728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Jumat, 03 Januari 2014

    madingsekolah.net : Dari Papan Yang Lusuh Hingga Media Online


    Oleh : Bakhrul Amal*)

    Pertama kali mendengarnya Saya langsung terkejut. Saya kemudian mencari tahu, membuka twitter dan mengunjungi langsung web resminya. Dan hasilnya, Saya justru tambah terkejut !.

    Mungkin bagi sebagian orang menganggap ide ini terasa begitu lucu tetapi memang benar kata Einsten, bahwa orang yang kreatif adalah orang yang mampu membuat suatu hal besar dari apa-apa yang orang lain anggap kecil. madingsekolah.net secara sadar dan jenius telah berhasil membuat saya mengamini kata-kata itu. Ide yang cukup sederhana akan tetapi memiliki manfaat yang besar. Bukan hanya untuk madingsekolah.net saja, tetapi untuk seluruh siswa-siswa di Indonesia bahkan Dunia.

    Ini mungkin salah, mungkin juga bisa jadi benar.

    Mading atau majalah dinding, dulu, saya melihatnya hanya sebatas papan yang disediakan oleh pihak sekolah untuk menampung kreatifitas murid didiknya. Murid-murid itu kemudian menempelkan karya puisi terbaik, agenda kerja bahkan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang sifatnya profit dan non profit. Papan kecil itu kemudian menjadi rebutan, murid-murid berlomba menghasilkan karya terbaiknya untuk dapat dipajang dipapan kecil itu. Murid-murid itu beranggapan bahwa dengan karyanya dipajang di majalah dinding Dia akan dikenal dan ide nya bisa eksis. Dalam hal ini sekolah telah berhasil merangsang kreatifitas murid didiknya dengan sistem manajeman konflict, dengan persaingan sehat.

    Pihak sekolah kemudian merasa khawatir dengan antusiasme para siswa-siswinya dalam menanggapi majalah dinding. Kekhawatiran itu kemudian berlanjut dengan memberi kaca pada papan berdiri itu (mading) dan menguncinya. Tujuanya satu, agar para murid didiknya lebih teratur dalam menyikapi majalah dinding. Lalu kemudian dipilihlah siswa-siswa untuk memegang kunci mading. Dan semenjak itu mading menjadi lebih ketat, segala halnya harus disesuaikan dengan kepentingan, ruang ekspresi kemudian menjadi terbatas. Karena hanya karya yang disetujui sajalah yang boleh ditempelkan.

    Hal itu bukanlah suatu kesalahan, karena pada dasarnya pihak sekolah mencoba memberikan batasan kepada siswanya untuk mengkonsumsi apa yang tersedia di mading. Batasan itupun beralasan, para siswa kadang seenak sendiri menempelkan karyanya tanpa memperhatikan konten dan tujuan bahkan

    kadangkala tidak pantas. Tetapi ya bagaimana lagi, hanya madinglah tempat mereka mampu memberikan karyanya dan melihat apresiasi atas hasil usahanya.

    Eksistensi mading ternyata tidak selesai pada masa-masa wajib sekolah 12 tahun saja, akan tetapi hingga perguruan tinggi. Namun tentu, peran mading di perguruan tinggi berbeda dengan mading di SMA, meskipun ada sedikit kesamaan. Mading di ruang-ruang kampus tidak hanya menampilkan karya tetapi juga pesan-pesan politik, karena memang perlu diakui bahwa mading memiliki peran besar untuk sarana penyebaran informasi. Namun akhirnya Saya sadar, Kepala Sekolah Saya telah melakukan hal yang benar dengan membatasi apa yang dimuat di mading, karena tidak semua karya itu memiliki niat yang baik.

    Belum selesai soal mading yang berbentuk papan berdiri sudah muncul hal baru, hal baru itu dalam bentuknya yang lebih dinamis yaitu madingsekolah.net. Suatu web karya jenius anak muda Indonesia ini ternyata mampu mengalihkan pandangan Saya. Imajinasi akan papan berdiri itu sirna dan kini muncullah gambaran mading yang digital.

    Melihat menu dan isi yang ada didalam madingsekolah.net membuat Saya kagum. madingsekolah.net ternyata menjangkau segala hal yang selama ini belum dijangkau murid-murid SD,SMP atau SMA, yaitu menjangkau persahabatan. Ruang kreatifitas madingsekolah.net begitu luas, tidak hanya sebatas upload karya, tetapi juga informasi yang edukatif. Apabila dulu kita hanya melihat karya teman satu sekolah, dengan madingsekolah.net seluruh karya dari siswa-siswi terbaik di Indonesia bisa kita lihat. madingsekolah.net telah mampu menampung apa yang tak tertampung.

    madingsekolah.net mengerti betul bahwa saat ini dunia telah memasuki era digital. Bukan hanya orang tua, tetapi bahkan anak usia dini pun sudah paham handphone dan i pad. Artinya apabila hal itu tidak segera disisati dengan sarana yang kreatif maka akan timbul suatu keburukan. madingsekolah.net lahir disaat yang tepat, disaat dimana anak-anak sekolah mulai bosan membaca mading dan lebih suka online. madingsekolah.net seolah berkata kepada kita “koran aja online masa mading gak online”. Maka arah ruang kreatifitas yang coba dihadirkan oleh madingsekolah.net berada pada jalur yang tepat. Inilah kejeniusan kedua dari madingsekolah.net.

    madingsekolah.net bukan hanya menjadi berita bahagia buat saya. madingsekolah.net nyatanya juga menjadi berita duka dan penyesalan bagi Saya, dan pada akhirnya mampu membuat Saya kecewa dan berkata “Seandainya saja madingsekolah.net telah ada ketika Saya sekolah dulu, mungkin wawasan Saya begitu luas dan kaya”. Sukses terus madingsekolah.net

    *) Pendiri Komunitas Diskusi DIALOG (Dialektika Logika) Cirebon dan lulusan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang .
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    3 komentar:

    1. Menharukan. Istiqomah dalam perjuangan, Insya Allah mading sekolah net berhasil/

      BalasHapus
    2. Wah, bisa ngeliat "isi" antar sekolah nih. Mengurangi global warming juga... :D

      BalasHapus
    3. I will build 500 UK local citations directory submission for google my business
      uk directory services

      BalasHapus

    Item Reviewed: madingsekolah.net : Dari Papan Yang Lusuh Hingga Media Online Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top