Kepada yang Tersayang
Indonesiaku
Di
Peraduan
Dengan hormat dan cinta kaasih. . .
Apa kabar hari ini, sayang? Sudah membaikkah lukamu, cintaku?
Ku beharap kau segera menuju sembuh.
Indonesiaku sayang..
Tahukah apa yang hari ini ku dengar dari mereka tentang dirimu? Ku harap kau tak marah terhadap uneg-unegku ini. Mereka menyebutmu “ ISTANA KORUPTOR “ .
Sayang, aku ingin sekali memarahi dan memukuli orang-orang yang menyebutmu demikian. Tapi, kau juga tahu bukan, aku ini hanya seorang penggembala kambing yang tak tahu apa-apa.
Cinta, aku sakit kau dikatai seperti itu. Namun, ketika ku tanyakan pada Guru di sekolahku, beliau juga membenarkan hal itu. Kata beliau, kau memang tempatnya para koruptor. Aku pun tak terima dengan jawaban itu. Lalu akupun berkata :” jika begitu, Bapak juga seorang koruptor, dong?!”. Beliau menjawab lagi :” apa yang akan aku ambil wahai muridku jika gajiku saja tak kunjung turun. Apa yang akan aku korupsi jika untuk membangun ruang kelas kita yang akan roboh saja tak ada,”.
Ya, kau juga tahu sayang kalau aku dan guruk memang bukan seorang koruptor. Kami hanyalah manusia-manusia yang menjadi korban egoisme para “tikus berdasi”. Kami adalah segelintir orang yang dijadikan sebagai kambing hitam untuk mendapatkan rumah dinas dan gaji yang besar oleh Orang-Orang Senayan. Aku mohon maaf kepada mereka bila ku terlalu lebay ketika bicara ini.
Tapi baby, kau adalah saksi bisu dari kesakitanku ini.
Lalu, bagaimana denganmu sayang, apakah kau rasakan yang sama denganku?
Ku harap TIDAK!
Sayang, aku tahu dari guruku bahwa dulu katanya Para Suhada itu memilikimu dengan menukar ribuan tetesan darah dan jutaan nyawa mereka. Dan sekarang, kau hendak direbut lagi oleh mereka. Apa yang harus ku berikan pada mereka? Kambingku, atau nyawaku?
Jawab aku cinta, kau mau apa?
Indonesiaku kasih.
Aku mendengar dari cerita bapakku dulu, katanya namamu pernah harum oleh pebulu tangkis, petinju, atlet karate serta banyak lagi yang lainnya. Apa kau juga sekarang ingin seperti itu kembali? Jika iya, dan jika ada, aku dan kambingku akan mengikuti suatu lomba pacu kambing bertaraf internasional dan akan ku harumkan kembali namamu.
Indonesiaku, bersabarlah sayang..
Kuminta jangan dengarkan apa yang mereka katakana tentangmu. Yang jelas, kau adalah kekaasih yang tak pernah melukaiku. Tak seperti mereka yang selalu membohongiku demi sebuah tahta.
Sayang, aku tahu, betapa dalam luka yang kau derita, mungkin sedalam tanah Papua yang dikeruk habis oleh Freeport.
Aku mohon honey, bunny, sweety, BERSABARLAH.
Suatu hari nanti, kau akan terbangun dengan jiwa tegak tanpa luka, seperti Monas yang tertancap kuat di tanah Jakarta.
Bersabarlah..
Bersabarlah..
Baiklah sayang, mungkin ini saja yang aku ingin sampaikan padamu. Baik-baik ya cintadalam tetirahmu.
Kambing-kambingku sudah menungguku. Lega rasanya jika uneg-unegku sudah ku ceritakan padamu.
Aku mencintaimu selalu. Hati ini hanya milikmu.
Jangan lupakan aku, Si Penggembala kambing.
Peluk dan cium serta do’aku untukmu.
Salam manis,
Si Penggembala kambing yang mencintaimu..
N. Ayu Navila
SMA Islam Al-Mizan Majalengka - Jawa Barat
[…] Surat Dari Si Penggembala Kambing […]
BalasHapus