“Tetapi, bagaimana pun, surat menunjukkan bahwa ada hubungan antara si pengirim dan penerima."
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua, terlebih, nikmat kecerdasan, kecerdasan dalam berpikir dan berusaha untuk selalu menjadi sosok yang bermanfaat.
Bahagia sekali rasanya jika dalam kesempatan ini kami diajak kembali berbincang mengenai lomba menulis surat “Kepada; Indonesiaku” yang telah berlangsung. Secara sederhana, berkat lomba tersebutlah kami dapat bertemu dengan puluhan bahkan ratusan pelajar yang cerdas dan luar biasa, sungguh, hal itu cukup tampak dari bagaimana mereka mengungkapkan gagasan dan harapan terhadap bangsa, dalam surat-surat yang telah mereka tulis secara hebat.
Ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan dalam selembar perbincangan semacam surat balasan ini, tapi bukan merupakan balasan mutlak dari apa yang telah teman-teman pelajar tulis. Surat ini hanyalah merupakan sambutan, ungkapan perasaan, juga harapan kami yang telah dipercaya sebagai dewan juri untuk sebuah lomba yang sangat istimewa ini.
Semenjak tahapan pertama, kami telah dipaksa guna berbaur dengan berjuta perasaan yang sangat beragam. Ada senang, karena kami telah diberi kesempatan untuk membaca karya-karya hebat para pelajar, begitu juga sedikit bingung dan sedih, karena kami harus berperang melawan alam pikiran sendiri, diserahi amanat untuk memilih yang terbaik dari ratusan karya yang sudah luar biasa baik, jika saja dalam hidup tidak berisi pilihan-pilihan, maka, ratusan karya surat yang telah kami baca ini; semuanya adalah karya-karya sangat layak menjadi pemenang.
Lepas dari itu semua, terutama ihwal menang dan kalah, menulis surat merupakan sesuatu yang kerap dianggap mudah namun ternyata tidak sederhana. Si penulis surat menjadi sosok penentu bagaimana ia menjabarkan apa yang telah dan akan ia rekam ke dalam bentuk tulisan, agar sesiapa yang akan membacanya, cukup mengerti dengan apa yang ia mau secara sebenar-benarnya.
Dan dalam lomba menulis surat “Kepada; Indonesiaku” ini, para peserta – yang merupakan pelajar tingkat SMP, SMA atau sederajat- secara baris berbaris kalimatnya mesti ditujukan kepada sesuatu yang terbilang luas juga sublim, negara, bangsa dan hal-hal penting lainnya. Daya rekam yang masih remaja diajak berbincang tentang Indonesia yang bukan hanya sebatas hafalan merk permen, lagu-lagu terbaru, atau judul-judul sinetron dalam stasiun televisi yang tak tentu, ini ajaib, pada akhirnya tentu kami terlongo, seorang pelajar dalam suratnya mampu mengupas tuntas tentang apa yang akan ia gagas, mengatur penjelasan sebagai saran, bahkan, merangkai kata yang menukik sebagai kritik. Hampir dari semua yang kami baca mengandung hal-hal yang selama ini dianggap hanya akan ditemukan di dalam kepala orang dewasa, yakni obrolan tentang politik, lingkungan, kebudayaan dan lainnya. Meskipun tentu pembicaraan remaja dan pelajar tidak akan segamblang dan seteratur yang diungkapkan para pakar, namun paling tidak, seperti apa yang akan kami kutip dari salah satu penggalan cerita pendek (cerpen) Sapardi Djoko Damono, tepatnya yang berjudul “Pada Suatu Hari Nanti”:
“Tetapi, bagaimana pun, surat menunjukkan bahwa ada hubungan antara si pengirim dan penerima."
Jadi, jelaslah sudah, apa yang telah para peserta tulis di dalam suratnya, pasti mengandung getaran hubungan yang tidak dapat dianggap sepele dengan sosok yang akan ia jadikan objek pembaca karya tersebut. Kepada Presiden, jika ia mendadak berbaik hati untuk membaca surat-surat peserta yang tertuju kepadanya, tentu temali hubungan ini mampu mengikat dengan sendirinya, seperti dalam kisah tongkat Musa yang tiba-tiba menjadi ular, melalap-melilit saling terkait, terjadi perbincangan yang lebih luas terhadap kritikan, gagasan dan harapan yang telah tertulis, begitu pun para Menteri, Gubernur dan yang lainnya.
Akhirnya, kami harus menyampaikan ucapan selamat kepada siapa pun dari peserta yang telah menulis surat, tidak hanya kepada pemenang, karena kemauan dan kemampuan menulis surat adalah sebagai petunjuk bahwa dirinya merupakan bagian dari generasi bangsa yang berdaulat.
Merdeka!
Cirebon, 8 September 2013
Ketua Tim Juri,
Sobih Adnan
0 komentar:
Posting Komentar