Puisi Pupung Sugitri*
[caption id="attachment_928" align="alignright" width="150"] Ilustrasi: www.google.com[/caption]
Gelombang rasa panik menderaku
Otakku seolah tersumbat
Seperti jarum alat pemutar piringan lagu
Tubuhku mati rasa
Karena perasaan yang begitu kecewa
Kengerian akan pikiran itu menghantamku
Yang mengalir deras lewat pembuluh nadiku
Menelusuri sel-sel aliran darahku
Nyaris membuatku tak bisa berpikir
Hingga kaca jendela berderai pecah
Kaca beterbangan kemana-mana
Dan aku berteriak kesakitan
Aku pejamkan mata ditengah teriakan
Tiba saatnya aku berhenti dan membuka mata
Aku mencoba melihat dalam ruangan
Kegelapan mulai terpecah membentuk lingkaran
Dengan senjata di tangan
Ternyata aku masih hidup,
Yang berarti tidak akan membuatku lumpuh
Tapi akan membunuhku,
Andai engkau tahu
Ini adalah kepingan ulasan dalam nuansa batinku yang terdalam
Saat teman baikku berubah menjadi musuhku
Kemunafikan kian menggebu
Kemurkaanku kian memuncak
Dan sungguh menusuk rongga dadaku
Semua ini karena pengkhianatan,
Pengkhianatan membakar laksana api
Tuhan,
Sesungguhnya ini bukan sesuatu yang kuinginkan.
*Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat.
[caption id="attachment_928" align="alignright" width="150"] Ilustrasi: www.google.com[/caption]
Gelombang rasa panik menderaku
Otakku seolah tersumbat
Seperti jarum alat pemutar piringan lagu
Tubuhku mati rasa
Karena perasaan yang begitu kecewa
Kengerian akan pikiran itu menghantamku
Yang mengalir deras lewat pembuluh nadiku
Menelusuri sel-sel aliran darahku
Nyaris membuatku tak bisa berpikir
Hingga kaca jendela berderai pecah
Kaca beterbangan kemana-mana
Dan aku berteriak kesakitan
Aku pejamkan mata ditengah teriakan
Tiba saatnya aku berhenti dan membuka mata
Aku mencoba melihat dalam ruangan
Kegelapan mulai terpecah membentuk lingkaran
Dengan senjata di tangan
Ternyata aku masih hidup,
Yang berarti tidak akan membuatku lumpuh
Tapi akan membunuhku,
Andai engkau tahu
Ini adalah kepingan ulasan dalam nuansa batinku yang terdalam
Saat teman baikku berubah menjadi musuhku
Kemunafikan kian menggebu
Kemurkaanku kian memuncak
Dan sungguh menusuk rongga dadaku
Semua ini karena pengkhianatan,
Pengkhianatan membakar laksana api
Tuhan,
Sesungguhnya ini bukan sesuatu yang kuinginkan.
*Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat.
0 komentar:
Posting Komentar