Puisi Pupung Sugitri*
Waktu memanjang renta bergantung
Kasih, senyum pagi membulir
Aku berbalut kepiluan
Selaksa larut rinduku terjerat kalut
Tanpa basa-basi,
Hujanpun menyetubuhiku
Aku berjalan lunglai menerjang hujan
Aku tak sadar jika tak ada seorangpun yang bersetubuh dengan hujan
Anak-anak kecilpun berlarian pulang
Seperti domba yang digiring oleh sang penggembala
Namun aku tetap santai menikmati sentuhan hujan
Hingga tubuh berubah warna menjadi biru
Aku terbahak
Gelak canda sendiri menyindir pergi
Hujanpun serentak diam
Aku masih tertawa oleh candaku
Tiba-tiba aku terhenti, dan menyadari
Ini sangat sunyi!
Sungguh sangat sunyi,
Aku terpojokkan oleh dunia fana ini
Ternyata rinduku begitu sunyi
Seperti petang yang habis bermain,
Tak ada lagi debu-debu
Bola berkejaran dan sentuhan hujan
Hanya segenggam puisi tertumpah di beranda petang
Paras mentari seperti bunga mawar
dan aku terpaku menatap gelap
Yang hampir juga tiba di ufuk barat
“Aku masih rindu senyum-senyum pagi” Teriakku
Kejam !
Kau pergi setelah bersetubuh denganku
Tanpa pamit dan tanpa satu tandapun
Kau pergi hanya meninggalkan seuntai duka
Rindumu begitu terluka karenamu
Kau sangat tak setia!
Walau hanya sampai tenggelam dalam waktu
* Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Buntet Pesantren, Cirebon - Jawa Barat
Waktu memanjang renta bergantung
Kasih, senyum pagi membulir
Aku berbalut kepiluan
Selaksa larut rinduku terjerat kalut
Tanpa basa-basi,
Hujanpun menyetubuhiku
Aku berjalan lunglai menerjang hujan
Aku tak sadar jika tak ada seorangpun yang bersetubuh dengan hujan
Anak-anak kecilpun berlarian pulang
Seperti domba yang digiring oleh sang penggembala
Namun aku tetap santai menikmati sentuhan hujan
Hingga tubuh berubah warna menjadi biru
Aku terbahak
Gelak canda sendiri menyindir pergi
Hujanpun serentak diam
Aku masih tertawa oleh candaku
Tiba-tiba aku terhenti, dan menyadari
Ini sangat sunyi!
Sungguh sangat sunyi,
Aku terpojokkan oleh dunia fana ini
Ternyata rinduku begitu sunyi
Seperti petang yang habis bermain,
Tak ada lagi debu-debu
Bola berkejaran dan sentuhan hujan
Hanya segenggam puisi tertumpah di beranda petang
Paras mentari seperti bunga mawar
dan aku terpaku menatap gelap
Yang hampir juga tiba di ufuk barat
“Aku masih rindu senyum-senyum pagi” Teriakku
Kejam !
Kau pergi setelah bersetubuh denganku
Tanpa pamit dan tanpa satu tandapun
Kau pergi hanya meninggalkan seuntai duka
Rindumu begitu terluka karenamu
Kau sangat tak setia!
Walau hanya sampai tenggelam dalam waktu
* Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Buntet Pesantren, Cirebon - Jawa Barat
0 komentar:
Posting Komentar