728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Senin, 29 Juli 2013

    Detik Terakhir

    Cerpen Delvi Sulistin Monawati*

    Hidup bersama Mama dan Papa bukankah lebih menyenangkan? lebih nyaman? aku iri, aku sangat ingin seperti yang lain, dipeluk Mama, dipeluk Papa. Tapi apa ? mereka tak menyayangiku, rasa sayang mereka kepadaku tak seperti rasa sayang mereka pada ka Qiara maupun Kak Hyuna, aku selalu dinomor duakan, bahkan disaat nyawaku terancam, mereka tak pernah memikirkan.

                Hal ini dimulai pada saat aku menginjak umur 8 tahun, Kak Qiara berumur 16 sedangkan Kak Hyuna berumur 13 tahun, saat itu aku dan mereka baru pulang berlibur dari Korea. Tiba-tiba, mobil yang membawa kami bertiga itu berguling di perlintasan jalan, entah apa penyebabnya yang jelas saat itu adalah saat dimana aku baru menyadari bahwa orang tuaku sendiri seperti tidak menginginkan kehadiranku di dunia ini.

    Mobil ambulance itu secepat kilat menolong dan membawa kak Qiara serta kak Hyuna yang terkujur kaku penuh luka, mama papa juga ikut bersama mereka. Bagaimana dengan aku? aku masih terbaring berlumuran darah dan luka di semak - semak yang memang berjarak lumayan jauh dari tempat kejadian, aku melihat mama papa sangat mengkhawatirkan keadaan kedua kakakku itu, saat baru saja tiba, mereka langsung mencari Qiara dan Hyuna, tidak satu kalipun terucap namaku.

    Entah apa yang terjadi padaku jika tidak ada warga yang menolong dan membawaku ke rumah sakit, hingga saat inipun, mereka masih tak pernah memperhatikanku.

    "Hyuna, Qiara. Segera habiskan sarapanmu dan berangkat sekolah, Pak Fian akan mengantar kalian," ucap Mama sembari memakan sarapannya.

    "Iya, Ma" jawab Qiara.

    "Kyurin, ayo kau juga cepat habiskan makananmu, kita berangkat bersama," Sambung Qiara sembari menatap mataku, aku hanya mengangguk dan tersenyum bertanda bahwa aku mengerti ucapannya.

     Memang, Qiara dan Hyuna tak seperti Mama-Papaku, mereka sangat mencintaiku, selalu membelaku. Saat kecelakaan itu pula walaupun dalam kondisi yang masih lemah, mereka selalu menjengukku saat aku terkulai koma selama hampir sepekan.

    Entah apa yang membuat Mama-Papaku tampak tidak menyukai dan bersikap acuh padaku.

    ***

     Aku tahu, aku salah, aku telah bersikap tidak adil pada anakku sendiri, Kyurin. Entah mengapa aku sangat kesal jika melihat matanya, rasanya aku ingin marah, tapi aku juga tidak dapat membohongi diriku sendiri, bahwa aku sangat mencintainya sama seperti aku mencintai Qiara dan Hyuna.

    Memang Mama yang sesungguhnya adalah ibu yang sama dengan ibu yang lainnya, ia mencintai semua anak - anaknya tidak ada bedanya, namun ada satu permasalahan yang membuat semuanya berbeda yang Kyurin belum tahu sedikitpun.

    Jam 14.30 Kyurin dan Hyuna pulang,

    "Assalamu'alaikum," Ucapan salamku dan Hyuna ketika hendak memasuki rumah, namun tampaknya tak ada orang kecuali Bibi, pembantu.

    "Wa'alaikumsalam" Jawab Bibi dan bergegas kembali ke belakang,

    "Sepi sekali rumah ini, sudah seperti rumah tak berpenghuni saja" Ucap Hyuna sembari meletakkan tas nya di atas meja.

    "Memang Mama-Papa kemana ya kak?" Tanyaku.

    "Entahlah" Jawab Hyuna singkat.

    "Permisi, nona ini ada surat dari nyonya dan tuan," Ucap Bibi sembari memberikan Hyuna selembar surat.

    "Assalamu'alaikum,"

    "Seperti suara kak Qiara, biar aku bukakan pintu dulu kak," ucapku sembari menuju pintu, setelah itu mereka bersama membuka dan membaca surat itu.

    ***

    Surat Mama-Papa , surat itu begitu panjang lebar menerangkan dan menunjukkan begitu sayang dan perhatiannya pada kedua kakakku.

    "Kak, apa ada pesan untuk Kyurin dari mama papa?" Ucapku memecah kesunyian pada saat mereka membaca surat itu.

