728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Rabu, 31 Juli 2013

    Benarkah Orang Indonesia Lebih Pandai Berbahasa Arab?

    Pada siang itu, di kala musim semi kembali membawa kabar gembiranya, akan kesejukan yang selalu dia tebarkan pada setiap dedaunan yang mulai merekah, desiran debu yang menyiratkan aroma kerinduan, aku pun duduk santai di taman Ma’had Ad-Dauli, Damaskus yang terkenal sejuk ketika musim semi tiba, dengan disertai guruku, Syekh Mahdi dan teman akrab beliau dari Rusia, tak menyia-nyiakan kesempatan itu, aku pun terus menimba ilmu darinya dengan obrolan-obrolan santai.

    Dan dalam sesi santai itu, Syekh Mahdi mengungkapkan keheranannya kepada setiap pelajar Ajanib (Non-Arab) yang sangat lihai menguasai gramatika bahasa Arab bahkan mampu untuk menelaah lebih dalam setiap kalimat-kalimat yang telah tersusun dan menjadi sebuah “faqroh” atau paragraf yang memiliki makna, padahal mereka bukan suku Arab, bukan keturunan Arab dan bukan pula dilahirkkan di lingkungan Arab, namun mereka mampu menguasai melebihi kami bangsa Arabnya sendiri.

    “Akhi Ahmad, kami ketika membaca setiap Kalam Natsr (Prosa) atau pun Syi’ir (Sajak) kami tahu itu di rofakan, itu di nasabkan di jer-kan dan lain sebagainya, dan tahu  itu semenjak kami kecil, naluri kami sudah seperti itu, namun ketika di suruh untuk mensub-sub-kan setiap kata dengan alasan yang tepat maka kami akan menemui kesulitan, itulah alasan kami bangga dan merasa malu sendiri,” ucap Syekh Mahdi di sela-sela pertemuan itu.

    Akhirnya, saya pun sedikit demi sedikit mulai meraba setiap jengkal jarak dari bahasa Arab untuk sebisa mungkin memperkenalkan akan petingnya bahasa Arab, mungkin alasan mengenai kepentingannya sudah pernah diulas pada pertemuan pertama, namun langkah yang perlu kita raih pertama kali untuk menapakinya adalah pembahasan yang menjadi tema saat ini.

    Bahasa Arab adalah salah satu bahasa dunia yang memiliki perbendaharaan paling banyak dari seluruh bahasa dunia, karena dari satu kosa kata saja mampu untuk menghasilkan tiga sampai lima makna, dan untuk lebih menyegarkan pemahaman pembaca, saya akan mencoba menyajikan terlebih dahulu sejarah dari lahirnya ilmu gramatikal bahasa Arab.

    Sejarah Terlahirnya Ilmu Bahasa Arab.

    Bahasa Arab adalah bahasa resmi yang digunakan di jazirah Arab mulai dari zaman sebelum Nabi Muhammad sampai sampai zaman sekarang dan salah satu dari kabilah (Suku) Arab yang sangat intens terhadap produk-produk asli Arab, mulai dari bahasanya, budayanya dan lain sebagainya  adalah qobilah Badui, dan mukjizat Rasulallah yang selalu terasa sampai sekarang pun –al-Qur’an- dengan menggunakan bahasa Arab, dan semua literatur klasik pun di dominasi dengan bahasa Arab, maka pada masa Rasulallah bahasa Arab masih menempati posisi aslinya tanpa ada bahasa-bahasa ajanib yang ikut “nimbrung” di dalamnya.

