728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Selasa, 26 Februari 2013

    Egois! (Karena Perjodohan)

    Cerpen Delvi Sulistin Monawati*


    "Ziza?".

    Terdengar suara memangil namaku dari sudut pintu kelas, suara yang sangat asing bagiku. Aku menoleh, seorang pria berdiri di sana..

     "Apakah kau yang bernama Azizah?". Dia bertanya.

    "Iya aku Azizah, kenapa?". Jawabku, sedikit ragu.

    "Aku Rio, kakak kelasmu. Aku ingin berkenalan denganmu, boleh?". Dia mengulurkan tangan.

    "Boleh, dari mana kakak tahu namaku?". Aku menyambut tangannya hati-hati, namun tak lama.

    "Itu tidak penting , hehe". Sanggah Rio.



    Selama sepuluh menit berbincang untuk saling kenal, sudah terkesan  lumayan akrab untuk ukuran dua orang yang baru berkenalan. Dia juga berjanji padaku untuk mengantar pulang sekolah, setelah bel bertanda pulang dibunyikan, aku berjalan menuju parkiran sekolah, benar, Rio sudah menunggu, dan kami pulang bersama.
    ***

    Kini, sudah genap seminggu aku mengenal Rio, dan hubungan kami berduapun semakin akrab. Suatu hari aku sedang berada diluar kota menemani nenekku yang sedang sakit. Ketika  sedang duduk di depan rumah nenek, handphone ku bergetar, ada sebuah pesan masuk dan ternyata itu dari Rio.

     "Za , kamu di mana?". Pesan Rio.

    "Ada dirumah nenek, kenapa kak?". Balasku.

    "Aku sedang sakit, aku ingin bertemu denganmu, apa kau bisa menemuiku?". Balas Rio.

    "Maaf  kak, aku sedang berada di luar kota menemani nenek yang sedang sakit, mungkin setelah aku pulang nanti aku bisa menemuimu". Jelasku.

    "Aku kan sakitnya sekarang Za?". Rio memaksa.

    "Tapi aku tak bisa meninggalkan nenekku yang sedang sakit sendirian kak. Ayah dan ibuku sedang ada urusan, jadi, mereka menyuruhku untuk menggantikan mereka merawat nenek". Aku coba untuk memaparkan seadanya agar Rio mengerti, tapi rupanya dia marah, pesanku tak dibalas lagi.

    Aku tak menyangka akan terjadi hal seperti ini, bukannya aku tak ingin bertemu Rio, tapi kondisi nenek juga tak memungkinkanku untuk pergi, sedangkan jarak antara kota di mana Rio tinggal dengan rumah nenekku jauh sekali. Aku hanya bisa berharap Rio akan mengerti posisiku, aku terus mencoba menghubunginya tapi tak pernah ia respon kembali.
    ***

    Setelah seminggu kutemani, akhirnya nenek sudah sehat kembali. Aku segera pamit untuk pulang, singkatnya, kini aku telah di rumah, kucoba hubungi Rio lagi, namun hasilnya tetap sama, Rio enggan meresponnya.



    Hingga tak terasa, dua  minggu telah berlalu, Rio tak kunjung membalas pesan, chat, telepon. Ah, jika dia sudah melupakanku, mungkin terlalu cepat.

    Malam ini ayah pulang dari luar kota, sekitar jam tujuh, satu jam setelah ayah datang, terdapat  seorang tamu yang mengetuk pintu rumahku.Rupanya, dia adalah sahabat ayah dari kecil, terlihat, ibu juga sudah terbilang akrab menyambutnya.

    "Apa kita jadi menjodohkan putra putri kita?". Tiba-tiba kudengar tengah percakapan seperti itu.

    "Tentu saja!, mana putramu?". Sambut ayah.

    "Ia akan segera datang, sekarang juga". Jawabnya.

    Percakapan antara ayahku dan temannya itu sontak membuatku kaget, apa maksudnya ? siapa yang mereka maksud ?

    "Siapa yang ayah dan om maksud? siapa yang akan dijodohkan?". Aku memaksakan diri untuk turut terlibat dalam perbincangan hangat itu.

