Kepada Negaraku Tercinta, Indonesia
Assalamualaikum wr.wb.
Merdeka Indonesiaku!
Tanah air yang kucintai, 68 tahun tiang kokohmu tlah tertancap di bumi pertiwi, namun belum bisa ku membalas semua pengorbananmu. Selama itu pula kau berdiri demi kami, letihmu tak kau hiraukan lagi, peluhmu yang tercucur hanya untuk menghidupi kami, Rakyatmu. Kau tak mengharapkan suatu imbalan apapun selain agar kami menjagamu, karena hal yang kau harapkan adalah kesejahteraan kami.
Kau rela mengorbankan kekayaanmu agar rakyatmu hidup sejahtera seperti Negara Tetangga. Namun kebaikanmu itu justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkuasa.
Bakti kami terhadapmu tak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang telah kau korbankan untuk kami. Tetapi semua itu kami balas dengan penghianatan besar yang kami lakukan dengan Negara Tetangga demi kepuasan kami.
Apa yang kami pikirkan untuk negeri kami? Apakah kami memikirkan mereka yang berada di bawah kami? Sedangkan orang-orang yang berada di atas kami, dengan kejamnya menindas kami yang lemah, dan mengeksploitasi habis-habisan kekayaan negeri ini. Sumberdaya alam milikmu kini telah habis, sedangkan kaum kecil yang berada di sekitarnya tanpa sedikitpun menikmati hasilnya. Itu semua karena akal-akalan orang-orang penting.
Bukankah sudah cukup penderitaan masyarakat Indonesia? Negara Indonesia sudah merdeka tetapi masih ada masyarakat Indonesia yang belum merasakan kemerdekaan itu. Kami seperti masih dijajah, bukan oleh negara lain melainkan oleh orang-orang penting negara kami sendiri. Mereka, masyarakat yang tertinggal, yang hidup diperbatasan bahkan di pedalaman. Apakah mereka yang berada di atas memikirkan mereka yang tertinggal? Entahlah. Mereka sudah tak menghiraukan rintihan kaum kecil yang tertindas. Mereka hanya menikmati hasil kekayaan negeri yang berada di sekitar kaum kecil tanpa merasa sedikitpun rasa belas kasih.
Mereka tak bertanggungjawab. Lubang-lubang besar yang mereka ciptakan sekarang menjadi bak penampungan air hujan yang kemudian disinggahi nyamuk. Itu merugikan masyarakat sekitarnya. Dan apakah mereka tak dapat melihat, bahkan mendengar (perasaan), mereka sering bolak balik ke negara tetangga, tapi kenapa mereka tidak mengintip sedikit saja, apakah rakyat mereka di perbatasan sudah sejahtera? Kalau memang mereka mengetahui dan mengakui keberadaan mereka, lantas kenapa segala kebutuhan mereka Negara Tetangga yang memenuhinya?
Dengan demikian mudah saja bagi mereka untuk memilih menjadi warga Negara Tetangga. Mereka bukanlah orang bodoh. Mereka orang cerdas yang mampu memilih yang terbaik bagi kehidupan mereka ke depan. Mereka tidak mau menjadi masyarakat kecil yang papa selama-lamanya.
Mereka mungkin bertanya sebenarnya siapa yang mengakui mereka? Dan selama ini siapa yang peduli dengan keadaan mereka? Mereka mungkin hanya bisa menerima keadaan yang ada, karena rintihan kaum kecil hanya dinilai seperti kicauan burung gereja di pagi hari, hanya sebagai kicauan merdu untuk meramaikan negeri ini.
Coba kita berfikir. Pengorbanan pahlawan dulu untuk membebaskan semua warga negara Indonesia. Selama 360 tahun mereka mempertaruhkan nyawanya demi satu tujuan yaitu KEMERDEKAAN. Kemerdekaan yang dulu sangat didambakan, sangat diperjuangkan kini telah ada digenggaman kita. Tidak perlu ada lagi pertumpahan darah demi memperoleh satu kata KEMERDEKAAN.
Seharusnya kita saling menjaga kehormatan negara yang sudah merdeka ini, bukannya saling memikirkan kepentingan sendiri tanpa peduli yang lain? Setelah 68 tahun kita merdeka, masih banyak masyarakat Indonesia yang sama sekali belum mengenyam pendidikan. Padahal pendidikan adalah salah satu kunci menuju masyarakat yang adil dan sejahtera. Dengan pendidikan kita juga bisa menjadi bangsa yang maju. Dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah, jika dibarengi dengan sumber daya manusia yang mumpuni, maka kita akan menjadi salah satu negara yang disegani di seluruh dunia.
Namun semua cita-cita itu telah tergerogoti oleh korupsi yang kian hari kian menjadi gaya hidup semua orang. Ironisnya, korupsi banyak dilakukan oleh mereka yang berusia muda. Usia yang dulu berjuang menuntut reformasi dan perbaikan negri ini. Korupsi telah membentuk budaya instant, budaya serba ingin cepat tanpa kerja keras.
Lalu dimanakah hukum negara ini? Bukankah kita negara hukum? Mengapa hukum tidak sanggup memberantas semua itu? Apakah penegak hukumnya pun telah tercemar perilaku nista tersebut?
Bendera merah putih yang kita banggakan seharusnya menjadi pengingat dan pemberi inspirasi untuk berani dan bersih. Berani melawan ketidakadilan dan bersih dari keserakahan. Begitupula lambang negara garuda seharusnya menyimbolkan betapa gagahnya rakyat Indonesia.
Gambaran diatas merupakan sebuah kemerdekaan yang masih tertunda. Yang belum dicapai sepenuhnya oleh bangsa Indonesia. Semua ini adalah curahan hati sebagai cermin demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Tomorrow will be better. Hopefully.
Wassalamualaikum wr.wb.
Fithrotul Afiyah
SMA Negeri I Waled Kabupaten Cirebon - Jawa Barat
Info lengkap lomba silakan klik di sini
0 komentar:
Posting Komentar