Oleh: Devi Nabila*
Pembahasan kali ini sebenarnya tidak hanya berkaitan dengan satu produk media berupa majalah –terutama jenis cetak- seperti yang tertulis dalam judul, bisa juga hal yang akan kita bahas ini penting dan berlaku bagi teman-teman yang sedang mengelola buletin, majalah dinding, maupun website kejurnalistikan siswa di sekolah. Mengapa penting?, karena sebagian besar media sekolah sekarang ini masih bergantung pada besar kecilnya anggaran sekolah, sehingga proses pengembangannya pun tak jarang mengalami hambatan bahkan kemandekan karena harus mengikuti alur perencanaan keuangan lembaga sekolah. Meskipun tentu hal ini sangat bisa dimaklumkan, sebab banyak hal dan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh lembaga sekolah selain dalam rangka menunjang kekreatifitasan para siswanya melalui produk-produk jurnalistik yang dihasilkannya.
Lalu bagaimana cara agar media yang kita gawangi mampu berdiri di luar anggaran yang diberikan sekolah?, atau paling tidak, mampu mengurangi ketergantungan uluran pembiayaan yang seringkali menghambat keberlangsungan jenjang edisi yang hendak diterbitkan. Nah, sebelum menginjak ke sana, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebagai prasyarat untuk kita persiapkan terlebih dahulu.
Pertama, jika beberapa tips pada lembaran ini sudah mampu dimengerti dan siap dilaksanakan oleh para penggiat sekolah, maka komitmen melepas kebergantungan kepada anggaran sekolah itu harus segera dilakukan. Seperti misalnya, mengajukan rapat dengan pihak sekolah untuk meminta dukungan dan saran tentang gagasan yang akan dilakukan. Tahap ini penting untuk dilalui karena demi menjaga komunikasi yang terbuka serta tetap mendapatkan bimbingan yang baik dari pihak sekolah dan guru.
Kedua, memperbaiki dan meningkatkan kualitas media. Jika sebelumnya media yang kita produksi hanya berlandaskan asal terbit karena sudah didesak deadline. Maka sebelum menjalankan beberapa tips di bawah ini, para penggiat media sekolah harus menguatkan komitmen untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas baik konten maupun tampilan. Babak ini berfungsi agar khalayak pembaca semakin tertarik dan media yang sedang kita ikhtiari semakin dibutuhkan keberadaannya.
Ketiga, mungkin tahap ini masih berkait-erat dengan poin kedua. Tapi bukan sekadar menitik beratkan pada kualitas konten maupun tampilan, melainkan dengan menjaga konsistensi kita dalam menerbitkan di setiap edisi. Jangan sampai ketika kita sudah berencana menjalankan tips-tips pada pembahasan kali ini, kita justru memiliki masalah dalam kala terbitan. Artinya, jika sudah ditetapkan untuk terbit mingguan, bulanan, dwi bulanan, triwulan, atau per semester, maka pertahankanlah dengan baik.
Keempat, yang terakhir, karena ini berkaitan dengan anggaran dan keuangan, maka teman-teman harus mengerti bahwa prinsip dari pengelolaan media sekolah sama persis bahkan termasuk dalam prinsip media komunitas. Dalam arti, pendapatan yang nanti diperoleh setelah menjalankan tips-tips di bawah ini harus berbasis komunitas. Jelasnya, cara pencapaian dan penetapan pendapatan tidak diperkenankan dalam rangka meraup keuntungan alias komersil, terkecuali hanya untuk menutupi kebutuhan produksi, dan kegiatan-kegiatan penunjang operasional liputan. Sudah paham dan siap mememenuhi keempat sarat tadi?, kalau sudah, mari kita simak tips-tips pengembangan media tanpa bergantung pada anggaran sekolah berikut ini;
Menetapkan Harga
Menetapkan harga produk jurnalistik yang kita terbitkan ini sebenarnya bukan merupakan tips yang asing. Bahkan mungkin biaya produksi media yang sebelumnya dianggarkan pihak lembaga sekolah pun bersumber dari iuran yang dikenakan para siswa dalam satu paket dengan rincian pembiayaan sekolah yang lainnya. Hanya saja untuk kali ini, produk media yang kita hasilkan mulai dirumuskan lebih matang terkait penetapan harga tanpa sekaligus memasukkannya dalam pembiayaan dalam bentuk paket. Ada beberapa manfaat yang bisa dihasilkan dari tips ini, yakni untuk mengontrol seberapa besar minat pembaca pada produk media yang kita miliki, kedua, untuk membebaskan para siswa untuk membeli produk media kita tanpa unsur keterpaksaan dan keterlanjuran. Kedua hal ini dianggap sepele, tapi bayangkan, betapa kita sering merasa sakit hati karena media yang kita proses secara serius begitu mudah dicampakkan, disobek dan ditemukan dalam tong sampah. Bukan alasan lain, itu hanya karena mereka tidak membeli secara bebas dan sukarela, apalagi berdasarkan kebutuhan. Media yang tergenggam oleh tangan secara sim salabim memang jarang sekali mendapatkan penghargaan semestinya.
