Assalamu’alaikum.
Bagaimanakah kabar Indonesia ku hari ini, Bapak? Apakah sudah ada perubahan? Ataukah masih sama saja. Saya berharap Indonesia tetap baik-baik saja dan menjadi lebih baik lagi. Aamiin.
Apa sih, pak merdeka itu? Sepertinya kita sebagai warga negara Indonesia sudah tidak asing dengan kata merdeka. Mungkin Bapak sudah mengerti arti merdeka yang sesungguhnya. Saya hanya bagian dari masyarakat awam yan belum mengerti dan paham mengenai kata merdeka. Saya masih belum bisa mengatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah merdeka. Lalu apa arti dari 17 Agustus lalu? Ketika para pahlawan merelakan seluruh harta benda serta nyawanya demi kesatuan 17 ribu pulau yang berjajar dari Sabang sampai Merauke. Menyatukan dan berusaha lepas dari genggaman kompeni yang mengambil alih seluruh koordinasi kepemerintahan negara kita. Namun apakah kita sekarang sudah benar-benar lepas dari tangan penjajah? Sudah 68 tahun Indonesia merdeka. Namun masihkah begini-begini saja. Masih banyak rakyat yang kelaparan. Masih banyak anak yang belum merasakan bangku sekolah dan mengenyam pendidikan. Banyak para transmigran tidak mendapatkan fasilitas yang layak. Apakah ini yang dianamakan merdeka?
Indonesia dipenuhi oleh tangan-tangan asing. Bagaiman tidak, banyak perusahaan asing yang campur tangan dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Paru-paru dunia Indonesia pun kini tinggal dataran panas. Banyak perusahaan asing yang membeli tanah untuk perusahaannya sedangkan rakyat Indonesia masih banyak yang tidak memiliki tempat untuk berteduh. Inikah merdeka?
Jika boleh saya menelaah satu per satu isi Pancasila, sila ke-1 yang berbunyi,”Ketuhanan yang Maha Esa.” Lihatlah rakyat Indonesia sekarang. Banyak diantara mereka yang belum bisa menghargai agama antar sesama. Banyak parlemen-parlemen Indonesia sendiri yang tidak bisa mengahargai kepercayaan orang lain. Sila ke-2 yang berbunyi,”Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.” Apakah pemerintah sudah besikap adil? Angka kemiskinan saja semakin meningkat. Kini pemerintah semakin menindas rakyat miskin yang tidak bisa melakukan apa-apa tanpa uang. Rasanya ingin tertawa melihat adab petinggi-petinggi yang duduk di kursi empuk dan berpakaian rapi. Adab berkorupsi rasanya sudah menjadi hal biasa untuk wakil rakyat. Sila ke-3 yang berbunyi,”Persatuan Indonesia.” Apanya yang bersatu? Indonesia saja kini pecah belah. Banyak demo yang berorasi meminta keadilan dan kesejahteraan. Mahasiswa-mahasiwa yang seharusnya menjadi contoh bagi siswa yang lebih muda darinya kini justru meberikan contoh yang tidak baik. Dimana-dimana demo terjadi. Dimana-dimana semua ingin bersua-sua. Ya, inilah Indonesia. Sila ke-4 yang berbunyi,”Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.” Ingatkah Bapak akan kalimat,”Wakil Rakyat Seharusnya Merakyat....” Manusia berdasi yang duduk di kursi empuk yang hanya bisa membentuk kebijakan-kebijakan sayangnya hanya sebagian kecil yang terealisasi. Apakah anda tidak malu dengan kebijakan yang Anda telah buat. Apakah anda tidak takut berdosa akan kebijakan Anda yang tidak bersifat merakyat. Rasanya hati Anda sudah mati untuk rakyat kecil yang menangis meminta keadilan. Sila ke-5 yang berbunyi,”Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Untuk keluarga pemerintah saja mungkin yang benar. Seharusnya ada perubahan dalam sila terkahir tersebut menjadi,”Keadilan Sosial Bagi Seluruh Keluarga Pemerintah.” Jika ada kesempatan kenapa tidak diambil. Dana mengucur begitu besar. Untuk apa kalo itu tidak diamanfaatkan? Mungkin itulah yang ada dipikiran para parlemen-parlemen tinggi. Adakah rasa tenggang rasa dan malu untuk melakukan itu. Mungkin tidak ada, bahkan mati. Saya hanya bingung apakah Anda tidak pernah berpikiran untuk merubah kebijakan bilamana ada wakil rakyat yang korupsi untuk dihukum mati agar mereka jera. Percuma saja, jikalau mereka-mereka yang korupsi hanya dihukum penjara dan didenda, toh mereka masih bisa melakukan suap pada pihak kepolisian untuk membebaskan mereka. Lah, apa gunanya peraturan yang dibuat oleh mereka sendiri. Apakah Bapak tidak malu akan hal ini? Apakah Bapak tidak berusaha melakukan pembaruan untuk negara kita? Saya hanya peljar biasa yang eminta keeadlian dan kesejahteraan. Saya pun masih buta akan kegiatan kepemerintahn. Namun inilah isi hati saya, pak. Saya hanya meminta kepada Bapak melalui surat kritik bodoh saya ini agar Indonesia bisa merdeka sesungguhnya baik dari sisi ekonomi, pendidikan, fasilitas dan kesejahteraan.
Pelajar Indonesia kini telah membuktikan diri bahwa mereka bisa mengharumkan nama bangsa. Prestasi yang menemaskan kependidikan Indonesia kini mulai mencerahkan nama pendidikan Indonesia.
Terima kasih, pak sudah membaca surat saya. Saya mohon maaf apabila kata-kata saya terlalu kasar dan menyakiti hati Bapak. Terima kasih, pak atas kepemimpinannya hingga saat ini. Saya berharap Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi. Dirgahayu Indonesiaku.
Wassalamualaikum.
Aisyah Geovani Suryaningrum
MA Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto - Jawa Timur
Info lengkap lomba silakan klik di sini
0 komentar:
Posting Komentar