728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Senin, 25 Februari 2013

    Misteri Di Balik Topeng Yang Rusak

    Cerpen Cici Nuryanah*


    “Kejadian itu cepat sekali. Sehingga akupun tak dapat mengingatnya dengan baik.” Gumamnya dengan tangan gemetar dan mata yang agak melotot.

    “Baiklah. Cukup sampai disini. Besok kita lanjutkan”. Tegas Inspektur itu.

    Maria kembali ke rumah dengan diantar oleh salah seorang petugas dari kepolisian.

    Satu dua hari berlalu. Maria dipanggil kembali dengan tujuan yang sama.

    Maria menjadi saksi mata atas kasus pembunuhan Ridwan Hasan. Seorang tua yang hidupnya menyendiri selama bertahun-tahun semenjak istrinya, Lucy, meninggal. Hidup sebatangkara tanpa adanya satu anggota keluarga membuat orang tua ini menjadi seorang pribadi yang tertutup pada dunia luar.

    Mariana lubis adalah seorang remaja yang terjebak dalam situasi dimana ia harus melihat kejadian mengerikan tanpa sengaja oleh kedua matanya. Darah bersimbah dimana-mana, melihat seorang yang kaku tak bergerak dengan mata membelalak membuatnya bingung, diam seribu kata. Rasa takut yang luar biasa mejalar di tubuhnya melewati nadi-nadi yang seakan membengkak tak kuat menahan derasnya darah yang  mengalir. Seorang gadis baik yang selalu ceria dan ramah pada setiap orang ini, kini harus menanggung beban yang sulit tuk ia hadapi sendiri.

    ***

    Hari itu, Maria dipanggil kembali untuk memberikan kesaksiannya. Maria tak kuat untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

    “Aku tidak melihat wajahnya, hanya sebuah pisau tajam dan wajah yang memakai topeng rusak dan usang yang kulihat. Sungguh. Aku tidak melihat apapun, malam itu sangat gelap”. Jelasnya.

    “Lalu apa yang kau lakukan setelah itu?”. Tanya inspektur.

    “Aku, aku tidak melakukan apapun, hanya terdiam ketakutan yang menjalar di tubuhku. Barulah aku menelpon polisi setelah si pembunuh pergi”. Jawab Maria lagi.

    Sungguh aneh, pikir inspektur itu, kenapa bisa terjadi hal seperti ini. Untuk beberapa lama Maria ditinggal sendiri di ruang yang tertutup rapat. Tak lama kemudian, inspektur dan rekannya kembali ke ruangan di mana Maria berada. Kasus ini memang tidak dapat dianggap sepele.

    “Jika aku boleh bertanya, apakah kau tahu siapa kira-kira siapa orang yang membunuh Ridwan Hasan dengan sadis?, mungkin kau tahu sesuatu tentang itu atau orang-orang yang kau curigai?, katakanlah dengan jujur”. Lanjut inspektur.

    Dengan tangan gemetar Maria menjawab, “Aku sama sekali tak tahu, aku tidak tahu apa-apa, entah itu orang –orang sekitar yang dekat dengannya ataupun tentangnya. Jujur. Aku tidak tahu apapun tentang laki-laki tua itu!”

    “Aku rasa kita sudahi saja untuk hari ini.” Salah seorang inspektur menyarankan.

    “Baiklah, kita lanjutkan nanti. Nona Maria kau boleh pergi”. Rekannya mengiyakan.

    “Tunggu!, berhenti sejenak, apakah tidak ada saksi lainnya selain diriku? apa hanya aku satu-satunya yang melihat kejadian itu?”. Tanya Maria penasaran.

    “Maaf nona, sebaiknya kau pulang, aku akan mengantarmu”. Jawab inspektur.

    Dengan sedikit paksaan, Maria di antar pulang, tanpa mengetahui jawaban yang pasti. Mungkinkah aku satu-satunya orang yang melihat itu?, benarkah semua itu?, siapa pembunuh bertopeng itu?, apakah dia melihatku sebab itulah ia mengghilang?, apa yang sebenarnya terjadi padaku?. Hati Maria berkecamuk. Apa yang sebenarnya terjadi?.

    Dengan terus membayangkan kejadian itu, Maria sedikit demi sedikit mulai mengingat semuanya. Pikirannya hanya tertuju pada satu masalah, siapa, siapa dan siapa?. Pertanyaan yang bermunculan di hatinya. Segalanya sudah Maria lakukan, tetap saja tidak membantunya memecahkan siapa orang itu.

    ***

    Maria bangkit dari tempat tidurnya, dan memutuskan untuk segera menuju ke kantor polisi.

    “Ada apa malam-malam datang kesini? Bukankah aku tidak memanggilmu?”. Tanya  inspektur.

    “Aku sudah mengingat semuanya”. Dengan nafas terengah-engah Maria melanjutkan pembicaraannya.

    ”Si pembunuh adalah Herman Hasan, dia adalah adik laki-laki dari Ridwan Hasan. Aku ingat, aku ingat malam itu, sebelum ia memakai topeng dan memulai aksinya. Aku melihatnya”. Papar Maria, dengan mantap.

    Inspekturpun terkejut, tapi tak langsung percaya.

    “Bukankah kau berkali-kali mengatakan tidak tahu tentang laki-laki tua itu? dan tiba-tiba kau datang, lalu berbicara seolah-olah mengetahui segalanya”. Tanpa diberi kesempatan untuk menjawab, inspektur menghujani Maria dengan segudang pertanyaan dan tuduhan.

    “Apa kau berohong?, kau mengetahuinya tapi kau diam, lalu sekarang kau bicara. Apa sebenarnya motif dari pengakuan mu nona?” lanjut inspektur.

     “Apa kau ikut serta di dalamnya? Lalu kau menuduh rekanmu dan menjadikannya kambing hitam?, benarkah atau tidak? Nona?”. Cerocos inspektur tanpa henti.

    Semua yang dikatakan inspektur membuat Maria tergugup dan membisu. Perlahan ia menampis segala tuduhan yang di tujukan padanya.

    “Aku hanya mencoba untuk membantu, tidak lebih.” Suaranya lirih.

    “Aku tidak berdusta, aku tahu semua ini karena aku baru ingat, nenek ku pernah menceritakan tentang Ridwan Hasan.” Tutup Maria.

    ***

    Beberapa hari kemudian, kepolisian mendapat kabar tentang keberadaan Herman, dia di tangkap atas tuduhan pembunuhan dan di jatuhi hukuman penjara. Maria dapat bernafas lega, ia kembali pada kehidupannya.

    Selang beberapa minggu, Maria di temukan tewas dengan mengerikan di kamarnya, bersamaan dengan itu, Herman di kabarkan menghilang dari tahanan tanpa jejak.

    * Cerpenis adalah siswi SMA Negeri 1 Waled, Kab. Cirebon – Jawa Barat.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    2 komentar:

    Item Reviewed: Misteri Di Balik Topeng Yang Rusak Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top