Penetapan harga pun harus memegang beberapa prinsip, di antaranya adalah menghitung ulang biaya produksi dan operasional peliputan lalu dibagi jumlah lembar yang kita terbitkan. Maka tetapkan harga media kita, semisal majalah cetak sekolah tersebut dari mulai Rp10.000,- hingga pada angka yang masih bisa diakses oleh para pembaca yang berstatus pelajar. Jangan terlalu murah, jangan pula terlampau mahal, pertimbangkan dengan matang.
Membuka Ruang Iklan
Ada berapa kantin di dalam lingkungan sekolahmu?, ada berapa toko yang mengandalkan penjualan barangnya kepada teman-teman sekolahmu?, mulailah kita baca peluang-peluang tersebut sebagai sarana untuk mengembangkan media sekolah dengan cara menyediakan ruang iklan.
Pertama-tama, para penggiat media sekolah harus menuntaskan pembahasan dalam meja rapat redaksi terkait bagaimana pola ruang iklan tersebut di buka. Dimulai dari menginventarisir toko-toko yang memungkinkan memasang iklan, menentukan syarat dan ketentuan iklan, menetapkan jangka waktu dan harga pemasangan iklan, hingga membentuk bagian marketing dan pemasaran untuk menjaring dan mengkomunikasikan ruang iklan kepada calon pemasangnya.
Dalam rapat redaksi, tak boleh ketinggalan untuk juga melakukan berbagai persiapan dan strategi agar para pemilik toko dan kantin tersebut tertarik untuk memasang iklan. Misalnya dengan menyepakati data pembaca dari media yang sedang diproduksi, dari mulai jumlah, usia, asal daerah dan kecenderungan minat terhadap jenis produk. Selain itu sepakati pula tentang keuntungan dan bonus pemasangan iklan. Lalu, semua data itu dikemas dalam sebuah proposal penawaran iklan yang apik untuk menjadi bahan pertimbangan utama para calon pemasang iklan.
Untuk soal harga, tetapkanlah berdasarkan harga komunitas atau sekolah. Jangan terlalu mahal dan berlandaskan pada keuntungan. Sebab sebagai media komunitas, kita juga harus memenuhi tanggung jawab dalam rangka meningkatkan dan mengenalkan produk komunitas kepada khalayak pembaca. Penyesuaian harga tidak boleh hanya berlandaskan pada patokan lama singkatnya pemasangan iklan, namun juga harus memandang besar kecilnya toko atau calon pemasang iklan yang disasar.
Menyediakan Kolom / Liputan Berbayar
Untuk tips ini, kami sarankan para penggiat media sekolah untuk melakukan komunikasi secara lebih santai dan informal. Poin ini tidak termasuk dalam bagian ruang iklan, akan tetapi pendapatan yang dihasilkan lebih bersifat sukarela dan berbentuk sumbangan. Mula-mula, cobalah dekati dan komunikasikan dengan guru-guru yang merasa penting untuk dimuat dan dibahas profilnya secara tuntas, menarik dan matang. Ingat, meskipun bahwa nantinya kolom ini mempersilakan bagi objeknya untuk memberikan sumbangan sukarela, namun dalam proses peliputannya tidak boleh berlandaskan pada seberapa besar angka yang masuk dan diterima. Mengapa untuk tips ini lebih ditekankan secara santai dan informal?, karena yang diharapkan adalah para penggiat media sekolah mampu memosisikan dirinya sebagai peserta didik yang sedang mendalami jurnalistik dan merasa penting untuk melakukan pengembangan produk medianya, salah satunya, dengan membuka kolom yang memperkenankan bagi objeknya untuk memberikan sumbangan secara sukarela. Bentuk kolom pun bisa bermacam-macam, bisa berupa hasil wawancara maupun naskah profil seseorang yang dibentuk secara naratif, maupun ulasan produk yang akan disajikan. Tinggal pilih sesuai kebutuhan.
