728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Minggu, 01 September 2013

    [Peserta Lomba Menulis Surat] Patutkah kita “terlambat” berbangga?

    Cirebon, 31 september 2013



    Assalamu’alaikum wr.wb


    Surat ini saya tujukan Kepada seluruh lapisan masyarakat indonesia yang masih terlambat berbangga akan negara. Karena jika saya tujukan surat ini hanya untuk kepala negara beserta jajarannya atau hanya kepada pejabat teras negeri ini rasaya kurang adil adanya. Surat ini berisi tentang berbagai rentetan kisah drama yang seharusnya tidak terjadi namun pahit rasa sudah terlanjur ter kecap di lidah.


    Pernahkah kita melihat di televisi beberapa tahun yang lalu mengenai konflik budaya antara Indonesia dengan negara tetangga yang dianggap serumpun, justru yang kadang tidak terlihat akur. Dengan konflik bak kedua anak-anak yang saling berebut permen manis. Dimulai dari perebutan pulau Ambalat yang hampir berujung peperangan. Pulau yang berada diselatan bagian indonesia ini menjadi salah satu kisah yang hampir populer dimasa pemberitaanya. Kemudian sontak hampir sebagian besar dari kita yang menyebut diri sebagai pembela akan negeri ini, sebelum peristiwa itu terjadi kemana kita?. Tidak hanya itu, lagu yang berlirikan “rasa sayange” asal Maluku yang di klaim kini lepas dan mungkin sudah dikumandangkan diantara menara kembar, dimasa konflik lagu ini sebagian dari kita membela dan tidak terima, tapi sebelum hal itu terjadi hafalkah kita akan lirik lagu yang sempat kita bela dalam permasalahan milik siapa.


    Cerita konflik yang bertemakan “milik siapa” belum menemui akhir sampai perebutan lagu. Para penghuni pulau dewata bergolak ketika Tari Pendet terpampang di iklan pariwisata Malaysia, sudahkah kita mengetahui Tari Pendet sebelum peristiwa itu terjadi?. Disambung dengan jutaan rakyat indonesia yang mendengar lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya yang sudah mengalir disetiap nadi rakyat indonesia dan sudah berdetak bersama jantung setiap rakyat indonesia dirubah dengan kalimat mengejek.


    Pernahkah kita mengetahui Reog Ponorogo dari Jawa Timur yang pernah di klaim oleh Malaysia dengan tema konflik yang sama yakni milik siapa. Batik yang kini menjadi trend di berbagai kalangan rakyat indonesia bahkan dunia. masih dalam tema yang sama milik siapa, sebelum Batik mendapat pengakuan UNESCO bahwa berasal dari Indonesia sudahkah kita beramai-ramai melestarikannya? Sebelum itu bangga-kah kita mengenakan batik?


    Masih patutkah kita “terlambat” berbangga akan beragam aset yang dimiliki indonesia, maukah kita berbangga sebelum konflik-konflik yang lain bermunculan dan baru kita bergolak merasa tidak terima. Segelintir konflik yang bertema padu ini hendaknya dapat menjadi cerminan bagi kita selaku rakyat indonesia yang Cinta akan budaya, kekayaan alam, dan berbagai hal yang dimiliki indonesia.


    Tepat tanggal 17-Agustus 2013 kemarin 68 tahun sudah indonesia merdeka, terlepas dari pahitnya penjajahan. Kita jadikan momen puncak kepedulian kita akan negara yang sudah rela kita injak tanahnya, yang tidak mengamuk ketika kita minum airnya. Maka mulai dari hari ini besok dan hari-hari selanjutnya lestarikanlah berbagai kekayaan indonesia dengan semangat persatuan, membela sebelum terlambat.


    Terimakasih



    Nulido Firgiyanto


    SMA N 1 Palimanan, Cirebon - Jawa Barat


    Info lengkap lomba silakan klik di sini

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: [Peserta Lomba Menulis Surat] Patutkah kita “terlambat” berbangga? Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top