    "Emh, mungkin Mama lupa menulisnya, tapi percayalah padaku bahwa mereka juga pasti menyayangimu, Kyurin," Jawab Qiara.

    Air mataku seketika jatuh, rasanya begitu sakit membaca surat dari mama untuk anaknya tapi tidak untukku, sempat terlintas dipikiranku apa mungkin aku bukanlah anak kandungnya? Apa aku hanya anak manusia yang tak pantas mendapatkan kebahagiaan.

    "Sudahlah, Dik! Jangan menangis lagi, untuk apa kau menangis? tak ada yang perlu ditangisi," ucap Hyuna, menenangkanku.

                "Kak, aku masih belum mengerti dengan semua ini, aku perhatikan sepertinya Mama tak sayang pada Kyurin," ucap Hyuna pada Qiara.

    "Entahlah, Dik, aku juga tak tahu, tapi apa ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya sendiri? Itu sungguh mustahil, sekarang kita hanya perlu menjaga Kyurin juga perasaannya," Jawab Qiara.

    ***

     Bukankah menyimpan dendam itu tidak boleh? bukankah tidak ada orang tua yang tidak mencintai anaknya?

    Malam itu, Mama dan Papa sedang menuju apartemennya tempat mereka tinggal selama di luar kota, mereka sangat bahagia, tapi seketika mereka menabrak mobil yang berada di hadapannya dan segera di bawa ke rumah sakit terdekat.

    Qiara dan Hyuna juga menuju ke rumah sakit di mana Mama dan Papa berada , dengan panik, haru, air mata mereka mencoba tegar dan menenangkan diri saat melihat orang tuanya berjuang melawan maut demi tetap hidup dan merawat anak - anaknya, namun aku, hanya seorang diri di bus, saat kedua kakakku itu berangkat, aku sedang tidak ada dirumah, tapi nasib berkata lain.

    Bus yang ditumpangikupun mengalami kecelakaan, saat berjarak hanya beberapa meter dari rumah sakit itu. Aku berusaha keras untuk berlari menuju rumah sakit, dengan tubuh yang penuh luka, sakit yang ia rasa tak ia hiraukan yang ia pikirkan hanyalah melihat dan bertemu dengan orang tuanya didetik terakhirnya berada didunia ini.

    "Mana Mama Papa? Cepat katakan padaku!" Teriakku dihadapan Hyuna dan Qiara.

    Mata kedua kakakku terbelalak ketika melihat sekujur tubuh adiknya ini penuh luka.

    "Dik? Mengapa kau penuh luka? Apa yang terjadi? Cepat ikut aku kau perlu pertolongan!" Ucap Qiara dan Hyurin keras.

    "Aku harus bertemu Mama-Papa!, di mana mereka?" Jawabku turut keras.

    Tak ada yang mampu menghalangiku, sekalipun itu kedua kakak dan dokter, aku tetap ingin menemui kedua orang tuaku.

    "Kyurin, Mama sangat mencintaimu, Mama tidak membedakanmu dengan mereka,  kamu juga sama, anak Mama. Pasti kamu bertanya mengapa selama ini mama selalu bersikap seolah - olah Mama tidak mencintaimu,” Ucap Mama dengan lemah.

    "Mama tahu, Mama salah. Mama sudah mementingkan rasa egois Mama, kamu adalah anak Mama dari lelaki yang sudah menodai mama sepulang mama dari rumah nenekmu. Setiap Mama menatap matamu Mama selalu teringat akan peristiwa pahit itu, kau mengingatkan Mama pada lelaki itu tapi percayalah rasa sayang dan cinta Mama tak kalah besar dengan rasa cinta Mama pada kedua kakakmu,” Sambung Mama penuh drai air mata.

    "Kyurin, Papa sayang kamu, Papa terima kamu sebagai anak papa walau pada kenyataannya kamu bukan anak Papa, Papa selalu mencintaimu," ucap Papa.

    "Mama, Papa, aku tak tahu harus berkata apa, aku sedih, tapi sekaligus bahagia karena mendengar Mama Papa tak pernah membenci dan sangat mencintaiku, aku juga sangat mencintai Mama-Papa  juga kak Qiara dan kak Hyuna, Kyurin selalu sayang kalian. Jangan lupakan Kyurin dan jangan pernah membenci Kyurin," Ucapku sembari menatap Mama-Papa dan kedua kakakku itu dengan penuh air mata, namun naas, setelah itu aku terjatuh lemas, menutup mata,  meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.


    * Siswi SMAN 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Detik Terakhir Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top