Nah, ada hal penting yang harus diperhatikan terkait dengan tips ini. Pada media arus utama, seperti koran dan majalah cetak maupun online yang banyak di temukan di luar sana, tradisi ini biasa disebut dengan istilah oplah, atau teknis kolom yang berbayar. Biasanya, pada akhir paragraf kolom ini dituliskan dengan tanda “adv” atau “ikl” yang menunjukkan kata advertorial maupun iklan. Fungsinya agar para pembaca menyadari bahwa bacaan yang sedang dinikmatinya tersebut berlandaskan pada peliputan iklan, bukan semata-mata produk jurnalistik yang bertumpu pada kekuatan data dan fakta. Maka, untuk kolom ini juga para penggiat media sekolah harus mencantumkan tanda yang serupa, meskipun tidak mesti sama karena kita tidak bertumpu pada landasan iklan, melainkan sumbangan sukarela. Saran kami, tandailah dengan singkatan “smb” maupun “skrl” sekadar untuk memenuhi standar dan kode etik jurnalistik.
Menjaring Kerjasama
Tips berikutnya adalah dengan menjaring kerjasama. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan tips ini. Bisa dengan cara memberikan take and give pada penyelenggara acara di sekolahmu, semisal ekstrakulikuler olahraga menyelenggarakan pertandingan basket antarsekolah, maka kamu bisa mengkomunikasikan berupa kesepakatan dengan panitia agar memasukkan pembelian produk media sebagai salah satu syarat pendaftaran tim sebagai peserta, lalu sebagai timbal baliknya tim redaksi memberikan dukungan acara baik berupa penyediaan spanduk maupun bersumbangsih dalam penyediaan hadiah. Hal ini lazim dilakukan oleh media-media arus utama.
Cara berikutnya adalah dengan mengkomunikasikan diri dengan media serupa di sekolah tetangga. Kerjasama timbal balik penjualan produk media ini bisa dilakukan dengan baik dengan didukung muatan konten yang sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu, yakni, dengan cara menyediakan beberapa kolom terkait yang berkaitan dengan wawasan dan minat pembaca di luar sekolah.
Menyelenggarakan Kuis dan Lomba
Tips terakhir adalah dengan menyelanggarakan kuis atau lomba pada setiap edisi yang diterbitkan. Penyelenggaraan kuis ini tentu bukan tanpa strategi, melainkan sebagai pengikat agar produk media kita mampu meraih peningkatan pembelian. Misalnya, dengan menyediakan kolom Teka Teki Silang (TTS) atau kuis serupa lengkap dengan kupon yang harus disertakan bagi para pembaca jika ingin mengikutsertakan dalam kuis. Cara ini dinilai akan lebih menarik, bisa saja diantara ratusan pembaca di sekolahmu, ada yang memang mengidamkan majalah kita berdasarkan tantangan-tantangan yang tertera dalam kolom kuis. Soal hadiah, sesuaikan dengan anggaran yang dimiliki tim redaksi. Saran kami, jangan sediakan hadiah berupa uang, melainkan dalam bentuk barang seperti buku, pulpen, maupun flashdisk.
Tidak hanya pada sampai batas ini. Tips menyelenggarakan kuis atau lomba juga bisa dikombinasikan dengan tips menjaring kerjasama dan membuka ruang iklan. Misalnya, untuk kuis A atau lomba B, bagi para pembaca yang minat untuk mengikutinya disarankan menyertakan bukti pembelian produk sebuah toko atau kantin yang telah menjalin kerjasama. Kesepakatan ini bisa dikomunikasikan berupa perhitungan persentase yang harus dibayar kepada tim redaksi sebagai penyelenggara kuis. Tentu juga, setelah mempertimbangkan anggaran yang harus dikeluarkan untuk pengadaan hadiah bagi para pemenang.
Nah, demikianlah, teman, beberapa tips guna mengembangkan media yang sedang kamu tekuni agar tidak terlalu bergantung pada anggaran sekolah. Tapi jangan lupa, ketika teman-teman sudah menjalani ini, biasakanlah melakukan manajemen anggaran yang mandiri dan rapi, selain itu, biasakan pula tradisi pemanfaatan anggaran yang transparan dan terbuka. Maka bersiaplah menyambut media yang kita banggakan ini akan berkembang dengan lebih baik, dan nalar kreatif yang terus terpacu di atas prinsip kemandirian. Salam.
*Penulis adalah pendamping rubrik mata pelaran ekonomi di madingsekolah.net, dan Staf Keuangan Bagian Usaha di JINGGA Media.
0 komentar:
Posting Komentar