Puisi Kiriman Irma Latifatul Laily*
[caption id="attachment_1893" align="alignright" width="300"] Ilustrasi: www.google.com[/caption]
Satu langkah
Memandang tanpa celah
Dua langkah
Diam tak berkata
Tiga, empat, lima
Sesal merasuk dada
Enam, tujuh, delapan,
Kini ku ucap suatu harapan
Sembilan... sepuluh..
Ku harap, itu langkah terakhirmu
Pertemuan ini
Hati yang memaknai
Tetapi waktu yang membatasi
Do'a yang menguasai
Dalam raga yang membasi
Seketika Aku tuli untuk detak jantungku
Aku lumpuh untuk mengikuti langkahmu
Karena Aku takut akan peluh
Yang menghalangimu mengetahui tangisku
Aku lupa rasanya ditinggalkan
Aku tak kenal rasa kehilangan
Aku buta akan perasaan
Tapi aku akrab dengan kehampaan
Untuk segala kesengajaan dan ketegaan
Inikah yang kau maksud dari kebebasan?
*SMA Negeri 2 Lamongan, Jawa Timur
madingsekolah.net | Portal Pelajar Indonesia
[caption id="attachment_1893" align="alignright" width="300"] Ilustrasi: www.google.com[/caption]
Satu langkah
Memandang tanpa celah
Dua langkah
Diam tak berkata
Tiga, empat, lima
Sesal merasuk dada
Enam, tujuh, delapan,
Kini ku ucap suatu harapan
Sembilan... sepuluh..
Ku harap, itu langkah terakhirmu
Pertemuan ini
Hati yang memaknai
Tetapi waktu yang membatasi
Do'a yang menguasai
Dalam raga yang membasi
Seketika Aku tuli untuk detak jantungku
Aku lumpuh untuk mengikuti langkahmu
Karena Aku takut akan peluh
Yang menghalangimu mengetahui tangisku
Aku lupa rasanya ditinggalkan
Aku tak kenal rasa kehilangan
Aku buta akan perasaan
Tapi aku akrab dengan kehampaan
Untuk segala kesengajaan dan ketegaan
Inikah yang kau maksud dari kebebasan?
*SMA Negeri 2 Lamongan, Jawa Timur
madingsekolah.net | Portal Pelajar Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar