ilustrasi [net] |
Halo sahabat madingsekolah.net, bagaimana kabarmu? Tentu baik dong?, oh ya, teman-teman, pernah mendengar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan?, nama kementrian yang mengurusi sekolah kita juga Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, lalu apa sih sebenarnya makna kebudayaan itu? Apa tugas kita sebagai pelajar guna melestarikan kebudayaan? Kan di sekolah juga jarang sekali membahas lama-lama tentang kebudayaan. Nah, kali ini tim redaksi madingsekolah.net akan membahas tentang seputar “Kebudayaan”.
Melalui rubrik wawancara ini tim redaksi telah berhasil mewawancarai seorang budayawan muda, ahli di bidang naskah-naskah kuno, serta seorang dalang. Siapakah dia? Dia adalah Kak Doddy Yulianto, kalau berbicara nama yang satu ini, meskipun masih terbilang muda namun ratusan artikel tentang kebudayaannya telah tersebar ke beberapa koran dan jurnal, media lokal, nasional, bahkan internasional. Kini pria yang biasa disapa Ang Dod ini aktif di Pusat Studi Naskah dan Manuskrip ISIF Cirebon. Kita simak saja yuk obrolannya? Mari!
Secara sederhana dan mudah, pengertian kebudayaan itu apa sih?
Pengertian kebudayaan menurut sepemahaman saya adalah seluruh hasil karya manusia, baik bersifat bendawi maupun nirbendawi -tidak merupakan benda- yang mampu meninggikan derajat kemanusiaan. Itu saja, jadi apapun hasil karya kita yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan manusia itu bisa dinamakan kebudayaan.
Mengapa kebudayaan wajib dilestarikan?
Jelas wajib dan patut dilestarikan, sebab dengan itulah kita berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya. Hal yang kerap jadi persoalan adalah "persaingan" antar dua atau lebih kebudayaan yang berbeda, berusaha saling mendominasi, menjatuhkan, atau mereduksi –merendahkan- yang lain. Namun semakin tinggi pemahaman manusia akan kebudayaan, maka tidak akan ada alasan atau upaya untuk menjadi dominan, merasa paling hebat, pastilah ia akan memberi ruang bernafas dan menghormati kebudyaan lainnya.
Dalam hal pelestarian budaya, apa yang wajib dan bisa dilakukan oleh pelajar dan remaja di Indonesia?
Sebagaimana identitas yang disematkan pada teman-teman pelajar, tentulah, belajar. Belajar membaca seluruh gejolak dan hal-hal yang bersifat kebudayaan sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing, serap dan pelajarilah seluruh sumber data kebudayaan kita, baik yang lisan maupun tulisan, atau pun sekumpulan kesadaran mentalitas, semisal, kebudayaan di nusantara adalah menghormati ibu atau orang tua kita, itu sudah tertanam di dalam kehidupan kita, itu sudah menjadi pakem di manapun di nusantara, namun tidaklah sama ekpresinya, bentuknya, tapi tujuannya tetap sama.
Menurut anda, apakah sekolah dan pendidikan sudah cukup mengajarkan tentang budaya Indonesia kepada generasi muda?
Sepertinya budaya masih jadi nomor kesekian dalam pendidikan kita, entahlah benar atau tidak jika kurikulum 2013 mengenalkan dan mengajarkan kebudayaan lebih banyak lagi, toh itu belum teruji dan dibuktikan. Tapi jika melihat fakta yang ada, pendidikan kita didominasi oleh mata pelajaran yang dianggap akan berguna bagi dunia kerja, sekolah dan pendidikan masih menceritakan fungsi pelajaran hanya untuk kerja, bukan untuk kepentingan pengetahuan siswa, ya, pendidikan masih berpikir agar generasi muda mampu menghasilkan sesuatu di bawah perintah orang lain, harus sesuai, seperti robot.
Apa saran anda bagi para pelajar Indonesia?
Mungkin saya mencoba mengingatkan pada petuah leluhur Cirebon Pangeran Walangsusngsang atau Mbah Kuwu Cerbon.
"Kena dicatet nanging ora kena den tulis." (boleh dicatat tapi tidak boleh ditulis).
Makna secara mendalam dari pesan itu adalah; catatlah segenap pengetahuan dalam hati dan sanubari. Tidak boleh sekadar menjadi tulisan yang tak punya makna, yang kelak menjadi seonggok dokumen, kemudian dikilo sebagai barang loak.
0 komentar:
Posting Komentar