728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Sabtu, 24 Mei 2014

    The Death Of Absurd

     

    Malam gelap bertaburan bintang - bintang yang berkerlap - kerlip ..
    "Besok adalah hari terakhirku Ujian! Tapi aku masih saja seperti ini, malas belajar! Bukannya hari terakhir itu semangat, tapi malah tambah malas!". Gumamku dalam hati.
    Pagi yang cerah menyambutku untuk bangun dari tidur lelap ku ...
    Ku buka mata perlahan dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
    "Zia ! Cepat banguun! Ini sudah jam berapa?". Teriak ibuku dari luar kamar.
    Dengan mata yang masih setengah menutup, tanpa dosa ku berjalan melewati ibuku tanpa sepatah kata terucap dari bibirku.
    "Loh". Ucap ibuku dengan penuh heran.

    Setibanya disekolah, ku disambut oleh satu gadis yang sangat amat kepo dengan hidupku.
    "Hey Zia .. Kau sudah siap untuk ujian terakhir ?". Tanya Olla padaku sembari tersenyum penuh ceria.
    Aku hanya terdiam membisu, memasang muka bingung.
    Bel masuk berbunyi, pengawas mulai membagikan soal ujian.
    Ku baca soal demi soal di kertas itu ..
    Tapi entah mengapa, aku sangat mengantuk.. Aku tak tau jawabannya dari semua soal ini..
    Dan akhirnya, muncul di benakku "Bagaimana jika ku isi semua tanpa harus mencontek dan tidak membaca soal?! Yap! Aku memang cerdas!!".
    Dengan mantap ku arahkan pinsilku untuk mencoret jawaban demi jawabanku dilembar jawaban yang telah diberikan.
    "YES!! Sudah!!". Teriakku sedikit kencang setelah 2 menit ku isi soal - soal itu.
    "Apa??". Semua anak dikelasku menganga mendengarku sudah selesai mengisi semua soal - soal ini.
    "Saya sudah selesai!!". Dengan mantap ku serahkan lembar jawaban bersama dengan soalnya dimeja pengawas dan segera bergegas keluar kelas.
    "Wah, hebat!". Lontaran kata itu terdengar ditelingaku saat aku berjalan menuju pintu keluar.
    Senyum ku begitu bahagia ketika aku telah selesai ujian,
    “Apa kau baik – baik saja?”. Tanya Olla di depan kelas seusai ujian.
    “Baik ~”. Jawabku begitu bahagia.

    Sesampainya dirumah ~
    “Zia kau sudah ujian? Bagaimana hasilnya? Apa kau berhasil? Kau tidak mencontek kan? Ibu gak mau dengar kau di remedial! Paham?”. Ibu dengan sederet pertanyaannya.
    “Jangan panggil aku Zia, jika aku diremedial!”. Jawabku mantap dan segera masuk kamar.

    “Pengumuman! Nih aku bacain ya yang diremedial! Olla , Syahrul , Zia. Tugasnya itu tulis ulang materi pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi! Besok paling lambat dikumpulkan jam 12.00! Tidak boleh lebih dari jam 12.00. Dan untuk Zia dipanggil Ibu Dini ditunggu diruang guru”. Jelas Nindi.
    Ku langkahkan kaki dengan ragu untuk menemui Ibu Dini , hatiku terasa takut untuk menemuinya!
    “Kau apa – apaan ? apa kau sudah gila hah?! Soal hanya 40 kau kerjakan 60!! Apa mata mu sudah plus minus ?! Dari mana kau dapatkan 20 soal yang lain?”. Teriakan guru kiler itu menyengat di telingaku.
    “Mataku tidak minus, tidak plus juga. Dari …….”
    Belum selesai ku menjawab pertanyaannya, Ibu Dini sudah bicara lagi dan lagi.
    “Sudah!! Sekarang kau kerjakan tugasmu dan jangan mengarang! Ini bukan saatnya mengarang kau mengerti?!”. Teriak Ibu Dini dengan tangan yang memegang tongkat, sudah seperti hantu dari gua hira.
    Akhirnya, dengan polosnya aku mengangguk dan kembali ke kelas.
    Suasana kelas yang ramai membuatku tak konsen mengerjakan semua tugas!
    Hey! Tanganku bukanlah tangan robot! Ini terlalu banyak!
    Keesokan harinya, aku datang ke sekolah dengan membawa semua buku yang ada dirumahku. Aku dengan semangat mengerjakan semua tugasku. Hingga akhirnya tibalah pukul 12.00 dan aku? Aku belum selesai mengerjakan semuanya! Tanganku terasa sangat sakit!
    “aarrrggghhh!!”. Teriakku membanting pulpen yang saat itu sedang ku genggam.
    Temanku Olla tertusuk oleh pulpen. Ia seketika terkujur kaku dengan pulpen yang menusuk di kepalanya.
    Teman – teman yang lain segera berlarian mengerumuni Olla yang mungkin nyawanya entah sudah pergi kemana. Aku hanya terpaku melihatnya, pandangan yang kosong, ekspresi bingung yang saat ini ku tunjukkan.
    “Kau apa kan dia Zia ?”. Tanya Syahrul sambil mencengkram pundakku.
    “Entah~”. Jawabku cuek dan kembali mengerjakan tugas.
    “Apa yang kau lakukan? Mengapa kau hanya terdiam?”. Syahrul masih saja menanyakan itu padaku.
    “Aku harus jawab apa? Aku tak tahu dia kenapa! Sudah diam! Tugasku belum selesai! Ini sudah lewat dari jam 12.00 !”
    “Aku tahu apa yang telah dia lakukan!”. Sambung Uhan.
    “Dia melakukan ini!”. Lanjutnya sambil melemparkan pulpen ke arah ku tapi yang tertusuk malah Ibu Dini.
    “Hey! Apa yang kau lakukan!”. Teriakku bersama Syahrul.
    "Ibu Dini, ibu tak apa?". Tanyaku pada manusia yang sudah tak bernyawa tertusuk pulpen di lehernya.
    "Apa kau gila? Dia sudah mati! Tak mungkin menjawabmu!". Ucap Syahrul dengan nada tinggi setinggi - tingginya.
    Sementara aku, Syahrul dan Uhan ribut. Yang lain sibuk mengurusi manusia - manusia yang tak bernyawa itu.
    Sore harinya, aku bersama teman - teman pergi ke pemakaman Olla dan Ibu Dini.
    "Apa Olla sudah mengerjakan tugas remedialnya?". Tanyaku polos di pemakaman.
    Semua orang yang ada di pemakaman itu hanya terdiam.
    Malam harinya, aku kembali lagi ke makam Olla membawa buku.
    "Olla, ini tugas remedialmu ku kerjakan! Besok kau berangkat sekolah pasti tak akan dimarahi guru! Aku pinter kan? Hahaha". Ucapku didepan pemakamannya.
    Sementara itu,
    "Mana tugas remedial kamu Zia ?!". Ucap seseorang di belakangku. Tepatnya dia duduk di atas makam Ibu Dini.
    "Hey! Tengok kesini!". Teriak seseorang lagi diatas makam Olla.
    Aku hanya terpaku melihat mereka dan tiba - tiba hantu Olla dan Ibu Dini melemparkan pulpen ke arahku dan menancap di keningku hingga terlihat seperti tanduk. Seketika ku terkujur kaku dan menghembuskan nafas terakhirku.

     

    By : Delvi Sulistin Monawati

    (Kontributor SMAN 1 Lemahabang)
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: The Death Of Absurd Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top