. Jika aku boleh bercerita, aku pergi kesana beberapa bulan lalu, dan pemandangannya tak dapat membohongi mata siapapun. Langitnya biru bersih tanpa awan, gunung berwarna hijau seperti gundukan rumput dari jauh, dataran-dataran yang seperti tanah Arab, gurun berpasir, Gunung Bromo adalah mahakarya dan kita harus bangga akan itu.


    Dalam bidang ekonomi, mugkin kita bisa memajukan usaha dalam negeri kita dengan karya-karya buatan sendiri dan di ekspor, Indonesia adalah negeri yang kreatif, lihat saja televisi show di beberapa stasiun TV lokal, jika bukan karena kreatif, darimanakah ide-ide itu datang pada crew televisi tersebut? Apakah kau setuju denganku, negaraku?


    Jiwa-jiwa Indonesia pada dasarnya adalah jiwa-jiwa pejuang, terbukti saja dengan kehebatan orang Indonesia zaman dahulu yang rela bertumpur dengan hanya bermodal bambu runcing, sungguh tak ada yang bisa dibandingkan daripada meriam-meriam tembaga yang beratnya setengah dari isi bumi, betul saja Indonesia akhrinya merdeka. Jiwa patriot orang terdahulu patut kita tiru. Dan dengan sejalannya waktu, era globalisasi seakan mencuci pemikiran bangsa.


    Oh tidak, aku tidak berkata bahwa globalisasi sepunuhnya negatif, negaraku. Hanya beberapa oknum di negara ini saja yang mensalahartikan arti dari globalisasi itu sendiri; anak muda yang cenderung kebarat-baratan, contohnya. Mau jadi apa bangsa kita kelak jika tradisinya sendiri dilupakan? Apakah kau setuju?


    Negaraku, memang belum ada kontribusi nyata yang kuberikan untukmu. Tapi tenang saja, masih belum. Aku janji aku akan mengharumkan nama bangsa kelak. Dengan prestasiku, aku akan menyerukan pada dunia bahwa negeri dimana aku dibesarkan adalah negeri para pejuang tangguh.


    Bisakah kau berjanji juga padaku? Untuk bersama membangun negara ini menjadi lebih maju. Seperti impian kita. Marilah kita berjuang bersama, negaraku, do’akan aku yang ingin berusaha untuk mengharumkan namamu kelak. Do’akan aku.



    Salam hangat dari gadis di bagian barat negeri ini,



    Alyaa Pratiwi


    SMAI PB. Soedirman 1 Bekasi - Jawa Barat



    Info lengkap lomba silakan klik di sini

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Sepucuk Impian Untuk Si Negeri Kepulauan Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top