    Namun pada masa khalifah Ali Bin Abi Tholib, kholifah yang ke 4, bahasa Arab mulai terkontaminasi dengan dengan bahasa-bahasa ajanib yang mulai menyatu karena pergerakan Islam yang sangat cepat dalam memperluas wilayahnya, maka dari daerah taklukan itulah bahasa pribuminya secara perlahan mulai mewarnai bentuk murni dari bahasa Arab, maka sekarang kita kenal dengan istilah ‘Amiyah, Darijah dan lain sebagainya, istilah itu adalah sebutan bagi bahasa Arab yang sudah melebur ke bahasa daerahnya masing-masing, seperti telah tercampur dengan bahasa Spanyol, Prancis, Inggris, Turki atau Bizantium, dan lain-lain, maka dari banyaknya bahasa-bahasa asing yang sudah terkontaminasi dengan bahasa Arab yang mulai banyak digunakan oleh orang-orang Arab, maka sekarang banyak kesalah-pahaman yang tampak ketika mereka menggunakan bahasa Arab-nya, seperti kejadian ketika itu, seorang sahabat Abul Aswad Ad-Dauli datang ke rumah puterinya di tanah Basrah (Sekarang salah satu provinsi di Irak), pada saat itu puterinya mengatakanيَا أَبَتِ مَا اَشَدُّ الْحَرِّ, dengan membaca rofa’ pada lafadz اَشَدُّ dan membaca jer pada lafadz الْحَرّ, yang menurut bahasa yang benar مَا             -nya dilakukan sebagai istifham yang artinya:

     “Wahai Ayahku ! Kenapa sangat panas?

    Akan tetapi dengan spontan Abul Aswad menjawab شَهْرُنَا هَذَا          (Wahai putriku, bulannya memamg musim panas).

    Mendengar jawaban ayahnya, putri dari Abul Aswad tersebut langsung berkata : “Wahai ayah, saya tidak bertanya kepadamu tentang panasnya bulan ini, tetapi saya memberi kabar kepadamu atas kekagumanku pada panasnya bulan ini (yang semestinya jika dikehendaki ta’ajub diucapkan مَا اَشَدَّ الْحَرَّ , dengan membaca fathah pada اَشَدَّ       dan membaca nasab الْحَرَّ). 


    Sejak peristiwa itu, khalifah Ali bin Abi thalib memerintahkan Abul Aswad Ad-Dauli untuk menciptakan ilmu gramatikal bahasa Arab, tujuannya, agar masyarakat Arab tidak kembali mengalami kesalahan ketika berbicara, maka lahirlah ilmu “nahwu” dan di susul dengan ilmu pendukung lainnya yaitu ilmu “sharaf”.

    Maka, langkah pertama yang harus ditempuh bagi mereka yang hendak mendalami bahasa Arab adalah mengenal apa itu sharaf?, dan apa itu nahwu?, karena dua unsur ini adalah komponen dasar yang harus dipelajari pertama kali bagi setiap pemula, karena cabang keilmuan bernama nahwu inilah yang akan mengarah dan membahas setiap perubahan akhir dari setiap kalimat, dan sharaf adalah satuan pengetahuan yang membahas perubahan bentuk dari kata kerja, kata sifat dan lain sebagainya, maka tidak salah orang-orang terdahulu menggambarkan bahwa sharaf itu sebagai ibu, dan nahwu sebagai ayahnya, dan dua unsur inilah yang di banggakan Syekh Mahdi ketika saya berkesempatan untuk berbincang bersamanya di taman yang menjadi peristirahatan sejuk ketika musim semi tiba seperti ini.

    Mau tahu sharaf itu apa? Dan nahwu itu bagaimana? InsyaAllah akan kita lanjutkan di pertemuan yang akan datang. Dan jangan lupa, mari menulis dan membaca. Salam.


    Rubrik Lughot ini adalah sebuah ruang bagi pelajar untuk mengenal bahkan mendalami Bahasa Arab, Diasuh oleh Ust. Ahmad Nizar, Mahasiswa Dirosah Islamiyah di Université Ibn Tofail – Maroko, dan pernah belajar di Syiria Islamic Boarding School – Syiria. Dengan berbagai pengalamannya di bidang bahasa Arab, para pengunjung akan disuguhi dengan beberapa tips, materi dasar, menengah, bahkan tingkat profesional. Jadi, selalu tunggu edisi terbarunya ya? Oke!


    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Benarkah Orang Indonesia Lebih Pandai Berbahasa Arab? Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top