    Tapi, belum sempat ayah menjawab pertanyaanku itu, tiba - tiba seorang pria muncul, dan turut menyapa kami, tapi tatapku, masih menuju kepada wajah ayah dan sahabatnya itu.

     "Assalamu'alaikum". Suaranya sudah tak asing.

    "Wa'alaikum salam, nah, ini dia putraku yang ingin ku jodohkan dengan putrimu". Ayah diingatkan.



    Aku menoleh ke arah pintu, berdiri di depannya menghadap ruang tamu, seorang pria yang sangat kukenal, seorang pria yang tak juga kunjung membalas pesan dari handphoneku selama dua minggu ini. Rio!



    "Ayo Za, kenalan, dia ini akan ayah jodohkan denganmu, karena ayah mengenal baik ayahnya, dan ayah juga percaya, ia akan mampu menjagamu dengan baik". Ayah mengusap pundakku.



    Aku dan Rio hanya mampu saling menatap, aku tak mampu berkata apapun karena begitu terkejutnya hati ini, harapan yang tak pernah pupus untuk saling memiliki kini semakin besar karena adanya perjodohan ini.

    Hatiku senang dan bercampur tak percaya akan hal ini menjadi kenyataan. Mimpiku untuk terus bersama Rio menjadi kenyataan.

                     

    "Kita sudah saling mengenal Pah" . Ucap Rio kepada ayahnya.

    "Wow, bagus kalau begitu, jadi kita tak perlu mengenalkan kalian berdua”. Sahut ayahku.



    Keluarga aku dan Rio meneruskan entah apa yang mereka perbincangkan, sementara aku, juga Rio, seperti dihadiahi waktu khusus, kami menuju taman rumah untuk sekedar saling menanyakan kabar, juga berbincang tentang semua yang telah terjadi.



    "Za, Masih ingatkah kau padaku?". Ucap Rio sembari memegang tanganku.

    "Masih dan akan selalu mengingatmu". Jawabku.

    "Sudah lama kita tak bertemu, apa kabarmu ? Aku merindukan suaramu, perhatianmu, ocehanmu, sifat bawelmu,  juga keegoisanmu". Kali ini Rio meledekku.

    "Baik, baru bertemu kau sudah mengajakku berdebat, dasar laki - laki egois!, mengapa kau meninggalkanku kala itu? Apa kau tak tahu betapa sedihnya aku?". Aku membalasnya.

    "Haha, kau adalah perempuan paling egois yang paling aku sayang, maafkan aku Za, aku benar - benar kecewa padamu kala itu, tapi kini ku sadari betapa egoisnya aku meninggalkanmu hanya karena masalah sepele". Rio menjelaskan.

    "Menyebalkan sekali dirimu!, mengapa aku harus jatuh cinta kepadamu?,cowok egois!”. Aku masih marah, pura-pura.

    "Karena dirimu sangat egois, maka pasanganmu juga harus egois". Jawabnya, lalu kami tertawa.

    Ya. Semua tentang keegoisan, aku, Rio, juga orang tua kami yang saling menjodohkan, egois sekali. Namun, tak seperti keegoisan yang kupahami selama ini, kali ini; keegoisan yang manis sekali.



    *Cerpenis adalah siswi SMAN 1 Lemahabang, Kabupaten Cirebon - Jawa Barat

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    3 komentar:

    1. cerita'y cukup menarik... ^_^
      semoga madingsekolah.net menempilkan lebih banyak karya pelajar, dan menghasilkan sastra2wan generasi mendatang...heee

      BalasHapus
    2. Amin... terima kasih berkenan mengunjungi situs kami Sarah... :)

      BalasHapus
    3. Ceritanya sederhana, persis sebuah novel jaman dulu yg difilmkan dan diperani oleh Rano Karno dan Paramita Rusady. Judulnya RANJAU-RANJAU CINTA, tp lupa nama penulis novelnya.

      BalasHapus

    Item Reviewed: Egois! (Karena Perjodohan) Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top