728x90 AdSpace


  • Terbaru

    Minggu, 13 Oktober 2013

    Secercah Harapan Untuk; Ibu

    Cerpen Tsani Isrotun


    Kreeet!

    Terdengar decit pintu reot memekikkan telinga di kesunyian pagi, udara dingin pun merayap memasuki celah jendela kamar mungil ini. Terlihat Sesa,  teman satu asramaku tengah beranjak ke kamar mandi untuk melakukan kegiatan yang begitu rutin ia lakukan tepat jam empat di setiap harinya.

    Aku terbangun, sembari menunggu Sesa selesai mandi,  ku bereskan buku-buku yang berserakan di lantai.

    Dan tiba-tiba saja telingaku terusik, terdengar seperti suara tangis, lirih. Sepertinya asal suara itu dari luar kamar, benar saja, suara itu terdengar semakin keras saat aku keluar. Kupasang telingaku di daun pintu kamar Al-Marjan yang berlokasi tepat di samping kamarku, Ar-Roudloh

    Kubuka saja pintu tetangga kamarku itu, tak kutemukan sesiapapun, rasa penasaranku semakin menguat, kujelajahi tembok, mencari saklar lampu.

    "Rini kenapa?," tanyaku kaget melihat saudara seasramaku terduduk di sudut ruang kamarnya.

    "Gak apa-apa, Mbak" jawabnya terbata

    "Yangg benar?, kok nangis,  Ceritakan saja kepada Mbak, ada apa sebenarnya?," tawarku menenangkannya.

    Ia masih tetap terisak.

    "Selawatan itu!." katanya.

    Ya tuhan, aku baru sadar sedari tadi suara yang berkumandang dari masjid bukan melantunkan ayat suci alquran melainkan sholawat nabi. Dan aku baru sadar itu artinya hari ini tanggal 28 september 2013, kloter pertama keberangkatan haji yang berpusat di masjid Agung Pesantren Buntet,  tepat di samping asramaku.

    Ia bertutur, orang tuanya pernah meminta dan berharap meski dengan nada canda, namun dirasa begitu terrekam di kalbu Rini, temanku, penghuni kamar samping asramaku.

    "Sekarang memang ibu dan bapak enggak bisa menuhin syarat untuk pergi kesana, insya allah ibu doakan semoga salah satu dari anak-anak ibu bisa berangkatkan ibu dan bapak di suatu waktu nanti" begitu Rini mengucap ulang tutur ibunya, ia terisak menceritakan semuanya.

    Anak dari tiga bersaudara itu mengaku ayahnya telah dijemput oleh Sang Khalik 2 tahun yang lalu. Kedua kakaknya putus sekolah lantaran ibunda Rini merasa kewalahan membiayai sekolah dan kebutuhan hidup mereka. Rini merasa dialah satu-satunya harapan mereka saat ini, juga tersadar, keluarganya bukan  keluarga berada.

    Ia terus mengisak tangis, kemudian lama sekali ia menatapku.

    "Beliau sudah mulai berusia, seandainya saya bisa mendaftarkan beliau sekarang pun, pasti akan diberangkatkan 20 tahun mendatang, karena daftar tunggu calon haji di negeri ini yang katanya sepanjang kereta api, bagaimana kalau menunggu saya sampai sukses?, harus berapa lamakah beliau menunggu?,” kemudian Rini jeda beberapa detik.

    “Tak bolehkah anak dari latar belakang keluarga seperti saya bermimpi dapat melihat rumah suci Allah?, bahkan semata bukan hanya untukku tapi untuk ibu," lanjutnya, seiring suara tangis yang semakin sedu.

    "Astaghfirullah, sabar sayang, Allah tak memandang siapa pun untuk dapat beribadah kepadaNya,” kataku. “Jangan pernah berkata seperti itu, syukuri apa yang Allah berikan sekarang.”

    Aku teringat firman Allah : "Niscaya jika kalian bersyukur (atas nikmatKu), maka akan Aku tambah (nikmatKu), dan jika kalian kufur, sesungguhnya siksaKu sangatlah pedih.”(QS.Ibrahim: 7).

    Ia terlihat sedikit lega, kulepaskan dekapanku membiarkan dia mengelap pipinya yang basah.

    "Nah begitu dong, ayo, hapus airmatanya, mulai sekarang, Rini harus bersungguh-sungguh, ya, belajar yang rajin biar sukses," aku tersenyum dan menyentil hidung merahnya.

    Mendengar kumandang azan, segera kuajak Rini dan Sesa sholat berjamaah, dalam diam kupanjatkan doa, dalam diam airmata berbicara.

    "Tuhan, engkaulah yang maha Perkasa lagi maha Bijaksana, Tuhan, mudahkan jalan kita menyentuh cahayaMu, hidupkan kembali setitik sinar yang menerangi hati ini, berilah ampun bagi kami dan bagi ibu bapak kami, serta bagi orang-orang beriman pada masa berlakunya hitungan amal dan pembalasan nanti. Ya Allah Ya Tuhanku, bantulah kami untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu dan beribadah dengan baik kepadamu, karena sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

    Amin.

    LabaikAllahummaLabaik, labaika laa syarika laka labaik, innal hamda wan-ni’mata laka wal mulk, laa syarika lak.

    * Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat

    madingsekolah.net | Portal Pelajar Indonesia
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Secercah Harapan Untuk; Ibu Rating: 5 Reviewed By: Jingga Media
    Scroll to Top